KIEV-(IDB) : Ukraina, Rusia, dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur adalah tiga
pihak yang bisa menjadi tersangka dalam kasus jatuhnya pesawat Malaysia
Airlines Flight MH17, namun bukti kuat menunjukkan bahwa pelakunya
adalah pihak yang terakhir.
P
esawat sipil Malaysia Airlines Flight MH17 jatuh di dekat kota Shakhtyorsk, provinsi Donetsk, Ukraina. Pesawat itu terbang di ketinggian 10.000 meter dalam penerbangannya dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat itu jatuh sekitar 32 km dari perbatasan Rusia.
Hampir bisa dipastikan bahwa pesawat itu jatuh ditembak, bukan jatuh sendiri karena kegagalan mekanis atau kelalaian pilot. Dan juga hampir bisa dipastikan bahwa pesawat itu adalah korban salah tembak, karena ketiga belah pihak masing-masing tidak memiliki motif apapun untuk sengaja menjatuhkan pesawat sipil itu.
P
esawat sipil Malaysia Airlines Flight MH17 jatuh di dekat kota Shakhtyorsk, provinsi Donetsk, Ukraina. Pesawat itu terbang di ketinggian 10.000 meter dalam penerbangannya dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat itu jatuh sekitar 32 km dari perbatasan Rusia.
Hampir bisa dipastikan bahwa pesawat itu jatuh ditembak, bukan jatuh sendiri karena kegagalan mekanis atau kelalaian pilot. Dan juga hampir bisa dipastikan bahwa pesawat itu adalah korban salah tembak, karena ketiga belah pihak masing-masing tidak memiliki motif apapun untuk sengaja menjatuhkan pesawat sipil itu.
Investigasi lebih lanjut sangat penting dilakukan guna mengetahui siapa
pelakunya. Ada tiga pihak yang kemungkinan bertanggung jawab atas
insiden MH17 ini:
Yang pertama Ukraina. Bisa saja Ukraina menembak jatuh pesawat nahas itu karena mengira itu adalah pesawat militer Rusia yang terbang di langit Ukraina. Beberapa menyatakan bahwa pemerintah Ukraina telah menetapkan wilayah udara di bagian timur Ukraina adalah zona "operasi anti teroris" dan menuntut semua pesawat sipil yang terbang di atas wilayah itu terbang dengan ketinggian lebih dari 7.900 meter. Kebenaran mengenai hal ini masih tidak jelas. MH17 sendiri terbang jauh diatas ketinggian yang ditentukan dan bisa saja personel militer Ukraina salah dalam membaca ketinggian MH17.
Tapi tuduhan ke Ukraina tampaknya tidak mungkin. Seperti yang disebutkan, MH17 akan terbang ke arah Rusia, sehingga kecil kemungkinan militer atau pemerintah Ukraina memerintahkan untuk menembaknya jatuh. Terlebih lagi hingga saat ini Ukraina belum satupun menembak jatuh pesawat selama konflik berlangsung. Ukraina juga menyerukan penyelidikan internasional atas insiden itu.
Yang kedua adalah Rusia. Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir Rusia telah mengumpulkan tentara di perbatasan dengan Ukraina. Ukraina juga telah mengklaim bahwa rudal udara ke udara Rusia telah menembak salah satu Sukhoi Su-25 nya pada hari Rabu, dan rudal permukaan ke udara juga telah ditembakkan ke Su-25 lainnya dari wilayah Rusia di hari yang sama. Pada Senin lalu, Kiev juga mengklaim bahwa rudal permukaan ke udara yang ditembakkan dari wilayah Rusia telah menjatuhkan sebuah pesawat angkut militer. Fakta bahwa MH17 terbang dari Ukraina menuju Rusia juga berarti bahwa Moskow bisa saja keliru, mengira pesawat sipil itu adalah pesawat musuh.
Namun, Rusia diyakini memiliki kemampuan ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian) yang baik, dengan demikian kecil kemungkinannya Rusia salah menilai MH17 adalah pesawat musuh. Selain itu, Moskow juga telah membantah semua tuduhan Ukraina terkait insiden dua Su-25 dan pesawat angkut militer, dan bahkan muncul pemberitaan yang menyatakan separatis Ukraina lah yang telah mengaku bertanggung jawab atas insiden ketiga (pesawat angkut militer).
Yang ketiga adalah separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejabat pemerintah Ukraina menuduh separatis pro-Rusia di Ukraina Timur yang telah menembak jatuh MH17. Dinilai dari insiden-insiden selama konflik, mereka memang pihak yang paling mungkin berada di balik insiden itu. Para pemberontak sudah biasa menargetkan pesawat militer Ukraina yang terbang di atas wilayah yang mereka kuasai tersebut. Selain itu, mengingat kemampuan ISR mereka yang terbatas, merekalah yang paling mungkin salah mengira MH17 adalah pesawat angkut militer Ukraina. Juga mengingat pesawat ini terbang dari barat ke timur, atau dengan kata lain terbang dari wilayah udara Ukraina menuju timur Ukraina.
Yang pertama Ukraina. Bisa saja Ukraina menembak jatuh pesawat nahas itu karena mengira itu adalah pesawat militer Rusia yang terbang di langit Ukraina. Beberapa menyatakan bahwa pemerintah Ukraina telah menetapkan wilayah udara di bagian timur Ukraina adalah zona "operasi anti teroris" dan menuntut semua pesawat sipil yang terbang di atas wilayah itu terbang dengan ketinggian lebih dari 7.900 meter. Kebenaran mengenai hal ini masih tidak jelas. MH17 sendiri terbang jauh diatas ketinggian yang ditentukan dan bisa saja personel militer Ukraina salah dalam membaca ketinggian MH17.
Tapi tuduhan ke Ukraina tampaknya tidak mungkin. Seperti yang disebutkan, MH17 akan terbang ke arah Rusia, sehingga kecil kemungkinan militer atau pemerintah Ukraina memerintahkan untuk menembaknya jatuh. Terlebih lagi hingga saat ini Ukraina belum satupun menembak jatuh pesawat selama konflik berlangsung. Ukraina juga menyerukan penyelidikan internasional atas insiden itu.
Yang kedua adalah Rusia. Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir Rusia telah mengumpulkan tentara di perbatasan dengan Ukraina. Ukraina juga telah mengklaim bahwa rudal udara ke udara Rusia telah menembak salah satu Sukhoi Su-25 nya pada hari Rabu, dan rudal permukaan ke udara juga telah ditembakkan ke Su-25 lainnya dari wilayah Rusia di hari yang sama. Pada Senin lalu, Kiev juga mengklaim bahwa rudal permukaan ke udara yang ditembakkan dari wilayah Rusia telah menjatuhkan sebuah pesawat angkut militer. Fakta bahwa MH17 terbang dari Ukraina menuju Rusia juga berarti bahwa Moskow bisa saja keliru, mengira pesawat sipil itu adalah pesawat musuh.
Namun, Rusia diyakini memiliki kemampuan ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian) yang baik, dengan demikian kecil kemungkinannya Rusia salah menilai MH17 adalah pesawat musuh. Selain itu, Moskow juga telah membantah semua tuduhan Ukraina terkait insiden dua Su-25 dan pesawat angkut militer, dan bahkan muncul pemberitaan yang menyatakan separatis Ukraina lah yang telah mengaku bertanggung jawab atas insiden ketiga (pesawat angkut militer).
Yang ketiga adalah separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejabat pemerintah Ukraina menuduh separatis pro-Rusia di Ukraina Timur yang telah menembak jatuh MH17. Dinilai dari insiden-insiden selama konflik, mereka memang pihak yang paling mungkin berada di balik insiden itu. Para pemberontak sudah biasa menargetkan pesawat militer Ukraina yang terbang di atas wilayah yang mereka kuasai tersebut. Selain itu, mengingat kemampuan ISR mereka yang terbatas, merekalah yang paling mungkin salah mengira MH17 adalah pesawat angkut militer Ukraina. Juga mengingat pesawat ini terbang dari barat ke timur, atau dengan kata lain terbang dari wilayah udara Ukraina menuju timur Ukraina.
Ada pula bukti lain yang menguatkan pemberontak terlibat dalam insiden jatuhnya MH17. Muncul Tweet yang menampilkan screenshoot dari laporan sebelumnya di mana para pemberontak di timur Ukraina mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat angkut militer Ukraina. Laporan ini sudah dihapus, namun cukup menguatkan bukti bahwa pemberontak Ukraina lah yang menembak jatuh MH17 karena mereka mengira itu pesawat angkut militer Ukraina seperti Antonov An-26.
Namun ada pertanyaan besar terkait keterlibatan separatis Ukraina dalam insiden MH17, adalah apakah senjata yang mereka miliki memang mampu menembak jatuh pesawat itu. Sebuah catatan dari Stratfor, "Berdasarkan ketinggian pesawat, hanya rudal permukaan ke udara jarak menengah-jauh yang bisa menembak jatuh pesawat itu." Kelompok separatis Ukraina dikabarkan juga telah membantah menembak jatuh MH17, alasannya mereka hanya memiliki sistem pertahanan udara portabel (man) yang tidak dapat ditargetkan untuk pesawat yang terbang di ketinggian 10.000 meter.
Pemerintah Ukraina sendiri mengatakan bahwa BUK-M1 (SA-11), sistem rudal permukaan ke udara lah yang menembak jatuh MH17, dan disebutkan juga Rusia telah menyediakan sistem rudal ini untuk separatis pro-Rusia di timur Ukraina. Seorang wartawan Associated Press di Ukraina Timur juga mengaku telah melihat para pemberontak menggunakan sistem rudal BUK di wilayah tersebut, yang dapat menembak jatuh target yang terbang di ketinggian 22.000 meter.
Sumber
intelijen Amerika Serikat seperti dilansir IHS Jane mengonfirmasi bahwa MH17 ditembak oleh rudal permukaan ke udara,
dan seorang mantan ahli pertahanan udara Soviet dan Ukraina di Kiev
mengatakan kepada IHS Jane bahwa rudal ini adalah BUK yang dikendalikan
oleh pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina
.
.
Menurut
seorang spesialis intelijen NATO, kelompok separatis meyakini bahwa
mereka
telah menembak jatuh sebuah pesawat angkut militer Ukraina. Namun ketika
mereka mengetahui bahwa itu adalah pesawat sipil Malaysia
mereka panik, lalu menghapus semua posting di sosial media terkait
insiden itu, kata sumber NATO.
Dengan demikian, skenario yang paling mungkin adalah separatis pro-Rusia
di Ukraina timur lah yang menembak jatuh MH17 dengan menggunakan
senjata anti pesawat Rusia. Insiden ini bisa menjadi alamat buruk bagi
Rusia, dan lebih buruk lagi bagi para pendukungnya di Ukraina timur.
Insiden ini akan menggembleng masyarakat internasional untuk
bersama-sama memberikan dukungan bagi pemerintah Ukraina untuk
mengalahkan pemberontak, serta meningkatkan tekanan kepada Rusia agar
berhenti memberikan dukungan kepada pemberontak di Ukraina timur.
Rudal 'BUK' Dioperasikan Ponsel Diduga Telah Menembak Jatuh MH17
Apa sebenarnya penyebab jatuhnya pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines MH17 hingga kini belum diketahui pasti.
Namun laporan-laporan media telah berputar-putar di sekitar sistem rudal era Soviet yang dibuat pada era 1970-an.
Pesawat yang biasanya terbang di ketinggian sekitar 30.000 kaki
(9.1km) seperti Malaysia Airlines MH17 diperlukan sistem rudal canggih
untuk menjatuhkannya.
The Washington Post juga melaporkan bahwa tidak mungkin sistem
pertahanan udara portabel manusia yang dikenal sebagai ‘MANPADS’ bisa
bertanggung jawab atas jatuhnya Malaysia Airlines MH17. Itu mengutip
seorang mantan anggota Marinir Operasi Khusus yang terlatih dalam sistem
pertahanan udara yang mengatakan
“Tujuan awal ‘MANPADS’ untuk pesawat yang terbang rendah dengan sensor panas tinggi,” ujarnya.
Ahli militer IHS Jane Rudal and Rockets Editor Doug Richardson juga
menepis ‘MANPADS’ biang keladi jatuhnya MH17. Ia menambahkan bahwa
jelajah ketinggian pesawat itu akan jauh di atas jangkauan sistem rudal
man portable yang biasanya dapat terlibat target terbang sampai dengan
sekitar 10.000 kaki.
Richardson mencatat bahwa dua sistem rudal permukaan ke udara yang
dioperasikan dengan ponsel digunakan di Ukraina serta memiliki kapasitas
untuk menembak jatuh sebuah pesawat. Mereka adalah Kub, juga dikenal
Barat sebagai SA-6 yang menguntungkan atau Buk, juga disebut dikenal
SA-11 atau penganggu.
Dia mengatakan: ‘Kub’ atau ‘Buk’ dapat mengatasi target terbang
sampai dengan 26.000 ft (8.000 m), sehingga tidak dapat mencapai
ketinggian Malaysia Airlines MH17 yang mencapai 72.000 ft (22.000m).
Sejak 1970 an, sistem Buk telah ditingkatkan. Versi saat ini adalah
SA-17 Buk 2, juga dikenal negara-negara NATO sebagai Grizzly. Sementara
angkatan bersenjata di wilayah Ukraina mungkin tidak memiliki versi
terbaru, ada laporan dari SA-11 sistem terlihat di daerah.
Dilengkapi dengan radar dan empat rudal peluncur, dapat menembakkan
rudal yang mencapai hingga 22 km. MH17 dilaporkan menjelajah pada
ketinggian 10 kilometer, baik dalam jangkauan sistem.
Baterai Buk termasuk radar, sebuah pos komando kendaraan serta
peluncur yang masing-masing dipersenjatai dengan empat rudal radar. Ada
insiden dalam sepekan terakhir dengan dua pesawat Ukraina yang jatuh
oleh rudal, termasuk salah satu yang terkena rudal darat-diluncurkan
Sumber : Artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar