Pages

Selasa, Januari 28, 2014

Menhan Sematkan Tiga Tanda Kehormatan Kepada Panglima TNI

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Selasa (28/1), menyematkan tiga Tanda Kehormatan, Bintang Yudha Dharma Utama, Bintang Jalasena Utama dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama kepada Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko. Penyematan tiga tanda kehormatan dilaksanakan melalui upacara yang berlangsung di Ruang Bhineka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jakarta.
 
Tanda Kehormatan Bintang Yudha Dharma Utama dianugerahkan kepada Panglima TNI oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan ketetapan KEPRES Nomor 83/TK/ Tahun 2014 tanggal 29 November 2013. Tanda Kehormatan ini di anugerahkan kepada Panglima TNI sebagai penghargaan atas darmabakti anggota TNI yang melebihi dan melampaui panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas pembinaan dan pengembangan sehingga memberikan keuntungan luar biasa untuk kemajuan, perkembangan, dan terwujudnya integrasi TNI.


Sementara itu penganugerahan Bintang Jalasena Utama dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama kepada Panglima TNI berdasarkan ketetapan Presiden RI melalui KEPRES Nomor 82/TK/ Tahun 2014 tanggal 29 November 2013. Tanda kehormatan ini di berikan kepada Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko sebagai penghargaan atas darmabakti WNI bukan anggota TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang berjasa luar biasa untuk kemajuan dan pembangunan TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.


Hadir pada kesempatan upacara penyematan tanda kehormatan tersebut Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Dr. Marsetio, Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Letjen TNI Munir dan para pejabat Eselon I dan II Kementerian Pertahanan serta para pejabat perwakilan Mabes AD, AU dan AL.


Usai upacara penyematan, Panglima TNI mengatakan moment kali ini harus dapat memberikan inspirasi dan motivasi jauh lebih tinggi lagi kepada dirinya terhadap pelaksanaan tugas. Setelah dianugerahkan tiga tanda kehormatan, dirinya juga akan lebih berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pengabdian kepada negara yang lebih jauh lagi dengan bekerja keras dan melaksanakan tugas lebih baik lagi.




Sumber : DMC

TNI AU Berkomitmen Benahi Mentalitas Kinerja

JAKARTA-(IDB) : Terjadinya penyimpangan atau kekeliruan dalam proses penyiapan Alutsista akan melemahkan kekuatan TNI Angkatan Udara yang menjadi parameter keberhasilan tugas pokoknya, untuk itu TNI AU harus meningkatkan kinerja komitmen untuk membenahi mentalitas dan kinerja di segala bidang khususnya dalam hal penyiapan Alutsista.
 
Demikian dikatakan Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia pada Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) 2014, di Mabesau, Cilangkap, Senin (27/1).


Dikatakan, sejak tahun 2010 kita sudah menerima tunjangan kinerja/ remunerasi yang merupakan bentuk penghargaan dari Pemerintah kepada TNI, sehingga kita dituntut untuk lebih profesional dan bertanggung jawab atas amanat dan tugas yang diberikan Negara kepada kita.


Kasau menjelaskan pada tahun 2013 lalu TNI telah mendapat penilaian kriteria Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTPDPP) dari BPK. Sehingga untuk tahun ini diharapkan dengan kerja keras kita bersama dapat meningkat jadi kriteria Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).


Khusus menghadapi Pemilu Legislatif dan Presiden, maka TNI AU akan memegang teguh azas netralitas, namun ikut memiliki tanggung jawab moral dan konstitusional untuk mendukung suksesnya Pemilu dengan aman dan tertib.


Dalam kaitan itu, maka pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI AU tahun 2014 sebagai tahun terakhir pencapaian Renstra TNI AU 2010-2014 harus diorientasikan bagi mantapnya profesionalisme TNI AU dan dilaksanakan melalui langkah-langkah yang konkret, konstruktif, dan dapat dipertanggungjawabkan. 

Pada tahun 2014 TNI AU akan menerima kedatangan berbagai jenis pesawat modern sebagai bagian dari perencanaan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Udara sesuai Renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.


Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan 2014 ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Pimpinan TNI yang baru saja dilaksanakan sebagai upaya untuk memantapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara, sehingga lebih memantapkan peran masing-masing sesuai bidang tugasnya serta kepedulian Angkatan Udara terhadap agenda Nasional tahun 2014, Khususnya penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden mendatang.




Sumber : TNI 

Indonesia Jajaki Pembelian Dua Kapal Selam Kilo Dari Rusia

JAKARTA-(IDB) : Kepala Satuan Angkatan Laut Laksamana Marsetio berencana membeli kapal selam kelas Kilo dari Rusia.

"Kami akan melihat dulu dua kapal selam yang ditawarkan itu," kata Marsetio ketika ditemui di acara penyerahan tank amfibi di Situbondo, Jawa Timur, pada Selasa, 28 Januari 2014.

Saat ini Indonesia sudah memiliki dua unit kapal selam tipe 209/1300 buatan Jerman. September 2013 lalu, Indonesia memesan dua unit kapal selam tipe U-209 yang kini dalam proses pembuatan di Korea Selatan. Meski demikian, kebutuhan kapal selam untuk mempertahankan teritorial maritim Indonesia masih dianggap kurang.

"Idealnya kita butuh 12 unit kapal selam, jadi masih kurang lima unit lagi," kata Marestio.
Duta Besar Indonesia untuk Rusia Djauhari Oratmangun mengatakan proses peninjauan kapal selam yang ditawarkan Rusia akan dilakukan pada Februari mendatang.

"Tahap awal akan ada empat orang yang meninjau kapal itu. Dua kapal selam itu entah nanti dibeli dengan harga murah atau dihibahkan," kata Djauhari. 

Kapal selam kelas Kilo adalah kapal selam militer bertenaga diesel atau kerap dikenal dengan nama Project 877. Kapal ini berfungsi sebagai kapal selam anti-permukaan yang berfungsi di perairan dangkal dan mampu beroperasi dengan tenang atau tanpa suara.

Kapal selam jenis ini memiliki persenjataan berupa delapan roket permukaan ke udara SA-N-8 Gremlin atau SA-N-10 Gimlet. Selain itu, kapal selam ini dilengkapi 18 torpedo atau 24 ranjau dengan enam buah tabung torpedo 533 milimeter.




Sumber : Tempo

Tank Armata Akan Dilengkapi Dengan Radar Sukhoi T-50

MOSCOW-(IDB) : Kendaraan lapis baja Rusia akan dilengkapi dengan radar yang sama dengan teknologi yang digunakan pada pesawat tempur generasi kelima PAK FA T-50. Menurut publikasi dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia, kendaraan tempur lapis baja baru yang berflatform "Armata" akan dilengkapi dengan perangkat tersebut pada tahun 2015.

Armata, yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Uralvagonzavod adalah flatform universal dari kendaraan tempur dengan tujuan penggunaan yang berbeda. Terdiri dari tank tempur utama, kendaraan recovery, kendaraan jembatan dan kendaraan-kendaran pendukung tempur lainnya. Tujuan dibuatnya flatform Armata adalah untuk menjadikan kemampuan tempur tank menjadi lebih baik lagi, yaitu juga sebagai pertahanan udara, rudal dan senjata artileri.

Armata akan dilengkapi dengan radar Ka-band (26,5-5,40GHz) yang berdasarkan radar active phased array (AESA). Merupakan radar yang sama yang digunakan untuk T-50 (radar sementara T-50), pesawat tempur generasi kelima yang dikembangkan oleh Sukhoi. Radar tersebut akan membantu Armata dalam tugas defensif dan ofensif.

Menurut pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin, tank tempur utama Armata akan digunakan Angkatan Darat Rusia mulai 2014-2015. Sedangkan pengembangan teknologi elektroniknya yang lebih baik kemungkinan baru akan selesai pada awal 2016 untuk selanjutnya dilengkapkan pada Armata.
Sumber : Artileri

Analisis : Australia, Mengapa Harus Panik Dan Berkeringat

ANALISIS-(IDB) : Kepanikan PM Australia dengan pergerakan angkatan laut dan udara Indonesia di depan Darwin sangat terlihat ketika dia dalam sebuah wawancara dengan Independent Australia mengatakan akan memanggil pulang seluruh kapal perang yang sedang bertugas di luar negeri dan menunjuk seorang menteri urusan pertempuran.  Dalam ruang pandang diplomatik ini merupakan langkah overdosis yang justru akan mentertawakan kualitas kepemimpinan Abbott yang selalu umbar pernyataan emosional dan kepanikan.  Kenyataan memang begitu, uji cerdas cermat dan intelektual kepemimpinan dari unsur partai Liberal kalah kualitas jika ditandingkan dari unsur partai Buruh.  Karena mata pelajaran yang tak diajarkan kepada Tony Abbott selama kuliah di kampus partai Liberal adalah mata pelajaran kesantunan dan budi pekerti.

PM Australia ini mesti berhati-hati dengan model arogansi pertetanggaannya.  Jika buruknya hubungan ini tidak dikelola dengan hati nurani dan kualitas intelektual kepemimpinan maka kerugian lebih besar akan ditanggung negeri itu.  Kerugian paling fatal dari semua akibat gaya kepemimpinan yang sok jagoan itu adalah dibukanya kartu truf diplomatik yang selama ini disimpan di lemari pendingin Kemenlu.  Yaitu merapatnya Indonesia ke Cina dan Rusia. Jika ini terjadi maka sesungguhnya negeri aborigin itu sudah terisolasi dari mata rantai utama Asia Pasifik, dan benarlah  kata Gus Dur waktu itu, Australia menjadi negeri usus buntu.
Sebaran sejumlah KRI
Perhitungan visioner Indonesia ini harus bisa dianalisis dengan cermat oleh Australia kalau tak mau terjadi sebuah kisah perjiranan yang patah arang, sesal kemudian tak berguna. Kedekatan hubungan diplomatik dan militer Indonesia dengan Cina tak terbantahkan saat ini. 
Paman Panda sedang mendirikan sekolah rudal di Indonesia, sesuatu yang jarang terjadi di dunia karena negara pemilik teknologi rudal sangat pelit ilmu. Jika transfer teknologi rudal C 705 ini di wisuda, maka mulai tahun 2017 Indonesia akan mampu memproduksi peluru kendali anti kapal yang bisa dikembangkan menjadi peluru kendali varian lain yang lebih gahar. 

Demikian juga dengan Rusia.  Masih ingat ketika KTT APEC di Bali Oktober 2013, Presiden SBY bermain gitar dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Vladimir Putin. Lalu keduanya berpelukan hangat sementara Abbott salah tingkah, padahal pemimpin APEC yang lain bertepuk tangan hangat.  Bukankah ini sinyal kedekatan RI-Rusia.  Buktinya ada tawaran 10 kapal selam herder dari Rusia dan rencana beli Sukhoi SU35 serta persenjataan maut lainnya.  Penting juga diketahui bahwa Cina dan Rusia akan mengikuti latihan gabungan angkatan laut 17 negara bertajuk Latgab Komodo April mendatang di Natuna.  Sementara Australia mengundurkan diri, sebuah sikap serba salah. Kalau diikuti malu hati karena hubungan militer dengan RI sedang dingin.  Kalau tidak diikuti kok merasa terkucil padahal latihan itu ada di medan konflik yang harus diikuti percaturannya, Laut Cina Selatan.
2 KRI jenis fregat siaga di pangkalan aju
Jika Indonesia merapat ke Cina maka konflik teritori di Laut Cina Selatan secara psywar telah dimenangkan negeri semilyar ummat itu.  Dengan Cina memeluk Indonesia sebagai pemilik teritori bumper untuk Australia maka bisa dipastikan negeri selatan itu akan klimpungan sendiri, meski di belakangnya ada AS.   
Belum lagi dengan kekuatan ekonomi Cina yang akan mengambil alih posisi kepemimpinan liga kekuatan ekonomi dari AS pada tahun 2018 dan akan terus memimpin tanpa bisa dikejar lagi oleh AS.  Sementara pada saat itu kekuatan ekonomi Indonesia yang saat ini menduduki 15 besar dunia, nomor satu di ASEAN akan terus melaju menuju anak tangga 13 besar dunia.  Tahun 2030 diprediksi kekuatan ekonomi Indonesia menduduki 9 besar dunia dimana di sepanjang urutan itu tidak ada nama Australia.

Makanya kita harus berwawasan visioner dong dalam memandang masa depan.  Bukan mencak-mencak gak karuan, reaksioner, emosional, merasa lebih hebat, besar kepala karena dilindungi oleh Pak De dan abang sepupunya, AS dan Inggris.  Persekutuan Indonesia dengan Cina dan Rusia, jika terbentuk, akan mampu menjungkirbalikkan peta kekuatan ekonomi dan militer Asia Pasifik.  Abad Asia Pasifik sudah di depan mana.  Kan gak pernah disebut abad Asia Australia atau abad Asia Australia Pasifik.  Dari ungkapan itu saja tersirat bahwa memang ke depannya negeri benua selatan itu tidak dianggap oleh negara-negara “asli” Asia Pasifik. Jadi harap maklum ya, dia kan “pendatang” bukan penduduk asli Asia Pasifik.
Jet tempur Sukhoi menjatuhkan bom
Kahadiran armada angkatan laut Indonesia di pagar halaman Darwin tentu sudah terukur tujuannya.  Seperti yang disampaikan Menlu Marty bahwa ada 4 perahu “milik” Australia yang dikembalikan ke teritori Australia oleh tiga KRI.  Jadi diantar sampai batas 12 mil pantai utara benua itu.  Jadi jelas tujuannya, bukan mau ofensif atau menyerang.  
 Ini operasi kawal border dan boleh saja disebut unjuk kekuatan, tapi kan unjuk kekuatannya di pagar halaman sendiri.  Jadi sangat lucu kalau kehadiran kapal perang sebuah negara lalu disikapi dengan pernyataan kepanikan, siaga perang sampai menyebut operasi darurat mempertahankan daratan Australia, memanggil kapal perang yang sedang bertugas di luar negeri, menunjuk menteri pertempuran.  Alamak, macam gelap saja dunia ini di wajahnya.  Mengapa harus panik dan berkeringat.

Biasanya operasi siaga militer tidak untuk konsumsi publik.  Pengerahan armada laut RI ke NTT tidak diumbar di media dalam negeri.  Demikian juga ketika RI mengirim 2 fregat dan 1 LPD ke Somalia untuk membebaskan KM Sinar Kudus, semua rakyat bangsa besar ini tak ada yang tahu karena ini menyangkut strategi militer.  Jadi semua yang dilakukan Indonesia itu terukur, terkontrol dan proporsional.  Hubungan pertetanggaan RI dan Australia adalah takdir sejarah karena letak keduanya tidak bisa dipindah sampai kiamat. Jadi marilah melihat hubungan bilateral ini dalam perspektif yang luas dan visioner.  Bagaimana ke depannya generasi penerus kedua bangsa bisa saling mengisi kelas-kelas kesejahteraan dan kebagusan cara pandang. 

Semua persoalan hubungan bisa diselesaikan dengan otak bukan otot.  Karena Australia lebih dulu mengedepankan otot untuk urusan manusia perahu, kita juga bisa tunjukkan bahwa kita juga punya otot. Ini lho otot kami, kata sejumlah KRI di pagar Darwin, ditemani herder bawah laut.  Anehnya 3 KRI itu tidak ada yang “menyambut”. Memang keki juga berhadapan dengan pemimpin tetangga yang berkarakter “trouble maker”. Tapi percayalah model itu tidak mewakili suasana bathin sebagian besar rakyat dan bangsa Australia.  Dan kita yakin suatu saat nanti Tony Abbott akan terengah-engah sendiri dengan lagak cowboynya.  Apalagi kalau Pak De dan abang sepupunya AS dan Inggris bilang setengah membentak : “Mr Abbott, stop your cangkem, mingkem !”.
Sumber : Analisis

TNI AU Pilih Sukhoi SU-35 Pengganti F-5 Tiger

JAKARTA-(IDB) : Pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI Angkatan Udara akan memasuki masa pensiun dan segera dikandangkan tahun ini. Meski begitu, TNI Angkatan Udara maupun Kementerian Pertahanan belum memutuskan pesawat pengganti Tiger. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Ida Bagus Putu Dunia mengatakan baru membuat kajian soal opsi-opsi pesawat pengganti.

"Kajian tersebut sudah saya kirim ke Menteri Pertahanan dan Markas Besar TNI. Nanti akan diputuskan di sana," kata Putu Dunia kepada wartawan di Markas Besar TNI Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 27 Januari 2014.

Dalam kajian tersebut, TNI Angkatan Udara merekomendasikan sejumlah pesawat tempur canggih pengganti F-5 Tiger. Antara lain pesawat tempur Sukhoi SU-35 buatan Rusia, F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika Serikat, F-15 Strike Eagle buatan Amerika Serikat, atau SAAB Gripen buatan Swedia.

TNI Angkatan Udara juga membuat peringkat dari pesawat-pesawat tersebut sesuai kebutuhan mereka. Pada urutan pertama adalah Sukhoi SU-35, disusul SAAB Gripen, dan terakhir adalah F-15 Strike Eagle. Dengan kata lain, pesawat tempur bikinan Rusia menjadi pilihan utama pengganti F-5 Tiger.

Menurut Putu, ketiga pesawat pengganti itu dipilih karena daya tangkal yang mumpuni, khususnya terhadap negara-negara tetangga. "Termasuk faktor persenjataan, perawatan, dan banyak faktor lain," kata dia.

Putu menginginkan pemerintah segera membeli pesawat tempur pengganti F-5 Tiger pada periode 2015-2019. Idealnya, kebutuhan TNI Angkatan Udara sebanyak 16 unit atau satu skuadron. "Tapi kami kembalikan pada kemampuan keuangan negara," kata dia.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menginginkan Sukhoi SU-35 sebagai pengganti F-5 Tiger. Menurut dia, pesawat buatan Rusia itu punya efek gentar yang tinggi di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Sedangkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ingin Angkatan Udara punya pesawat tempur canggih yang mampu menggendong rudal jarak jauh, seperti Brahmos buatan India.




Sumber : Tempo

Indonesian Firm Wins PAF Aircraft Supply Deal

MANILA-(IDB) : The Air Force is acquiring two new light lift aircraft from Indonesia to boost the delivery of supplies and personnel to remote areas.

Indonesian firm PT Dirgantara Indonesia has won the bidding for the light lift fixed-wing aircraft acquisition project, worth P814 million.
The STAR learned that the defense department issued the notice of award for the project early this month.

Air Force spokesman Col. Miguel Okol said the aircraft could land even in areas that do not have airstrips.

Larger planes like the C-130 and medium lift fixed-wing planes require long runways.
“The light lift fixed aircraft can bring more goods than helicopters.

It can operate in areas with small runways,” Okol told The STAR yesterday.

He said the plane is more flexible, particularly during disaster response operations.

The air assets, Okol said, would ensure on time distribution of relief goods to far-flung areas.
There are three light lift aircraft in the Air Force’s inventory.

Defense assistant secretary Patrick Velez said PT Dirgantara would supply CN 212i planes to the Air Force, which is seeking to beef up its inventory following a series of crashes.

The company is required to deliver the planes within 548 calendar days from the opening of letter of credit, which assures the winning bidder that the government will honor its financial obligations.

The aircraft acquisition project aims to enhance the military’s humanitarian and security efforts.
The plan was to buy an aircraft that can operate in any environment and will provide organic general support for territorial defense, internal peace and security plan, internal security operations, disaster response and national development.

The Aquino administration has vowed to upgrade the capabilities of the military, said to be one of the most poorly equipped in the region.

Other air assets to be acquired include lead-in fighters, long-range patrol aircraft, close air support aircraft, medium lift aircraft, C-130 cargo planes, attack helicopters and combat utility helicopters.



Sumber : Philstar

Psywar Indonesia Australia

JAKARTA-(IDB) : Potensi meletusnya perang terbuka antara Indonesia dan Australia sangat mungkin terjadi. Kapan? Tergantung pada situasi, apakah persoalan yang menjadi dasar munculnya permusuhan bereskalasi cepat atau lambat.

Sebagaimana diakui Juru Bicara TNI AL dan TNI AU, armada perang Indonesia sudah mendekat ke wilayah Australia. Sejumlah kapal perang telah dipindahkan ke perbatasan Australia. Sejumlah pesawat tempur lagi, sudah disiagakan. Sehingga secara faktual, tensi permusuhan Indonesia terhadap Australia sudah mendidih.

Penyiagaan armada tempur oleh pihak Indonesia bisa diartikan sebagai sebuah tantangan baru terhadap Australia. Dan bila Australia juga menerima tantangan, perang terbuka laut dan udara, tentunya tak terhindarkan. Lain halnya kalau kesiapan itu hanya dimaksudkan sebagai sebuah perang urat syaraf (psy war) semata.

Disiagakannya armada tempur Indonesia merupakan buntut dari ketersinggungan Jakarta atas sikap Canberra. Tetangga Selatan ini melakukan pelanggaran atas wilayah Indonesia. Pelanggaran Australia terjadi ketika kapal-kapal perangnya mengusir kapal-kapal sipil yang memuat para pencari suaka politik berusaha masuk ke Australia. Mereka yang sudah berada di wilayah Australia, diusir kembali ke perairan Indonesia.

Ketika mengusir, kapal Australia ikut merangsek ke perairan Indonesia. Para pencari suaka, umumnya berasal dari negara-negara Balkan, Eropa Timur dan Asia Selatan. Rute mereka Samudera Hindia yang melewati perbatasan Indonesia-Australia, yakni perairan seputar Cilacap, Jawa bagian Selatan dan Pulau Christmas (Australia).

Sebetulnya, Indonesia sudah melayangkan surat protes atas insiden itu. Dan pemerintah Australia secara resmi sudah mengakui pelanggaran itu serta telah pula meminta maaf. Namun otoritas Indonesia, nampaknya tidak merasa puas kalau hanya melayangkan protes diplomatik. Begitu juga Indonesia tidak merasa cukup dengan pernyataan permintaan maaf oleh Menteri Imigrasi Australia, Scott Morrison. Lalu Indonesia pun menyiagakan kekuatan tempur militer.

Meningkatnya aroma permusuhan ini, cukup menarik. Sebab tensi kemarahan Indonesia merebak hanya selang tiga bulan setelah terjadi perang pernyataan antara Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott.

Presiden RI mendesak PM Australia meminta maaf karena intelejens Australia telah melakukan penyadapan telpon Presiden SBY, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi. Namun Abbott yang merasa tidak bersalah, bersikeras tidak mau menuruti permintaan SBY.

Alhasil, Presiden SBY tersinggung, lalu membekukan semua kerja sama kedua negara. Termasuk membatalkan latihan militer bersama yang sedang berjalan ketika itu. Melalui "Selalu Ada Pilihan", buku terbarunya, yang diluncurkan 17 Januari lalu 2014, SBY kembali menegaskan ketersinggungannya atas sikap Abbott yang tidak bersedia meminta maaf.

Ketersinggungan SBY atas sikap Abbott dan penyiagaan armada tempur Indonesia, kelihatannya masih saling berkait. Sebab pengumuman kesiagaan tempur pasukan Indonesia muncul tak lama setelah SBY meluncurkan buku "Selalu Ada Pilihan".

Disamping itu baru kali ini Indonesia bersikap keras dan tegas kepada negara tetangga. Pelanggaran perbatasan oleh negara tetangga bukan baru kali ini terjadi. Yang paling sering, Malaysia. Akan tetapi terhadap tetangga dekat Indonesia ini, Presiden RI belum pernah menyiagakan armada tempur.

Dalam kasus pelanggaran Malaysia, SBY yang sudah didesak oleh berbagai kalangan di dalam negeri, tetap melunak. SBY tetap mengabaikan desakan rakyatnya. SBY berdalih, kepentingan kerja sama bisnis kedua negara, jauh lebih penting.

Padahal Malaysia bukan hanya melakukan pelanggaran batas di sepanjang wilayah perbatasan Kalimantan. Malaysia bahkan mencaplok pulau-pulau milik Indonesia yang terletak di ujung perbatasan kedua negara. Itupun tak pernah digubris armada tempur Indonesia maupun oleh SBY. Malaysian juga tidak pernah meminta maaf. Berbeda dengan Australia yang langsung meminta maaf.

Atas sikap mendua dari Indonesia terhadap dua negara tetangga, mencuatkan kesan, kemarahan Indonesia terhadap Australia boleh jadi lebih dipicu oleh emosi pribadi seorang SBY. Pelanggaran Australia terlalu didramatisir, dipaksakan dan dibesar-besarkan.

Oleh karenanya penyiagaan armada tempur Indonesia menghadapi tetangga (Australia) juga memancing berbagai spekulasi. Apakah usaha menciptakan perang dengan Australia, sebagai bagian dari usaha pembelokan isu oleh pemerintahan SBY?

Spekulasi ini mengemuka dengan alasan pemerintahan SBY yang sedang kehilangan akuntabilitasnya di dalam negeri, mencoba menciptakan satu "musuh bersama". Dan "musuh bersama" yang paling pas saat ini adalah Australia. Jadi rakyat diberi wacana, ancaman paling berbahaya bagi kedaulatan dan kesatuan NKRI adalah Australia.

Tapi selain spekulasi, pada saat bersamaan, kesiapan berperang dengan Australia, juga mencuatkan kekhawatiran. Yakni jika terjadi peperangan kedua negara, dampaknya akan destruktif bagi Indonesia sangat besar.

Mengapa ? Karena seluruh kekuataan saat ini sedang sibuk menghadapi Pemilu 2014. Tahun politik 2014, sangat menyita konsentrasi dan waktu. Kalau waktu dan konsentrasi masih harus dibagi ke peperangan, konsekwensinya, Pemilu 2014 bakal gagal atau sedikitnya terganggu. Gagal atau terganggu, bukan lagi menjadi persoalan bagi rezim sekarang. Karena toh rezim SBY akan berakhir pada 20 Oktober 2014.

Selain masalah politik, Indonesia juga mengalami keterpurukan di bidang ekonomi. APBN 2014 hanya sekitar Rp1.400 triliun. Sementara akumulasi utang RI sudah mencapai Rp3.000-an triliun. Defisit anggaran tak bisa dihindarkan. Bagaimana Indonesia membiayai sebuah perang?

Dalam kondisi perekonomian dan politik yang serba amburadul, dan kepercayaan masyarakat terhadap Presiden SBY demikian merosot, apakah Indonesia benar-benar siap berperang dengan Australia ?

Dalam situasi dimana kelengkapan Alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) masih terbatas, apakah mungkin armada tempur Indonesia mampu mengalahkan Australia? Jangan-jangan kesiapan tempur itu hanya untuk memenuhi ego pribadi seorang Presiden yang kebetulan berlatar belakang militer dan mempunyai rekam jejak bertempur di Timor Timur (kini Timor Leste).

Oleh sebab itu tantangan Indonesia bertempur dengan Australia bisa bersifat fatal. Fatal sebab secara ekonomi dan politik, Indonesia memiliki kelemahan yang cukup serius. Alasan untuk berperang dengan Australia, tidak cukup kuat. Seluruh rakyat Indonesia pun belum terkondisi bahwa Australia saat ini merupakan ancaman. Dan apakah perang oleh militer yang tidak melibatkan dukungan penuh rakyat bisa efektif?

Keraguan atas minimnya dukungan rakyat terhadap perang menghadapi Australia cukup beralasan. Sebab pemerintah juga belum memberikan arahan, bagaimana kebijakan penanganan puluhan ribu siswa dan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Australia?

Kalau akhirnya perang dengan Australia meletus, yang bakal dihadapi Indonesia bukan hanya negeri kanguru saja. Melainkan negara lain yang sama dengan Australia sebagai anggota persemakmuran. Kebetulan negara-negara itu semuanya bertetangga dengan Indonesia. Mulai dari Papua Nugini, sampai dengan Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia.

Pada akhirnya, ketika perang dipetakan, Indonesia akan berada pada posisi yang terkepung. Dengan lemahnya performa Indonesia di dunia diplomasi, jangan-jangan tak satupun negara sahabat di dunia yang bersedia mendukung. Lalu apa hasil dan manfaat yang bisa dipetik Indonesia dari peperangannya dengan Australia? Paling banter uji persenjataan. Lebih dari itu, tidak.

Politik semakin amburadul, ekonomi makin kacau. Pada saat yang sama SBY sebagai Panglima Tertinggi sedang atau sudah bersiap-siap meninggalkan panggung kekuasaan. Jadi hanya kehidupan fatal yang dihasilkan dari peperangan tersebut.

Satu hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh pengendali armada tempur Indonesia, memulai perang merupakan hal yang mudah. Yang sulit adalah bagaimana menghentikan atau mengakhirinya.

Falsafah ini sudah terbukti. Tak ada satupun perang di dunia yang berakhir dalam waktu singkat. Oleh sebab itu para pecinta perdamaian, selalu beranggapan, aksioma sebuah peperangan sangat sederhana. "Menang jadi abu, kalah jadi debu ".

Terpulang kembali kepada pemberi komando peperangan. Mana yang harus dipilih. Mau perang atau berdamai. Karena toh dalam setiap permasalahan, "Selalu Ada Pilihan".




Sumber : Inilah

Tank Leopard Dan Marder Akan Ditempatkan Di Perbatasan Kalimantan

PASURUAN-(IDB) : Sebagian tank tempur utama Leopard dan tank tempur medium Marder dari Jerman dijadwalkan tiba di Indonesia pada Oktober 2014, sementara sisanya dijadwalkan tiba secara bertahap pada tahun depan. Sebagian tank tersebut akan ditempatkan di dua divisi Kostrad dan di perbatasan Kalimantan.

“Akan ditempatkan di Kostrad, divisi 1 dan 2. Ada pemikiran memang sebagian akan ditempatkan di perbatasan Kalimantan,” kata Purnomo Yusgiantoro, Senin (27/1/2014).

Hal itu dikatakan Menhan Purnomo Yusgiantiro, saat meninjau kesiapan garasi tank Leopard dan Marder di Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/Tank, Beji, Pasuruan. Turut serta dalam kunjungan tersebut Panglima TNI Jendral Moeldoko, Pangdam V/Barwijaya Mayjed TNI R Ediwan Prabowo, Panglima Divisi 2 Kostrad Mayjed TNI Agus Kriswanto, Komandan Yonkav 8/Tank Letkol Otto Sollu, serta sejumlah pejabat Mabes TNI.

Purnomo menjelaskan, awalnya TNI sebenarnya hanya membeli 40 tank dari Jerman. Namun karena perubahan kebijakan di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya yang lebih mementingkan pembangunan kekuatan tempur udara, maka TNI mendapatkan sebanyak 105 Leopard dan 50 tank Marder.

“Mereka perkecil angkatan darat yang kemudian itu kita tangkap kemudian kita bisa dapat lebih banyak. Kita untung, dengan buget yang ada kita bisa dapat Leopard 105 dan Marder 50,” jelas Purnomo.

Panglima TNI Jendral Moeldoko dalam kesempatan itu mengatakan, Yonkav 8/Tank Beji yang masuk dalam Divisi 2 Kostrad sudah siap ditempati tank Leopard dan Marder. Garasi berkapasitas sekitar 40 tank sudah disiapkan jauh-jauh hari.

“Kami ke sini untuk meninjau kesiapan dan tadi sudah dipaparkan semua. Yonkav 8 sudah siap,” kata Moeldoko.

Moeldoko mengatakan, beberapa prajurit yang disiapkan sebagai kru Leopard dan Marder sudah dikirim ke Singapura untuk sharing sehingga bisa berdiskusi dengan calon kru lainnya.

“Kita juga pasti akan kirim ke Jerman untuk mempelajari. Setidaknya separuh dari kru akan kita kirimkan,” jelas Moedoko.

Moeldoko mengatakan pengembangan alutsista TNI harus terus dilakukan agar tidak kalah dengan negara tetangga. “Kalau di lingkungan kita (negara tetangga) belanjanya lebih tinggi ya nanti kita keok terus, kita juga harus di atas mereka. Ini (Leopard dan Marder) termasuk senjata paling canggih,” tandasnya.




Sumber : Detik

Menhan Tinjau Kesiapan Garasi Tank Leopard Di Yonkav 8 Pasuruan

PASURUAN-(IDB) : Menhan RI Punomo Yusgiantoro, Senin (27/1) meninjau kesiapan dari garasi khusus Tank Leopard di Batalyon Kavaleri 8 (Yonkav 8) Divisi 2 Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad), Pasuruan, Jawa Timur.

Sebelum meninjau, Menhan dengan didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, dan Kasal Laksamana TNI Mersetyo, menerima paparan dari Danyon Kav 8 Letkol Kav Otto Sollu terkait kesiapan Yonkav 8 untuk menerima kedatangan kendaraan tempur MBT baru Leopard buatan Jerman.  Turut mengikuti paparan tersebut Panglima Divisi 2 Kostrad, Mayjen TNI Agus.K, Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Ediwan Prabowo, dan Kabaranahan Kemhan, Laksda TNI Ir. Rachmad.Lubis serta para pejabat lainnya dari Kemhan, Komisi I DPR dan TNI. 


Dalam paparannya Danyon Kav 8 mengungkapkan bahwa kesatuannya sudah membangun garasi serta sarana pendukung lain untuk operasional Tank MBT jenis Leopard.


Bangunan garasi khusus Tank Leopard yang tersedia saat ini sebanyak 33 unit. Masing-masing garasi ini dapat menahan beban sekitar 70 ton.


Selain itu secara umum Yonkav 8 juga memiliki garasi Tank Pendukung sebanyak 5 unit garasi, garasi Transporter sebanyak 8 unit, garasi untuk kegiatan workshop 1 unit serta gudang munisi 1 unit.


Sementara itu, kesiapan sumber daya manusia untuk mendukung operasional Leopard, Yonkav 8 telah menyiapkan personil terlatih yaitu 60 orang komandan kendaraan, 60 orang pengemudi, 41 orang penembak, serta 41 orang loader. Disamping itu telah disiapkan tim teknisi berjumlah 24 orang, terdiri dari teknisi mesin 8 org, teknisi alkom 8 org dan teknisi senjata 8 org.


Usai menerima paparan, Menhan beserta rombongan meninjau lokasi garasi Tank Leopard.

Disela-sela peninjauan tersebut Menhan mengatakan bahwa rencananya Tank Leopard yang akan ditempatkan di Satuan Yonkav 8 ini sekitar 40 unit.  Menurut Menhan, garasi beserta sarana pendukungnya di YonKav 8 telah siap menerima Tank Leopard. 


Sementara itu Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko mengatakan masih terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan di satuan Yonkav 8 tersebut, diantaranya lahan yang akan dipergunakan khusus untuk medan latihan manuver ataupun menembak dari Tank Leopard.


"itulah yang sedang kita pikirkan medan untuk manuvernya kavaleri khususnya untuk Main Battle Tank. kalo tidak ya nanti bisa mengganggu lalu lintas atau lingkungan sekitarnya." ungkap Panglima TNI.


Yonkav 8 merupakan satuan kavaleri yang mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk menerima dan mengoperasikan Tank Leopard ini dengan kekuatan 1 Batalyon lengkap.





Sumber : DMC