Demi meningkatkan kecepatan penanggulangan kecelakaan/bencana, Basarnas butuh 12 helikopter dan tiga pesawat sayap tetap sekelas CN295. Enam heli BO-105 yang saat ini dimiliki akan dipensiunkan secara bertahap.
ANGKASA-(IDB) : Luasnya cakupan wilayah operasi dari Sabang hingga Merauke, menuntut Badan SAR Nasional (Basarnas) meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kecelakaan maupun bencana di Tanah Air. Response time Basarnas (kecepatan pelaksanaan SAR dihitung sejak informasi kecelakaan/bencana didapat) dinilai masih terlalu lama akibat terkendala beberapa faktor.
Kepala Basarnas Marsdya TNI F.H.B Soelistyo menyatakan kepada Angkasa di kantornya bulan lalu, salah satu kendala yang amat dirasakan saat ini adalah kurangnya armada helikopter yang dapat bergerak cepat ke target-target SAR. Basarnas selama ini didukung enam heli Bolkow BO-105 dan itu pun penggunaannya sudah kurang efisien karena performanya sudah menurun. “Makanya tahun lalu kami dapat tambahan dua heli Dauphin AS 365N+,” ujarnya.
Rencana 2015, pembelian Dauphin akan dilanjutkan paling tidak tambah empat unit lagi sehingga menjadi enam. Selain itu Basarnas juga akan menambah enam helikopter dengan spesifikasi lebih tinggi dari Dauphin. “Untuk helikopter minimal kami butuh 12 unit, sambil secara bertahap memensiunkan BO-105,” papar Soelistyo. Enam heli berspesifikasi di atas Dauphin dibutuhkan terkait desain, kecepatan, endurans, dan kapasitas angkut yang lebih besar. Saat ini pihaknya sedang mencari heli yang cocok. “Yang kami taksir saat ini adalah AgustaWestland AW139,” jelasnya. Soal desain, heli yang dibutuhkan misalnya punya pijakan untuk melakukan water jumping.
Helikopter, kata Kabasarnas, perannya sebagai alut quick response. Dia bisa langsung ke sasaran melaksanakan operasi SAR dan membawa on scene commander atau komandan taktis. Helikopter juga bisa langsung digunakan sebagai moda evakuasi survivor sesuai kapasitas angkutnya. Dalam hal operasionalisasi Dauphin, Basarnas telah bekerja sama dengan Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal). Sementara untuk heli sekelas AW139 rencananya Basarnas akan bekerja sama dengan TNI AU.
Pesawat Patroli
Selain helikopter, alut udara Basarnas dirasa perlu juga dilengkapi armada pesawat sayap tetap untuk patroli rutin. Pesawat ini sekaligus akan berfungsi sebagai Command Center saat operasi SAR berlangsung. Pesawat akan dilengkapi berbagai peralatan elektronik pendukung dan membawa SMC (SAR Mission Commander), semacam komandan lapangan atau koordinator operasi SAR. “Kalau di heli tadi ada komandan taktis, pelaksananya rescuer. Bisa juga dari kapal disesuaikan dengan kondisi. Nah, di pesawat sayap tetap ini ada komandan lapangan yang membawahi beberapa komandan taktis. Orangnya setingkat Kepala Kantor SAR atau yang ditunjuk,” ujar mantan Waasops KSAU dan Pangkohanudnas ini.
Kepala Basarnas Marsdya TNI F.H.B Soelistyo menyatakan kepada Angkasa di kantornya bulan lalu, salah satu kendala yang amat dirasakan saat ini adalah kurangnya armada helikopter yang dapat bergerak cepat ke target-target SAR. Basarnas selama ini didukung enam heli Bolkow BO-105 dan itu pun penggunaannya sudah kurang efisien karena performanya sudah menurun. “Makanya tahun lalu kami dapat tambahan dua heli Dauphin AS 365N+,” ujarnya.
Rencana 2015, pembelian Dauphin akan dilanjutkan paling tidak tambah empat unit lagi sehingga menjadi enam. Selain itu Basarnas juga akan menambah enam helikopter dengan spesifikasi lebih tinggi dari Dauphin. “Untuk helikopter minimal kami butuh 12 unit, sambil secara bertahap memensiunkan BO-105,” papar Soelistyo. Enam heli berspesifikasi di atas Dauphin dibutuhkan terkait desain, kecepatan, endurans, dan kapasitas angkut yang lebih besar. Saat ini pihaknya sedang mencari heli yang cocok. “Yang kami taksir saat ini adalah AgustaWestland AW139,” jelasnya. Soal desain, heli yang dibutuhkan misalnya punya pijakan untuk melakukan water jumping.
Helikopter, kata Kabasarnas, perannya sebagai alut quick response. Dia bisa langsung ke sasaran melaksanakan operasi SAR dan membawa on scene commander atau komandan taktis. Helikopter juga bisa langsung digunakan sebagai moda evakuasi survivor sesuai kapasitas angkutnya. Dalam hal operasionalisasi Dauphin, Basarnas telah bekerja sama dengan Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal). Sementara untuk heli sekelas AW139 rencananya Basarnas akan bekerja sama dengan TNI AU.
Pesawat Patroli
Selain helikopter, alut udara Basarnas dirasa perlu juga dilengkapi armada pesawat sayap tetap untuk patroli rutin. Pesawat ini sekaligus akan berfungsi sebagai Command Center saat operasi SAR berlangsung. Pesawat akan dilengkapi berbagai peralatan elektronik pendukung dan membawa SMC (SAR Mission Commander), semacam komandan lapangan atau koordinator operasi SAR. “Kalau di heli tadi ada komandan taktis, pelaksananya rescuer. Bisa juga dari kapal disesuaikan dengan kondisi. Nah, di pesawat sayap tetap ini ada komandan lapangan yang membawahi beberapa komandan taktis. Orangnya setingkat Kepala Kantor SAR atau yang ditunjuk,” ujar mantan Waasops KSAU dan Pangkohanudnas ini.
Sumber : Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar