Pages

Selasa, Februari 25, 2014

Indonesia Filipina Bahas Sengketa LCS

JAKARTA-(IDB) : Menteri Luar Negeri Indonesia Marty M. Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Filipina Albert F. del Rosario di sela-sela pertemuan keenam Komisi Gabungan untuk Kerja sama Bilateral RI-Filipina membahas perkembangan masalah sengketa wilayah di Laut China Selatan (LCS).

"Terkait masalah regional, kami membahas secara rinci perkembangan permasalahan di kawasan, salah satunya tentang Laut China Selatan," kata Menlu RI Marty Natalegawa di Jakarta, Senin.

Menurut dia, hal yang ditekankan pihak Indonesia dalam penanganan masalah sengketa wilayah Laut China Selatan adalah dilanjutkannya upaya-upaya penyelesaian melalui jalur diplomasi dan penerapan code of conduct (tata perilaku) yang sudah disepakati.

"Saya membahas dengan Menlu Filipina tentang pembicaraan, terkait perkembangan masalah Laut China Selatan, dengan beberapa menlu akhir-akhir ini, termasuk menlu Amerika Serikat, China, dan Jepang. Intinya, yang sudah kami identifikasi adalah pentingnya menyelesaikan masalah ini melalui upaya diplomasi dan cara damai," ujarnya.

Marty mengungkapkan bahwa Menlu Filipina telah memaparkan pandangan negaranya tentang masalah sengketa wilayah di Laut Cina Selatan, terutama upaya Filipina di tribunal (pengadilan) guna menangani masalah itu melalui proses hukum.

"Sekarang melalui jalur ASEAN ada code of conduct antara ASEAN dengan China. Selain itu, ada upaya dari Filipina melalui tribunal," katanya.

"Namun, yang Indonesia ingin tekankan adalah seyogyanya upaya hukum serta upaya diplomatis dan politik itu harus sinergis. Jangan sampai negara yang satu dianggap melawan negara yang lainnya," lanjutnya.

Menlu RI menegaskan bahwa Indonesia pada dasarnya mendukung setiap upaya penyelesaian masalah sengketa wilayah di Laut Cina Selatan selama hal itu bersifat damai.

"Damai melalui politik diplomasi dan damai melalui proses-proses hukum. Yang penting adalah semua usaha yang dilakukan sifatnya sinergis dan selaras, serta membantu momentum ke arah penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan secara damai," tegasnya.

Menlu Filipina : Indonesia Adalah Saudara Terdekat di Kawasan

RI adalah saudara terdekat kami di kawasan dan sahabat yang setia. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Filipina Albert F. Del Rosario dalam Konferensi Pers bersama Menlu RI Marty M. Natalegawa usai Pertemuan keenam Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) RI-Filipina di Gedung Pancasila, Kemlu, Jakarta (24/05). Dalam pertemuan tersebut kedua Menlu mengesahkan tiga dokumen.

"Selain Agreed Minutes Pertemuan, kami juga mengesahkan dokumen Mandatory Consular Notification yang merupakan perwujudan kemitraan di bidang kekonsuleran".

Selain itu, kedua Menlu juga menyepakati Plan of Action atau rencana aksi hubungan bilateral kedua negara. Kami juga membahas perihal posisi Filipina terkait Laut China Selatan/Laut Filipina Barat, tambah Menlu.

Sementara itu, Menlu Rosario menyampaikan apresiasi yang tinggi atas peran aktif serta komitmen Indonesia dalam membangun kemitraan yang erat antara kedua negara yang telah berlangsung selama 65 tahun.

"Rencana aksi (PoA) yang baru saja ditandatangani akan menyediakan mekanisme agar kedua negara mampu mencapai berbagai hal di masa mendatang".

Dalam kesempatan tersebut, kedua Menlu juga membahas perjanjian di bidang maritim khususnya terkait delimitasi zona maritim (Zona Ekonomi Eksklusif) kedua negara.

"Ke depan, kami akan lebih menggarap hal ini lebih serius dengan adanya technical working group". Menlu Rosario juga menyampaikan bahwa kunjungan Presiden RI di bulan Mei nanti akan membawa arti dalam perjanjian delimitasi tersebut.

Menanggapi isu Laut China Selatan, usai konferensi pers bersama, kepada para insan media, Menlu RI menekankan bahwa Indonesia akan senantiasa mendukung langkah damai dalam penyelesaian masalah.

"Pada prinsipnya, kami mendukung semua langkah yang diambil Filipina terkait Laut Filipina Barat, baik melalui ASEAN, maupun jalur hukum, yaitu melalui UN Tribunal". Namun, lanjut Menlu RI, Indonesia mengharapkan agar kedua cara tersebut dapat dilakukan secara sinergis dan mengedepankan cara-cara damai.  




Sumber : Antara

6 komentar:

  1. Perang jg gak pa2...
    Kan ada amrik yg bantu dia!
    Trus gue nonton perangnya di TV 28" di rumah ma istri cantik gue...

    BalasHapus
  2. Semoga dapat dicapai kesepakatan secara damai... dan ini akan membuktikan bahwa bangsa yang tercinta ini akan semakin berpengaruh dikawasan dalam menciptakan perdamaian...

    BalasHapus
  3. Filipina mendekat, Timor Leste mendekat dan Myanmar mendekat,,, kayaknya ASEAN bakal pecah nih ,,, heheheheheh ,,,, ASEAN connectivity cuma menguntungkan Singapura dan Malaysia saja !!! Indonesia nggak ada untungnya !!! ASEAN cuma dipakai oleh Singapura untuk mengakses gerbang-gerbang ekonomi Indonesia !!! kalau soal pertahanan kan,Singapura dan Malaysia sudah tergabung dalam 5 power bersama New Zealan, Asutralia dan Inggris !!!

    Biarlah soal LCS biar saja singapura dan Malaysia menghadapi China dibantu Inggris Australia dan New Zealand !!! Indonesia bersahabat dengan China saja !!! sama-sama negara besar !!! nggak usah dianggap tuh negara-negara resek disekeliling kita !!!

    Kayaknya itulah yang jadi alasan mengapa Menlu AS berkunjung kemarin,,, kayaknya AS sudah melihat gejala-gejala Indonesia mau meninggalkan ASEAN !!! sudah saatnya Indonesia buat pakta baru ,,, gak usah bergabung di pakta yang hanya menguntungkan negara-negara kurang ajar !!!

    BalasHapus
  4. wah... pendapat anda sangat bagus tu betul betul betul.. .... ohhh ya mau nanya nich para pakar emang ASEAN untung nya apa buat kita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ASEAN nggak ada untungnya buat kita !!!

      ASEAN CONNECTIVITY (atau keterhubungan ASEAN) hanya menguntungkan tetangga!!!
      ibarat main kartu,,, kalau kita harus membuka PELABUHAN dan BANDARA kita agar tetangga bebas keluar masuk,,, itu artinya berapa ratus pelabuhan dan bandara yang kita buka menjadi gerbang bisnis mereka, dibandingkan jumlah pelabuhan dan bandara yang dimiliki tetangga kita ?????????????

      Belum lagi, kalau kita buka ratusan PELABUHAN dan BANDARA kita untuk SINGAPURA dkk,,, maka semua Bisnis BARAT yang bermarkas di SINGAPURA masuk kedaerah kita tanpa bisa kita bendung !!! BARAT akan memanfaatkan Singapura sebagai kuda TROYA !!! Hancurlah bisnis transportasi laut dan udara kita ! mana bisa bersaing dengan komplotan Barat ??? aneh banget kita menerapkan asas cabotage di maritim tapi di udara dibuka habis-habisan malah sekarang mau dibuka pelabuhan-pelabuhannya untuk ASEAN CONNECTIVITY ???? sakit kali yaaa?

      Lebih baik nggak usah,,, biar Indonesia sendiri yang membuka atau menutup gerbang ekonomi bagi negara-negara lain, biar negara-negara lain itu berdagang langsung dengan kita ,,, bukan memberi kesempatan bagi SINGAPURA dkk untuk menjadi Calo regional atau Batu loncatan atau kuda troya pihak BARAT untuk masuk kewilayah kita sebagai pasar yang luar biasa besarnya !!!

      Waspadalah !!!

      Hapus
  5. Betulllll Asean yang memprakarsai SOEHARTO "si piye kabare", dan Soeharto lah yang membuka pintu gerbang buat para imperialis di Indonesia dan kawasan, maka dari itu dia kuat krn dukungan barat sebagai balas jasa.... Piye Kabare Mbah Harto... Enak to ning Neraka?

    BalasHapus