JAKARTA-(IDB) : Penamaan kapal perang Indonesia, KRI Usman Harun, telah memicu
ketegangan antara Indonesia dengan Singapura. Media asing pun tidak
ketinggalan untuk menyoroti kondisi yang terjadi saat ini.
KRI Usman Harun diberi nama atas dua orang pahlawan Indonesia yakni,
Usman Haji Mohamad Ali dan Harun Said. Keduanya adalah pelaku peledakan
dari MacDonald House di Orchard Road pada 1965.
Peledakan itu terjadi ketika masa Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia,
dan Singapura pada saat itu masih menjadi bagian dari Malaysia.
Singapura pun menganggap Usman dan Harun sebagai pelaku kejahatan,
meskipun pada 1973 lalu, mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yew
meletakan karangan bunga di makam kedua pahlawan Indonesia itu.
Gencarnya pemberitaan mengenai masalah itu, media asing pun turut
menyoroti hubungan kedua negara saat ini. Beberapa dari mereka
memfokuskan pada batalnya kehadiran petinggi TNI dan Kementerian
Pertahanan Indonesia di Singapore Airshow.
Sebelumnya,
pihak Singapura membatalkan undangan yang diberikan kepada petinggi
TNI. Namun tim akrobatik udara Jupiter, menurut Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro akan terus berpartisipasi dalam Singapore Airshow.
Adapun pemberitaan media asing terkait isu ini, media Hong Kong The
Standard yang menganggap KRI Usman Harun seperti teroris. The Standard
menulis judul "Jakarta stands firm over `terrorist' ship" yang merujuk
pada nama Usman dan Harun yang dianggap teroris oleh Singapura.
Sementara media-media Australia seperti The Age, the West Australia
menyoroti ketidakhadiran para petinggi Indonesia dalam gelaran Singapore
Airshow. Hal serupa turut diutarakan oleh Bloomberg, yang menilai
ketidakhadiran para petinggi TNI ini adalah imbas dari ketegangan
Indonesia dan Singapura.
Adapaun masalah penamaan KRI
Usman Harun mulai ditanggapi oleh sejumlah pejabat tinggi di Indonesia.
Kali ini Panglima TNI Moeldoko angkat bicara mengenai masalah itu.
"Kami setuju menggunakan nama tersebut pada 12 Desember 2012, setelah
melakukan diskusi panjang, sama sekali tidak ada korelasinya dengan hal
yang terjadi belakangan ini," ujar Moeldoko, seperti dilansir dari
Straits Times, Selasa (11/2/2014).
"Penamaan tersebut tidak ditujukan untuk menimbulkan kekacauan," tegasnya.
Pernyataan Moeldoko ini disampaikan di tengah krisis yang sedang
terjadi antara Indonesia dan Singapura akibat penamaan tersebut.
Singapura bersikeras menyebut Usman dan Harun merupakan pelaku kejahatan
dan tidak pantas untuk diberi gelar pahlawan.
Namun, Moeldoko menyebutkan Indonesia memiliki pandangan yang berbeda dengan Singapura mengenai persepsi tersebut.
"Kami tidak bisa menerima mereka disebut sebagai teroris. Mereka adalah abdi negara," ujar Moeldoko.
Ditambahkannya, Indonesia tidak akan mengubah nama Usman Harun walau
kondisi saat ini Singapura mengaku sangat prihatin dengan pemilihan nama
tersebut.
Pemilihan nama Usman dan Harun dinilai
Singapura cukup kontroversial. Kedua orang ini terbukti sebagai pelaku
pengeboman MacDonald House di Singapura saat Indonesia melakukan
konfrontasi ke Malaysia.
Tetapi ditegaskan oleh
sejumlah pejabat Indonesia, pemilihan nama tersebut sudah melalui
prosedur yang berlaku. Ditambah, nama Usman dan Harun dipilih karena TNI
AL selalu menggunakan nama pahlawan untuk setiap kapal perang yang
dimilikinya.
Sementara itu, Menteri Koordinator
Perekonomian Hatta Radjasa berencana datang ke Singapura untuk
menghadiri Ministerial Meeting Six Working Groups (6 WG) RI-Singapura.
Padahal sebagaimana diketahui, hubungan Indonesia dan Singapura dalam
beberapa hari terakhir memanas.
Namun Hatta
yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) seolah tak peduli
dengan hal tersebut. Bahkan dia juga dijadwalkan bertemu dengan sejumlah
pengusaha minyak dan berkonsultasi soal dukungan pembangunan kilang
minyak di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Wakil
Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN Teguh Juwarno berpendapat, kunjungan
Hatta itu bertujuan untuk memperbaiki hubungan Indonesia dan Singapura
yang saat ini tengah memanas.
"Perbedaan itu sebisa
mungkin jangan diperuncing karena ujungnya yang akan dirugikan kedua
negara. Karena itu mungkin Singapura juga harus memahami sikap
Indonesia," kata Teguh, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa
(11/2/2014).
Teguh menambahkan, dalam kunjungannya
tersebut, Hatta juga akan menemui para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
ada di Singapura.
"Untuk menyerap perkembangan TKI.
Kita sangat geram ada TKI yang dianiaya dimasukkan dalam peti mati,
dibuang ke laut, hal ini menjadi perhatian beliau juga," terangnya.
Di sisi lain, dilarangnya KRI Usman Harun masuk wilayah Singapura
segera direspons oleh Indonesia. Menurut Menteri Pertahanan, hal
tersebut sama sekali tidak jadi masalah.
"KRI Usman
Harun akan beroperasi di wilayah teritorial Indonesia karena digunakan
untuk menjaga kedaulatan negara kita," ucap Menhan Purnomo Yusgiantoro,
di Kantor Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Senin (10/2/2014).
"Jadi mengenai hal tentang pelarangan sama sekali tidak menjadi
permasalahan. Dikarenakan kapal ini tidak akan keluar dari wilayah
perairan Indonesia," lanjutnya.
Selain masalah itu,
kekhawatiran tentang merenggangnya kerja sama militer akibat penamaan
KRI Usman Harun turut dikomentari oleh Purnomo. "Kerja sama militer
Indonesia dan Singapura sangat kuat dan tidak berpengaruh dengan adanya
masalah Kapal Usman Harun," ujar Menhan Purnomo.
Sebelumnya, Pemerintah Singapura sempat menyatakan keprihatinannya
tentang pemilihan nama Usman dan Harun. Kedua anggota marinir itu
merupakan pelaku pengeboman Macdonald House pada 1965 saat Indonesia
tengah terlibat Konfrontasi terhadap Malaysia, -Singapura saat itu
merupakan bagian dari Malaysia-.
Namun, keberatan dari
Singapura tidak dipusingkan oleh Indonesia. Menkopulhukam Indonesia
Djoko Suyanto menegaskan tidak akan mengganti nama Usman Harun bahkan
menyatakan, negara lain tidak boleh mengeintervensi soal pemberian nama
kapal perang.
Merasa protesnya diacuhkan, Singapura
segera mengambil tindakan. Negeri Singa memutuskan KRI Usman Harun tidak
boleh masuk perairannya.
Singapura beralasan,
melintasnya kapal itu, dapat membuka kembali luka lama dari korban
Macdonald house. Serta bertentangan dengan semangat anti-terorisme yang
ramai digalakan di dunia.