Pages

Minggu, Februari 09, 2014

Marty : Australia Tak Berperikemanusiaan

JAKARTA-(IDB) : Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai tindakan Pemerintah Australia terhadap para pencari suaka sebagai suatu perbuatan rendah yang tak berperikemanusiaan.

Pernyataan itu disampaikan Marty saat dihubungi Kompas melalui telepon, Jumat (7/2), menanggapi terdamparnya kembali 34 pencari suaka asal empat negara di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (5/2) malam.

Selama ini diketahui kebijakan ”Operasi Kedaulatan Perbatasan” pemerintahan Perdana Menteri Australia Tony Abbott diterapkan dengan cara mendorong balik kapal-kapal para pencari suaka kembali ke wilayah Indonesia.

Dengan bangga Abbott bahkan mengatakan kepada wartawan kalau kebijakan kerasnya tersebut telah mulai berjalan dengan baik dan bahkan bisa dilihat dalam 50 hari terakhir tak ada lagi satu pun kapal pencari suaka sampai ke wilayah Australia.

Marty mengaku yakin organisasi hak asasi manusia dunia dan UNHCR akan menyoroti Australia, apalagi mengingat negara itu menjadi salah satu pihak dalam konvensi PBB tentang penanganan pengungsi.

”Apa bisa kebijakan pemerintahan Abbott seperti itu disebut sebagai kebijakan dari pemerintahan yang peduli pada HAM dan perikemanusiaan? Para pencari suaka itu adalah orang-orang yang memerlukan perlindungan,” ujar Marty.

Dengan begitu, kata Marty, menjadi sangat tak berperikemanusiaan jika orang-orang yang tengah berada dalam kondisi sangat rentan macam itu justru malah dimasukkan kembali ke dalam sekoci dan dilepas begitu saja ke tengah lautan oleh pihak Australia.

Marty lebih jauh memperingatkan Australia bahwa kedatangan para pencari suaka itu bukan keinginan apalagi kebijakan Pemerintah RI.

Baik Indonesia maupun Australia, menurut Marty, sama- sama negara yang terkena imbas kedatangan para pengungsi tersebut lantaran konflik yang terjadi di setiap negara para pencari suaka.

Pemerintah Indonesia selama ini disebutnya bukan tidak melakukan tindakan atau langkah apa pun. Pihak Indonesia telah menjadikan aktivitas penyelundupan manusia sebagai pelanggaran pidana.

Panggil Dubes Australia

Lebih lanjut Marty mengaku tengah mempelajari berbagai laporan dan masukan yang ada dan dalam waktu dekat akan memanggil Duta Besar Australia untuk meminta penjelasan.

Seperti diwartakan, sebanyak 34 imigran asal empat negara kembali terdampar di Pantai Pangandaran pada Rabu malam.

Kali ini mereka oleh otoritas Australia dinaikkan ke dalam sekoci penyelamat berkapasitas 96 orang. Sekoci buatan China tahun 2013 tersebut dilengkapi dengan sabuk pengaman, pelampung, penyejuk ruangan, peralatan navigasi, serta pasokan makanan dan air.

Stasiun televisi Australia, ABC, Jumat, menayangkan rekaman video yang memperlihatkan sekoci penyelamat berisi para pencari suaka tengah didorong kapal Australia.

Sekoci itulah yang diyakini tiba di Pantai Pangandaran pada Rabu malam. Tayangan tersebut muncul setelah media massa Australia memberitakan pembelian sejumlah sekoci penyelamat oleh Pemerintah Australia untuk dipakai mengembalikan para pencari suaka tersebut ke wilayah Indonesia.




Sumber : Kompas

2 komentar:

  1. namanya aj bangsa binatang (aushit) mana ada prikemanusiannya....

    BalasHapus
  2. Kita jangan mengeluh aja. Terus sekarang pencari suaka udah balik ke Indonesia, mau diapakan? Lama2x mereka menumpuk menjadi puluhan ribu, kita harus kasih makan mereka sementara rakyat kita masih banyak yang kena bencana.

    Kalau kita kasih mereka kerjaan nanti mereka betah di Indonesia, sodara2x mereka yang nyusul ke sini. Padahal pengangguran disini masih banyak.

    Mau dibalikin kelaut, siapa yang beli kapal? Kapal satu-dua sih nggak apa, kalau lebih banyak dari itu? Uang rakyat buat beliin mereka kapal supaya coba pergi lagi ke aushit?

    BalasHapus