Pages

Minggu, Maret 02, 2014

Panglima TNI : Indonesia Bisa Menjadi Macan Asia

BEIJING-(IDB) : Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko menyatakan, Indonesia bisa kembali menjadi macan Asia tidak saja di bidang pertahanan militer tetapi juga ekonomi.

"Sangat bisa doong (menjadi macan Asia, red)," katanya dalam perbincangan dengan ANTARA di sela-sela kunjungan lima hari kerjanya di Beijing.

Moeldoko menuturkan Indonesia telah mengalami kemajuan di beragam bidang.

"Meski banyak yang kurang sreg, kalau indikatornya adalah ekonomi, tapi harus diakui ekonomi kita pertumbuhannya positif," katanya.

Selain itu, makin meningkatnya kelompok masyarakat menengah ke atas, yang otomatis sangat adaptif dengan globalisasi.

"Artinya, masyarakat kita semakin memahami pekembangan dan persaingan global yang dihadapi, dan tahu bagaimana menyikapinya," kata Moeldoko.

Selain itu, lanjut dia, daya beli masyarakat juga masih dapat dipertahankan pada tingkatan yang positif.

"Dari sisi situasi politik, pertahanan dan keamanan, Indonesia juga relatif kondusif. Jika ada gejolak pun, itu hanya di tingkat elit. Dengan kondisi yang positif itu Indonesia sangat kondusif bagi investor dari luar. Artinya, ekonomi Indonesia terus mengalami pertumbuhan," tutur Panglima TNI.

Moeldoko yang memiliki motto soldier by choice, a general by career and patriot by nature itu yakin, di bidang pertahanan dan militer Indonesia juga akan semakin besar, modern dan profesional, tanpa kehilangan jati dirinya.

"Saat ini kekuatan pokok minimum kita sekitar 32 persen dan akan meningkat menjadi 42 persen. Ini menunjukkan Indonesia serius dan konsisten meningkatkan kemampuan pertahanan militernya, sesuai perkembangan dan dinamika ancaman yang dihadapi," katanya.

Pada 2014 persenjataan TNI semakin bertambah, seperti 102 alat utama sistem senjata (alutsista) baru pada rencana strategis pembangunan TNI Angkatan Udara 2010-2014, berupa pesawat tempur F-16, T-50i, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar.

TNI Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank Leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard dan 21 Marder akan tiba sebelum bulan september 2014.

Tak hanya itu meriam Caesar, dimana dari 37 unit, 4 unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014. Sementara untuk roket MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014. TNI AD juga akan dilengakpi rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral dijadwalkan juga tiba sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.

Untuk matra laut, terdapat peningkatan Kapal perang korvet kelas Fatahillah, Kapal latih pengganti KRI Dewaruci, pengadaan 2 unit Kapal Hidro Oceanografi, dan lain lain. Untuk tank amfibi BMP-3F sebanyak 37 unit, beberapa diantaranya sedang dalam proses uji terima.

Sementara panser amfibi BTR-4 sebanyak lima unit, dimana dua unit diantaranya akan tiba di tanah air pada September 2014.

"Menjadi kekuatan yang diperhitungkan, sebagai macan di Asia, tidak bisa sekadar bersandar pada pertumbuhan ekonomi saja, atau kekuatan militer saja. Tetapi Indonesia harus benar-benar kuat dan solid di berbagai bidang, ya ekonomi, politik, hukum, pertahanan, militer dan seterusnya," ujar Moeldoko menekankan.

Diplomasi yang dilakukan semua pihak juga harus kuat, lanjut dia.

"TNI sebagai bagian dari Pemerintah Indonesia juga menjalankan misi diplomasi, antara lain memberikan gambaran, jaminan bahwa Indonesia kuat, aman, dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, bagi para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia dan seterusnya," tutur Moeldoko. 




Sumber : Antara

Rusia Dan Ukraina Di Ambang Perang

Pasukan Rusia mulai memasuki Ukraina, setelah Permintaan Vladimir Putin disetujui Parlemen (photo: Reuters)
Pasukan Rusia mulai memasuki Ukraina, setelah Permintaan Vladimir Putin disetujui Parlemen

KRIMEA-(IDB) : Majelis atas parlemen Rusia menyepakati permintaan Presiden Vladimir Putin agar pasukan Rusia digunakan di Ukraina. Putin meminta agar pasukan Rusia dikerahkan “sampai kondisi politik di negara itu normal.” Armada Laut Hitam Rusia bermarkas di Krimea, Ukraina, merupakan tempat banyak etnik Rusia tinggal.


Atas tindakan Vladimir Putin itu, pemerintahan baru Ukraina memperingatkan kemungkinan perang dan menempatkan pasukannya dalam siaga tinggi serta meminta bantuan NATO.


Pernyataan terbuka Putin tentang hak untuk mengirim pasukan ke negara berpenduduk 46 juta di Eropa Tengah itu menciptakan konfrontasi terbesar antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.


Perdana Menteri Ukraina, Arseny Yatseniuk, yang memimpin pemerintahan setelah mengambil alih kekuasaan dari sekutu Moskwa -Viktor Yanukovich- yang melarikan diri minggu lalu, mengatakan tindakan militer Rusia itu “akan menjadi awal perang dan akhir dari setiap hubungan Ukraina dan Rusia”.


Penjabat Presiden Ukraina, Oleksander Turchinov, memerintahkan pasukan untuk ditempatkan pada siaga tempur tinggi. Menteri Luar Negeri Andriy Deshchytsya mengatakan, ia telah bertemu dengan para pejabat Eropa dan AS dan mengirim permintaan kepada NATO untuk “mengkaji segala kemungkinan untuk melindungi integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina”.

Pasukan Rusia akan berada di Ukraina sampai kondisi politik negara itu dinyatakan normal (photo: BBC)
Pasukan Rusia akan berada di Ukraina sampai kondisi politik negara itu dinyatakan normal

Langkah Putin itu merupakan penolakan langsung terhadap para pemimpin Barat yang berulang kali mendesak Rusia untuk tidak melakukan intervensi, termasuk Presiden AS Barack Obama, yang sehari sebelum menyampaikan pidato di televisi guna memperingatkan Moskwa soal “ongkos” jika Rusia beraksi.


Pasukan tanpa lencana di seragam mereka tetapi diyakini tentara Rusia, beberapa menggunakan kendaraan dengan nomor plat Rusia, telah menyerbu Crimea, sebuah semenanjung terpencil di Laut Hitam di Armada Laut Hitam Rusia bermarkas. Pihak berwenang baru di Kiev tidak berdaya untuk menghentikan mereka.


Presiden Barack Obama telah menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia telah melanggar hukum internasional dengan mengirimkan pasukan ke Ukraina. Dalam sebuah pembicaraan telepon selama 90 menit pada Sabtu, Gedung Putih mengatakan Obama “menyatakan keprihatinan yang mendalam terkait pelanggaran nyata Rusia terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina itu.”


Gedung Putih mengatakan, AS menangguhkan persiapan bagi sebuah pertemuan negara-negara industri di Rusia pada Juni mendatang. “AS menyerukan kepada Rusia untuk meredakan ketegangan dengan menarik kembali pasukannya ke pangkalan di Krimea dan menahan diri dari campur tangan di wilayah lain di Ukraina,” tegas pernyataan Gedung Putih.


Obama memperingatkan bahwa pelanggaran kedaulatan Ukraina “akan berdampak negatif pada posisi Rusia dalam komunitas internasional,” dan bahwa AS “akan menangguhkan partisipasi dalam pertemuan untuk G-8 mendatang,” kata pernyataan itu.


Rusia Raih Kontrol
 
Pasukan Rusia memperkuat kontrol mereka atas Crimea dan kerusuhan menyebar ke wilayah lain Ukraina, Sabtu. Para demonstran pro-Rusia bentrok dengan para pendukung pemerintah baru Ukraina dan mengibarkan bendera Rusia di atas gedung-gedung pemerintah di beberapa kota.


“Ini mungkin situasi yang paling berbahaya di Eropa sejak Soviet menginvasi Cekoslowakia tahun 1968,” kata seorang pejabat Barat yang tidak mau disebut namanya. “Secara realistis, kita harus mengasumsikan Crimea berada di tangan Rusia. Tantangannya sekarang adalah untuk mencegah Rusia mengambil alih wilayah berbahasa Rusia di Ukraina timur.”


Putin meminta parlemen untuk menyetujui penggunaan pasukan “terkait situasi luar biasa di Ukraina, ancaman terhadap kehidupan warga Federasi Rusia, rekan-rekan kita” dan untuk melindungi Armada Laut Hitam di Crimea.


Majelis tinggi parlemen Rusia secara cepat dan dengan suara bulat menyatakan “setuju” atas permintaan itu. Hal itu ditayangkan langsung di televisi.


Negara-negara Barat pun bergegas memberi tanggapan tetapi hal itu sebatas pada kata-kata. Seorang pejabat AS mengatakan, Menteri Pertahanan Chuck Hagel telah berbicara dengan mitra Rusia-nya, Sergei Shoigu. Pejabat itu mengatakan, sejauh itu belum ada perubahan dalam postur militer AS.


Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mendesak Moskwa untuk tidak mengirim tentara. Menteri Luar Negeri Swedia, Carl Bildt, mengatakan itu “jelas melanggar hukum internasional”. Presiden Ceko, Milos Zeman, menyamakan krisis itu dengan invasi tahun 1968 ke Cekoslowakia.


“(Ada) kebutuhan mendesak untuk meredakan ketegangan di Crimea,” kata Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, lewat kicauan di Twitter. “Para sekutu NATO terus berkoordinasi secara erat.”

Pasukan Rusia resmi memasuki Ukraina setelah permintaan Vladimir Putin disetujii Parlemen
Pasukan Rusia resmi memasuki Ukraina setelah permintaan Vladimir Putin disetujui Parlemen


Sementara itu, Putin mengatakan, permintaannya terkait otorisasi penggunaan kekuatan di Ukraina akan berlangsung “sampai terjadi normalisasi situasi sosial-politik di negara itu”.


Justifikasinya, yaitu kebutuhan untuk melindungi warga Rusia, sama seperti yang ia gunakan saat melancarkan invasi ke Georgia tahun 2008.


Sejauh ini belum ada tanda-tanda aksi militer Rusia di Ukraina di luar Crimea, satu-satunya wilayah negara itu yang berpenduduk mayoritas etnis Rusia, dan sudah sering menyuarakan niat untuk memisahkan diri.

Sementara itu di Independence Square di pusat kota Kiev, di mana para demonstran telah berkemah selama berbulan-bulan saat melawan Yanukovich, sebuah film Perang Dunia II tentang Crimea sedang ditampilkan di layar raksasa, ketika Yuri Lutsenko, mantan menteri dalam negeri, menyela untuk mengumumkan keputusan Putin. “Perang telah tiba,” kata Lutsenko. Ratusan warga Ukraina di alun-alun itu pun bernyanyi, “Kemuliaan bagi para pahlawan. Kematian bagi para penjajah”. 




Sumber : JKGR

Pesawat Tempur Hawk TNI AU Pantau Titik Api Di Riau

RIAU-(IDB) : Pesawat tempur Hawk 100/200 Skadron Udara 12 Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, memantau keberadaan titik api yang menyebabkan bencana asap di Provinsi Riau, Kamis (27/2).

Dari hasil pantauan tersebut ditemukan sejumlah koordinat titik api yang tersebar di sejumlah daerah di Provinsi Riau.

Menurut Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Andyawan, hasil pantauan berupa foto yang dilengkapi dengan koordinat lokasi kebakaran tersebut sangat bermanfaat bagi satuan tugas penanganan bencana asap di Provinsi Riau.

“Temuan ini sebagai langkah awal untuk memadamkan titik api oleh pasukan yang ada di darat maupun pemadaman yang dilakukan melalui udara,” katanya melalui siaran pers Kepala Penerangan Lanud Roesmin Nurjadin, Mayor Sus. Filfadri.




Sumber : Jurnas
tempur Hawk 100/200 Skadron Udara 12 Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, memantau keberadaan titik api yang menyebabkan bencana asap di Provinsi Riau, Kamis (27/2).

Dari hasil pantauan tersebut ditemukan sejumlah koordinat titik api yang tersebar di sejumlah daerah di Provinsi Riau.

Menurut Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Andyawan, hasil pantauan berupa foto yang dilengkapi dengan koordinat lokasi kebakaran tersebut sangat bermanfaat bagi satuan tugas penanganan bencana asap di Provinsi Riau.

“Temuan ini sebagai langkah awal untuk memadamkan titik api oleh pasukan yang ada di darat maupun pemadaman yang dilakukan melalui udara,” katanya melalui siaran pers Kepala Penerangan Lanud Roesmin Nurjadin, Mayor Sus. Filfadri.
- See more at: http://www.jurnas.com/news/125919/Pesawat_Tempur_Hawk_Pantau_Titik_Api_di_Riau/1/Nasional/Politik-Keamanan#sthash.34wbTlhL.dpuf

Segitiga Indonesia, Malaysia Dan China

Kunjungan Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Beijing China
Kunjungan Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Beijing China, Januari 2014


BEIJING-(IDB) : Solusi untuk Indonesia dalam masalah Laut China Selatan (LCS) adalah mendatangi China dan menjelaskan batas wilayah Indonesia. China boleh melakukan apapun diluar wilayah indonesia dan Indonesia akan tetap NETRAL.


Kita tidak boleh melupakan peristiwa kelam di saat Indonesia mengalami krisis dan lemah.


Contoh perbuatan Malaysia adalah menikam Indonesia dari belakang :
1. Mencuri Pulau Sipadan dan Ligitan.
2. Mencoba mencaplok Laut Ambalat.
3. Mencoba mencaplok Camar Bulan dan Tanjung Datu.
4. Mengirim inteligen untuk mendukung teroris mengebom Jakarta dan Bali.
5. Melakukan klaim budaya lokal Indonesia
6. Bersinergi dengan Australia untuk memecah wilayah Indonesia.


Kerajaan Malaysia berhasil membodohi pemerintah Indonesia (era Ibu Megawati) dengan mengajak menyelesaikan masalah sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan ke PBB. Malaysia tidak pernah berani melakuakan itu di era Presiden Suharto. Malaysia menunggu kondisi Indonesia lemah secara politik dan pertahanan.


Ketika Indonesia diembargo dan dijauhi banyak negara karena tuduhan HAM di Timor Leste, barulah Malaysia mendesak penyelesaian Pulau Sipadan dan Ligitan. Malaysia sebetulnya sudah berhitung.


Setelah Berhasil menganeksasi Pulau Sipadan dan Ligitan, malaysia mencoba peruntungan dengan mencoba mengklaim Blok Ambalat, Camar Bulan dan Tanjung Datu. Walaupun kondisi militer Indonesia masih lemah, Indonesia mencoba untuk bersikap tegas dengan mengirim militer ke wilayah sengketa. Sebenarnya Malaysia sudah BERHASIL, karena sekarang status Blok Ambalat, Camar Bulan dan Tanjung Datu adalah status quo, sama status Sipadan dan Ligitan sebelum dicuri Malaysia. Bukan tidak mungkin nanti ketika Indonesia lemah, mereka akan memaksa mengubah status tersebut menjadi milik Malaysia.


Semestinya SEKARANG adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan batas wilayah dengan Malaysia. Segera buat patok dan pagar permanen di Camar Bulan dan Tanjung Datu, tempatkan pos militer dengan senjata lengkap, manfaatkan wilayah tersebut untuk wisata dan apapun untuk menunjukan eksistensi Indonesia.


Sekarang waktu yang tepat untuk membangun pangkalan militer di Karang Unarang Blok Ambalat, karang itu harus segera direklamasi total menjadi pulau buatan, yang bisa diisi radar, rudal anti kapal permukaan dan anti pesawat. sekarang waktu yang tepat untuk mengexplorasi Blok Ambalat. Segera ambil semua SDA di Ambalat dan manfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.


Karang Unarang, Laut Ambalat
Karang Unarang, Laut Ambalat


Indonesia harus segera bertindak memanfaatkan kondisi LCS yang makin memanas, ketika Malaysia dan sekutunya sibuk menahan China, Indonesia juga harus segera menyelesaikan batas wilayah yang masih dalam status quo dengan diplomasi yang dibarengi unjuk kekuatan militer di wilayah sengketa.


Tetapi harus diperhatikan, dalam menyelesaikan masalah batas wilayah dengan Malaysia, Indonesia TIDAK BOLEH memakai kekuatan china tetapi harus memakai kekuatan Indonesia sendiri. Indonesia tidak boleh menjadi bagian dari china.


Masalah LCS mungkin akan segera menjadi perhatian dan fokus beberapa negara besar. Indonesia seharusnya memanfaatkan isu LCS untuk memperkuat dan mempertegas kedaulatan NKRI.


Indonesia harus NETRAL dan tidak boleh menjadi bagian aliansi China dan juga tidak boleh menjadi bagian aliansi USA.


Indonesia tidak boleh melupakan sejarah invasi militer ke Timor leste. Indonesia dipojokan dan diharuskan mengambil tindakan militer ke Timor Leste karena dikhawatirkan Timor leste bisa menjadi pangkalan kekuatan komunis China dan Uni Soviet. pilihan yang sulit untuk Indonesia. Amerika Serikat, Australia, Malaysia membantu dan menyediakan semua kebutuhan militer untuk invasi ke Timor leste. Akhirnya Indonesia menyerbu Timor Leste dan laju komunis pun tertahan hanya di Vietnam saja.


Tetapi setelah kondisi dunia berubah dan komunis bukan lagi menjadi ancaman, Australia, Inggris, New Zealand memprovokasi kemerdekaan Timor leste. Amerika mengembargo, Malaysia menikam, Provokasi separatis kedaerahan, Provokasi teroris menjadi-jadi, Provokasi kerusuhan karena SARA dan lain-lain.


Sudah jelas sekali bahwa Amerika dan Australia bukanlah sahabat yang baik untuk indonesia. Indonesia tidak boleh terprovokasi dengan hasutan FDSA bahwa China adalah musuh. China adalah ancaman bagi Australia, hegemoni Amerika dan negara yang terlibat langsung di LCS tetapi China belum tentu akan menjadi musuh Indonesia. Indonesia TIDAK BOLEH terlibat di LCS tetapi Indonesia wajib memperkuat pertahanan di Natuna, Perbatasan Kalimantan, semua jalur ALKI, dan di Papua Utara/papua selatan.


China segera akan membuat pangkalan di Timor Leste. Indonesia harus segera memperkuat kekuatan TNI di perbatasan NTT-TL dengan jarak yang wajar.

Diagram of the first and second island chains of China
Diagram of the first and second island chains of China


Sekarang semua terfokus di kekuatan China di LCS dan pangkalan China di Timor leste, ini saat yang tepat untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di Papua. Segera lakuan operasi militer terbatas untuk melenyapkan separatis bersenjata di Papua, lakukan transmigrasi besar-besaran dari penduduk padat ke Papua. {akukan pembangunan menyeluruh di Papua. Usahakan dalam waktu 10 tahun penduduk papua mayoritas berasal dari NTT/NTB, Maluku, Bugis, Bali, Sumatera dan Jawa. pembanguan Papua juga harus adil dan menyeluruh untuk semua orang yang tinggal di Papua.

Sekali lagi Indonesia harus NETRAL. Indonesia tidak boleh menjadi kacungnya amerika dan juga tidak boleh menjadi kacungnya China. INDONESIA HARUS TETAP NETRAL BAHKAN SEKALIPUN CHINA MELAKUKAN INVANSI KE SABAH, SERAWAK DAN BRUNEI, INDONESIA HARUS TETAP NETRAL. Indonesia bukan pagarnya Australia dan juga bukan ujung tombaknya China.




Sumber : JKGR

Danlantamal IV Tinjau Proyek Pembangunan Dermaga

TANJUNG PINANG-(IDB) : Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) IV Laksamana Pertama TNI Agus Heryana,S.E melakukan peninjauan pembangunan perpanjangan Dermaga Mentigi yang saat ini pembangunanya telah mencapai 45 persen Tanjunguban Kamis. 27/2.

Dermaga Mentigi mempunyai panjang awal 126 meter pada tahun 2013 penambahan perpanjangan 40 meter dan pada tahun 2014 penambahan panjang dermaga 50 meter sehingga total panjang Dermaga Mentigi saat ini mencapai 216 meter, direncanakan dermaga ini dapat menampung KRI yang berukuran besar disamping itu pula dermaga dipersiapkan untuk pendirian Lanal Mentigi.
Dalam peninjauan tersebut Komandan Lantamal IV didampingi Asisten Perencanaan (Asrena) Danlantamal IV Kolonel Laut (P) Heri Sumardi,S.E, Pabanfasduklan Slog Lantamal IV Letkol Laut (KH) Ir Agus Wahyudi, Kadisfaslan Lantamal IV Mayor Laut (T) Muh.Hamzah,SUB,S.T




Sumber : TNI AL

Masyarakat Ekonomi Asean 2015

Menyambut Masyarat Ekonomi Asean 2015 (photo: Fransiskus Simbolon/ Kontan)
Menyambut Masyarat Ekonomi Asean 2015


KUALA LUMPUR-(IDB) : Tahun 2015 adalah awal diberlakukannya perdagangan bebas Asean, dalam bingkai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)/Asean Economic Community(AEC). Dengan platform baru yang hampir menyerupai Masyarakat Ekonomi Eropa/EU, Asean diharapkan akan segera memiliki akses Ekonomi dan diplomasi yang lebih terbuka, solid, merata dan menguntungkan.


Peran serta rakyat di masing-masing negara anggota akan terus didorong untuk menjadi perekat utama Asean sebagai wilayah ekonomi yang semakin borderless. Ada kekhawatiran yang logis menghinggapi para anggotanya. Meskipun ide ini dianggap sebagai jawaban atas tuntutan zaman, namun secara tidak langsung juga akan menggambarkan persaingan yang semakin terbuka. 

Tidak adanya harmoni dalam hal penerapan subsidi dan pengenaan subsidi terhadap sektor-sektor atau komoditas tertentu, tidak adanya keseragaman terhadap besaran pajak dan pengenaan pajak pada sektor-sektor atau komoditas tertentu, serta adanya disparitas tingkat suku bunga perbankan yang cukup jauh antara negara anggota, telah menjadi salah satu pemicu lahirnya kekhawatiran beberapa kalangan.


Sebagai contoh, Malaysia menerapkan suku bunga perbankan sebesar 2%, sedangkan Indonesia pada kisaran 10-13%. Kondisi ini melahirkan kekhawatiran di pihak Indonesia yang merasa terancam sektor manufaktur dan sektor-sektor riil lainnya. Namun Malaysia juga merasa khawatir akan mengeluarkan subsidi yang lebih besar lagi, ketika produk-produk yang selama ini dikenakan subsidi mulai berdatangan dari negara Asean lainnya. 

Pasar tenaga kerja yang murah di Vietnam, Philipine dan Indonesia, adalah kegusaran negara-negara Asean yang minim penduduknya, seperti Malaysia dan Singapore. Selain itu, dengan tingkat suku bunga yang tinggi di Indonesia, sangat dikhawatirkan terjadinya outflow dana masyarakat dari negara-negara Asean yang menerapkan suku bunga rendah ke Indonesia yang bersuku bunga tinggi.


Bagi Indonesia, hal ini sangat memungkinkan terjadinya fenomena kelebihan likuiditas, mengingat pelaku industri dalam negeri lebih memilih negara yang bersuku bunga rendah. Stabilitas Rupiah akan kembali terancam, sedangkan respon pemerintah dalam menggiatkan pembangunan infrastruktuf masih sangat minim, sehingga iklim usaha biaya tinggi akan menjadi momok bagi perekonomian Indonesia.


Satu hal yang menjadi modal penting, kita masih memiliki potensi SDA yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan negara lainnya. Selain itu, pasar domestik yang luas akan menjadi gambaran umum bagi wajah pasar Asean secara keseluruhan.


Pada tahap awal memang diyakini akan mengalami instabilitas di semua negara anggota sebelum akhirnya wujud masyarakat ekonomi Asean ini sendiri menemukan wujud dan bentuk yang wajar dan semestinya. Hal yang perlu dicermati adalah kekuatan yang akan lahir manakala masyarakat Asean ini telah menjadi satu. Asean akan menjadi sebuah wilayah ekonomi yang dihuni oleh lebih dari setengah miliar penduduk bumi, yang akan menempatkannya sebagai wilayah ketiga terbesar di dunia setalah China dan India.


Kekuatan Asean akan semakin diperhitungkan oleh masyarakat Internasional. Untuk itu Asean harus senantiasa tanggap terhadap segala tuntutan peradaban.


aec-3

Paradigma Asean versus China harus segera diubah, karena jika dua kekuatan besar dipertentangkan, maka yang akan terjadi adalah pertentangan besar yang akan berakhir pada kehancuran yang besar.


Pemikiran Asean plus China yang sekarang baru sebatas pada bidang diplomasi, harus terus dikembangkan pada bidang-bidang lainnya. Harus segera dibentuk sebuah wadah khusus yang berfungsi untuk meredam setiap pergesekan yang ada, sehingga Asean bisa lebih mandiri, sehingga mampu mencegah masuknya pihak yang tidak berkepentingan.

Peran kesekretariatan yang ada selama ini, harus mampu memiliki daya tawar di tingkat global.


Akankah Konflik Asean – China Pecah ?
 
Kebetulan hari Sabtu ini 001/03/2014, saya sedang tidak disibukkan oleh rutinitas kerja. Seorang teman asal Korea Selatan mengajak saya untuk ikut serta dalam acara keluarganya, melakukan penyelaman di pulau Pangkor, perjalanan 4 jam dari Kuala Lumpur.


Sebuah gugusan pulau kecil yang berada tudak jauh dari pangkalan utama TLDM di Lumut, negara bagian Kesultanan Perak. Sepanjang perjalanan, kami hanya membicarakan soal ekonomi, seni, budaya dan olah raga. Sampai akhirnya dari obrolan itu saya bisa mengetahui profesi masing-masing. Ada dua orang yang profesinya sangat jauh dari apa yang kami lakukan sehari-hari. Seorang yang sudah agak berumur namum masih tampak tegap adalah ternyata direktur atase pertahanan Korea untuk Malaysia. 

Berlatar belakang sebagai perwira tinggi angkatan darat Korea, yang pernah ditugaskan diperbatasan Korsel dan Korut. Sedangkan yang satunya, sejak awal bertemu, feeling saya udah menerkanya sebagai seorang prajurit. Ternyata benar, dia adalah adik ipar dari direktur atase pertahanan Korea itu. Latar belakangnya bisa dilihat dari bentuk tubuhnya yang nyaris sempurna, seorang perwira menengah di angkatan laut Korea. Pernah berdinas di satuan elite angkatan laut Korea, menjadi utusan yang dikirim untuk melakukan pelatihan bersama dengan berbagai negara Eropa dan Amerika.


Hal menarik yang ingin saya bagikan, sebenarnya bukan tentang silsilah mereka, dan juga bukan soal militer Korea. Tapi lebih kepada pengetahuan dan wawasan mereka terhadap kondisi real perkembangan militer di Asia Tenggara. Seringkali mereka memotong pertanyaan saya dengan langsung menjawabnya dengan point yang saya maksudkan, bahkan dia juga memberikan perbandingan dengan apa yang terjadi antara Korsel dan Korut.


Ketika pembicaraan sedang menuju pada konflik LCS yang melibatkan beberapa negara Asean dengan China, mereka mengomentarinya sangat ringan. Mereka berpikir bahwa konflik yang sedang berlangsung, tidak lebih berat dan panas jika dibandingkan dengan konflik yang mereka hadapi dengan Korut. Konflik yang terjadi baru pada sebatas konflik kepentingan yang berupa klaim teritori.


aec-1

Prospek penyelesaiannya masih sangat cerah, mengingat hingga saat ini belum ada satu pun alat penyelesaian yang dipakai. Indikator lainnya, kondisi hubungan bilteral antara negara-negara yang sedang berkonflik juga masih sangat bagus bahkan menunjukan saling ketergantungan. Jika kondisi business as ussual masih tercipta, maka ancaman perang sebenarnya boleh dibilang gak ada, atau setidaknya masih sangat jauh.


Apalagi belum ada satupun pemimpin negara yang melakukan provokasi perang, ini menyiratkan bahwa kondisi yang sebenarnya masih relatif aman. Bukti nyata yang bisa kita lihat, adanya indikasi peningkatan nilai bilateral dalam sektor ekonomi diantara negara yang berkonflik. Bukan hanya itu, mereka juga masih giat untuk saling berinvestasi. Jadi apanya yang menandakan mau perang? Kondisi seperti yang sedang memanas ditengarai hanya ulah usil dari pihak ketiga yang mencoba mengambil keuntungan dari iklim ekonomi yang sedang robust di kawasan itu.


Pertumbuhan ekonomi China yang tinggi, telah menyedot hampir separuh energi dunia. Dampaknya bagi dunia adalah menjadi langkanya energi dan berimbas pada kenaikan harga energi yang sangat bombastis. Sedangkan China sendiri menikmati benefit harga energi yang murah, karena mereka telah melakukan kontrak justru di saat harga energi itu belum melambung tinggi. Inilah yang menjadikan konflik ini terasa begitu special. Negara-negara besar yang sudah fasih dengan bahasa konflik akhirnya datang untuk mengaut keuntungan. Konflik mungkin akan dibuat tetap panas, memanas dan lebih panas. Tapi percayalah, perang ala militer yang sesungguhnya tidak akan pernah ada.

Di akhir obrolan kami, dua orang ini justru iri melihat kiprah Indonesia. Mereka menyebutnya, bangsa kita sebagai bangsa yang cerdik dan otak dagang. Hehehe..! Sambil tertawa, mereka bilang dari semua konflik yang ada, akhirnya Indonesialah yang akan meraup keuntungan. Persis mirip Jepang era Perang Dunia. Ketika saya coba mengejar apa maksud mereka, jawaban singkat terlontar dari mulutnya; think it..! Pikir aja sendiri. Sambil lompat dari boat dan menenggelamkan diri ke laut.




Sumber : JKGR