ANALISIS-(IDB) : Bahwa perjalanan memang ada batasnya, jelas. Perjalanan berpemerintahan selama sepuluh
tahun terakhir ini telah sampailah pada tahapan menurunkan ketinggian untuk
kemudian pada saat yang tepat mendarat secara halus dan mulus. Beberapa saat kemudian
take off lagi dengan pergantian pilot yang baru. Kita berharap pergantian pilot
baru itu akan memberikan nilai cerah atau setidaknya cerah berawan pada cuaca
di sekitar bandara suksesi. Sehingga
tidak ada goncangan atau gangguan cuaca dalam upaya pendaratan kepemimpinan
yang sudah bagus menjalankan pesawatnya selama 10 tahun ini.
Perjalanan pemerintahan SBY memberikan nilai, harga,
harkat dan warna dalam perjalanan bangsa ini.
Catatan penting yang ingin kita sampaikan adalah hampir semua
keberhasilan itu tidak mendapat tempat yang proporsional untuk disiarkan atau
disampaikan media khususnya media layar kaca karena kepentingan pemilik
media. Pada akhirnya nilai-nilai
kecerdasan yang dimiliki berpuluh juta penduduk negeri jamrud khatulistiwa
inilah yang mampu memilah, merenungkan dan membeningkan nilai kebenaran sejati pada
testimoni berita dari sebuah media yang
dimiliki si A atau B. Independensi yang
menjadi pita hati nurani para jurnalis tidak lagi sebening embun pagi.
Presiden santun dan menghasilkan karya besar |
Tidak ada yang sempurna, karena kita makhluk yang bernama
manusia. Kepemimpinan yang memang sudah menjadi
kodrat kita sebagai manusia yang diciptakan Allah sebagai Khalifah fil Ardhi,
tentu menjadi dasar nilai-nilai menuju kesempurnaan.
Kepemimpinan seorang SBY bagaimanapun telah memberikan gambaran jelas bagaimana negeri ini bergambar dan tergambar selama sepuluh tahun terakhir ini. Ketika perjalanan itu berada ditengah ketinggian begitu banyak penumpang yang rewel dan bahkan mencaci maki perjalanan sang pilot. Tetapi sang pilot tetaplah menjalankan pesawatnya dengan ketenangan hati dan berbagai strategi.
Kepemimpinan seorang SBY bagaimanapun telah memberikan gambaran jelas bagaimana negeri ini bergambar dan tergambar selama sepuluh tahun terakhir ini. Ketika perjalanan itu berada ditengah ketinggian begitu banyak penumpang yang rewel dan bahkan mencaci maki perjalanan sang pilot. Tetapi sang pilot tetaplah menjalankan pesawatnya dengan ketenangan hati dan berbagai strategi.
Nah ketika perjalanan hampir sampai di bandara suksesi kita bisa melihat sekarang tak ada lagi caci maki, tak ada hujatan, tak ada umpatan pada sang pilot. Malah kemudian yang terjadi adalah lagu-lagu pujian dan bersetuju dengan prestasi yang telah dicapai sang pilot. Memang ada satu dua penumpang yang wajahnya sepanjang “10 jam penerbangan ini” muram terus alias tak nyaman karena dia penumpang oposisi yang tak pernah mau mensyukuri nikmatnya berdemokrasi. Penumpang itu sepertinya memendam kebencian berlarut dan terlihat pada raut wajah yang kusut dan kalimat comberan.
Indonesia sedang mempersiapkan pilot baru karena sesuai
konstitusi pilot lama tidak boleh memimpin perjalanan lebih dari “10 jam
penerbangan” alias 10 tahun memimpin negara.
Oleh karena itu berbagai rencana bagus dan hebat yang sudah difundamenkan
untuk menjadikan negara ini mampu menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan harga diri teritorialnya tentu harus terus
berkesinambungan. Salah satunya adalah kesinambungan program MEF (Minimum Essential
Force) jilid 2 sebagai kelanjutan MEF tahun 2010-2014.
Selalu on the spot untuk hulubalang republik |
Seperti kita ketahui program MEF 1 telah menghasilkan
karya alutsista yang membanggakan.
Industri pertahanan dalam negeri telah mampu memproduksi sejumlah kapal
perang berbagai jenis mulai dari Kapal Cepat Rudal, Landing Ship Tank, Landing
Platform Dock dan Kapal BCM.
Produksi massal Panser Anoa sudah memenuhi batalyon tempur TNI AD dan masih terus berlangsung sementara produksi bersama pesawat angkut militer CN295 di PT DI sedang berlangsung penuh gairah. Tidak itu saja berbagai jenis alutsista yang dibeli sudah banyak yang berdatangan seperti jet tempur T50 buatan Korsel, Super Tucano dari Brazil, Grob Jerman, KT-1 Wong Bee Korsel, Sukhoi Rusia dan lain-lain.
Produksi massal Panser Anoa sudah memenuhi batalyon tempur TNI AD dan masih terus berlangsung sementara produksi bersama pesawat angkut militer CN295 di PT DI sedang berlangsung penuh gairah. Tidak itu saja berbagai jenis alutsista yang dibeli sudah banyak yang berdatangan seperti jet tempur T50 buatan Korsel, Super Tucano dari Brazil, Grob Jerman, KT-1 Wong Bee Korsel, Sukhoi Rusia dan lain-lain.
Sementara alutsista yang sedang ditunggu kedatangannya
tahun ini adalah MBT Leopard, Marder, artileri Caesar Nexter, Astross Mk2, jet
tempur F16 blok 52 dan lain-lain. Semua itu
adalah hasil karya MEF-1 yang menghabiskan duit sebesar US$15 Milyar. Tentu untuk memperkuat pagar pertahanan itu
tidak cukup hanya satu MEF karena situasi kawasan yang suatu saat bisa menjadi
liar tak terkendali memerlukan barikade alutsista berteknologi dalam jumlah
banyak dan berkualitas. Sesungguhnya
filosofi memperkuat alutsista bukanlah untuk mengganggu kawasan tetapi dengan
militer dan alutsista yang gahar diniscayakan akan mampu meminimalisir
terjadinya gangguan teritori.
Pada akhirnya nanti kita bisa memperbandingkan pilot yang
bernama SBY dengan pilot penggantinya.
Ketika usia perjalanan pemerintahan baru telah menuju jalan setahun
biasanya akan kelihatan gaya
kepemimpinan termasuk topeng sesungguhnya. Apapun itu, perjalanan berbangsa dan
bernegara terus berlangsung menuju horizon peningkatan kesejahteraan dan
kewibawaan teritori. Sudah tentu apa yang sudah difundamenkan dan direncanakan
oleh pemerintah sebelumnya bisa menjadi sebuah mata rantai kelanjutan. MEF 2 diharapkan tetap berkelanjutan dengan
semangat yang sama karena didalamnya ada program kemandirian alutsista yang
lebih spektakuler seperti pembuatan kapal perang jenis PKR, kapal selam dan jet
tempur.
Lebih penting dari semua itu adalah mempersiapkan
pergantian kepemimpinan dengan iklim yang sejuk dengan semangat kebanggaan
berbangsa. Sekaligus menunjukkan
kekuatan kelola emosi jika ternyata harus berada di barisan pihak yang kalah
suara. Momentum Ramadhan bisa menjadi
cermin tata kelola nafsu termasuk nafsu amarah manakala ternyata kalah. Apa yang sudah menjadi prestasi pemerintahan
SBY sejatinya adalah kekuatan kebanggaan itu.
Oleh karena itu menjaga irama soft landing adalah bagian ujian akhir
yang akan menentukan apakah kita sudah dewasa dalam laku sikap dan ucap demokrasi
atau memang baru setingkat demokrasi playgroup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar