JAKARTA-(IDB) : Pemerintah berhasil merenegosiasi kontrak harga jual gas Tangguh ke
Fujian-Tiongkok dari US$ 3,35 per mmbtu menjadi sekitar US$ 8 per mmbtu.
Menteri ESDM Jero Wacik menceritakan keberhasilannya meluluhkan
Tiongkok sehingga mau renegosiasi kontrak.
“Sebelum saya ke Beijing, saya sudah ditakut-takuti, kalau Presiden CNOOC (China National Offshore Oil Corporation) Mr. Wan orangnya kaku, cool, sangat dingin, sehingga pasti gagal renegosiasi,” ucap Jero Wacik kepada wartawan di kantornya, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Jero mengungkapkan, meski ditakut-takuti, dirinya optimistis, karena sebelumnya antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping sudah bertemu sebelumnya dan menyatakan bersedia renegosiasi.
“Ketika bertemu di Beijing, saya dengan presiden CNOOC, saya ceritain dulu bahwa sejak abad k3-7 bagaimana kejayaan Sriwijaya dan Majapahit bersahabat dengan Tiongkok, bagaimana utusan China Putri Campa dan Laksama Ceng Ho masuk ke Indonesia pada abad 14, kita saling berkunjung, jadi sudah seharusnya bersahabat juga dengan merenegosiasi kontrak ini,” tutur Jero.
Jero menambahkan, setelah cerita panjang lebar, Presiden CNOOC akhirnya luluh juga dan bersedia merenegosiasi.
“Hasilnya per 1 Juli 2014 berlaku harga LNG Tangguh yang baru yakni US$ 8 per mmbtu, dan menghapus harga patokan Japan Crude Cocktail (JCC) price, jadi harga gasnya nanti tidak dipatok hanya US$ 8 per mmbtu saja, tapi bisa naik-turun seiring harga minyak JCC,” ungkap Jero.
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, sejak dirinya dilantik menjadi Menteri ESDM, salah satu amanat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah merenegosiasi harga ekspor gas ke Fujian, Tiongkok.
“Amanat Pak SBY, perbaiki, renegosiasi harga gas Fujian, masa hanya US$ 3,3 per mmbtu, murah sekali, nggak adil ini,” kata Jero.
Jero mengungkapkan, dirinya kemudian bergerak dengan membentuk tim renegosiasi gas Fujian pada Mei 2013, setelah Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan mau merenegosiasi kontrak.
“Kita buat tim renegosiasi yang dipimpin oleh Menteri ESDM saya, Wakil Menteri ESDM Susilo Sistoutomo, SKK Migas, Dirjen Migas Edy Hermantoro, dan dari BP (British Petroleum) selaku operator gas Tangguh. Orang-orang inilah yang bolak-balik dari Indonesia ke Tiongkok dan akhirnya minggu lalu amandemen kontrak siap dan pada 20 Juni 2014 ditandatangi perubahan harga gas Tangguh ke Fujian,” kata Jero.
Dengan berhasilnya merenegosiasi kontrak tersebut negara mendapatkan pendapatan sebesar Rp 251 triliun.
“Sebelumnya jika menggunakan harga yang lama Indonesia hanya mendapatkan pendapatan US$ 5,2 miliar total sampai 2034, dengan harga baru Indonesia berpotensi mendapatkan pendapatan US$ 20,9 miliar atau setara dengan Rp 251 triliun,” katanya.
Sumber : Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar