GUAM-(IDB) : Para pejabat Amerika Serikat (AS) terbiasa
untuk mengeluarkan retorika humas bahwa militernya tidak sedang berlatih
untuk perang dengan negara mana pun, terutama China yang kini dianggap
sebagai kekuatan baru dunia dari sektor keuangan maupun militer.
Namun berapa besar kemungkinan bahwa angkatan laut AS mengerahkan dua grup kapal induk lengkap dengan sedikitnya 200 jet tempur di luar pantai Guam hanya untuk main-main? "Melihat pengerahan angkatan laut AS seperti itu, sulit untuk tidak terpesona," kata wartawan BBC Rupert Wingfield-Hayes.
Hayes dalam laporannya saat berada di atas kapal induk AS USS George Washington di Guam, Selasa 14 Oktober 2014, menyebut tidak ada angkatan laut lain di dunia dengan "mainan" yang sama seperti dimiliki AS dan memamerkannya dengan cara yang mudah.
"Anda tidak akan memiliki banyak kesempatan mendapat undangan untuk berada di kapal induk bertenaga nuklir AS dan setelah tulisan ini mungkin Saya tidak akan diundang lagi," tulis Hayes, menyebut dari apa yang disaksikannya jelas bahwa AS bersiap untuk pertempuran dengan China.
Hayes mengatakan ratusan jet tempur yang diluncurkan dari atas kapal induk AS melakukan latihan yang disebut Pentagon sebagai pertempuran laut-udara. Sebuah konsep yang telah ada sejak 2009 dan spesifik didesain untuk menghadapi China.
Komandan Grup Serang 5 Laksamana Muda Mark Montgomery, mengatakan pasukan di bawah kendalinya melakukan simulasi skenario anti-akses, resistensi wilayah. "Beberapa negara telah mengembangkan senjata anti-akses, maka kita harus mengembangkan taktik, teknik, dan prosedur," kata Montgomery.
Montgomery enggan mendiskusikan latihan secara spesifik, tapi kapal induk dan jet tempur AS melakukan simulasi berbagai ancaman yang rumit dari laut, udara, ruang angkasa, dan internet.
"Secara umum dipahami bahwa beberapa negara memiliki kemampuan untuk mengalihkan atau membatasi komunikasi satelit. Jadi kita harus berlatih untuk bekerja dalam situasi dengan komunikasi yang terbatas," ucap Montgomery.
Angkatan laut China jelas belum setara dengan AS dan tidak akan dapat menyamai untuk waktu yang lama. Tapi China telah mengembangkan berbagai senjata yang didesain untuk menghadapi kapal induk AS. Termasuk kapal selam, rudal supersonik jarak jauh.
China juga mengklaim telah memiliki teknologi rudal balistik yang sangat akurat dalam mengejar sasaran. Mereka sebut sebagai pembunuh kapal induk. Rudal itu disebut dapat melakukan manuver untuk mengenai sasaran yang bergerak.
Selama satu dekade terakhir China berusaha memberikan persepsi pada internasional, bahwa munculnya China sebagai kekuatan baru tidak akan menjadi ancaman bagi dunia. Hingga Xi Jinping menjadi presiden pada 2013, yang membawa beberapa perubahan signifikan.
China kini mulai mempertegas klaim wilayah maritimnya. Kapal-kapal China secara agresif melakukan patroli di dekat pulau Senkaku atau Diaoyu di Laut China Timur yang selama ini dikuasai Jepang.
Pada Agustus lalu, sebuah jet tempur China terlibat konfrontasi dengan pesawat mata-mata AS di atas Laut China Selatan. Montgomery mengatakan insiden itu membuat peran angkatan laut AS di kawasan semakin vital.
Dia mengklaim bahwa AS telah menjadi kontributor tunggal yang menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik dalam 70 tahun terakhir. Para pemimpin China dipastikan bakal tidak setuju dengan pernyataan itu. Beijing sejak lama ingin mendominasi wilayah sekitar perairannya.
Jika AS berusaha untuk menghentikan keinginan itu, maka potensi konflik bukan lagi sesuatu yang akan mudah diperdebatkan. Beberapa negara seperti Jepang, Filipina dan Vietnam telah mengisyaratkan dukungan bagi AS, sekalipun itu akan membuat dominasi AS di Asia semakin tidak terbatas.
Namun berapa besar kemungkinan bahwa angkatan laut AS mengerahkan dua grup kapal induk lengkap dengan sedikitnya 200 jet tempur di luar pantai Guam hanya untuk main-main? "Melihat pengerahan angkatan laut AS seperti itu, sulit untuk tidak terpesona," kata wartawan BBC Rupert Wingfield-Hayes.
Hayes dalam laporannya saat berada di atas kapal induk AS USS George Washington di Guam, Selasa 14 Oktober 2014, menyebut tidak ada angkatan laut lain di dunia dengan "mainan" yang sama seperti dimiliki AS dan memamerkannya dengan cara yang mudah.
"Anda tidak akan memiliki banyak kesempatan mendapat undangan untuk berada di kapal induk bertenaga nuklir AS dan setelah tulisan ini mungkin Saya tidak akan diundang lagi," tulis Hayes, menyebut dari apa yang disaksikannya jelas bahwa AS bersiap untuk pertempuran dengan China.
Hayes mengatakan ratusan jet tempur yang diluncurkan dari atas kapal induk AS melakukan latihan yang disebut Pentagon sebagai pertempuran laut-udara. Sebuah konsep yang telah ada sejak 2009 dan spesifik didesain untuk menghadapi China.
Komandan Grup Serang 5 Laksamana Muda Mark Montgomery, mengatakan pasukan di bawah kendalinya melakukan simulasi skenario anti-akses, resistensi wilayah. "Beberapa negara telah mengembangkan senjata anti-akses, maka kita harus mengembangkan taktik, teknik, dan prosedur," kata Montgomery.
Montgomery enggan mendiskusikan latihan secara spesifik, tapi kapal induk dan jet tempur AS melakukan simulasi berbagai ancaman yang rumit dari laut, udara, ruang angkasa, dan internet.
"Secara umum dipahami bahwa beberapa negara memiliki kemampuan untuk mengalihkan atau membatasi komunikasi satelit. Jadi kita harus berlatih untuk bekerja dalam situasi dengan komunikasi yang terbatas," ucap Montgomery.
Angkatan laut China jelas belum setara dengan AS dan tidak akan dapat menyamai untuk waktu yang lama. Tapi China telah mengembangkan berbagai senjata yang didesain untuk menghadapi kapal induk AS. Termasuk kapal selam, rudal supersonik jarak jauh.
China juga mengklaim telah memiliki teknologi rudal balistik yang sangat akurat dalam mengejar sasaran. Mereka sebut sebagai pembunuh kapal induk. Rudal itu disebut dapat melakukan manuver untuk mengenai sasaran yang bergerak.
Selama satu dekade terakhir China berusaha memberikan persepsi pada internasional, bahwa munculnya China sebagai kekuatan baru tidak akan menjadi ancaman bagi dunia. Hingga Xi Jinping menjadi presiden pada 2013, yang membawa beberapa perubahan signifikan.
China kini mulai mempertegas klaim wilayah maritimnya. Kapal-kapal China secara agresif melakukan patroli di dekat pulau Senkaku atau Diaoyu di Laut China Timur yang selama ini dikuasai Jepang.
Pada Agustus lalu, sebuah jet tempur China terlibat konfrontasi dengan pesawat mata-mata AS di atas Laut China Selatan. Montgomery mengatakan insiden itu membuat peran angkatan laut AS di kawasan semakin vital.
Dia mengklaim bahwa AS telah menjadi kontributor tunggal yang menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik dalam 70 tahun terakhir. Para pemimpin China dipastikan bakal tidak setuju dengan pernyataan itu. Beijing sejak lama ingin mendominasi wilayah sekitar perairannya.
Jika AS berusaha untuk menghentikan keinginan itu, maka potensi konflik bukan lagi sesuatu yang akan mudah diperdebatkan. Beberapa negara seperti Jepang, Filipina dan Vietnam telah mengisyaratkan dukungan bagi AS, sekalipun itu akan membuat dominasi AS di Asia semakin tidak terbatas.
Sumber : Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar