Pages

Sabtu, Januari 11, 2014

Review Pengadaan Kapal Selam Kilo

Kapal Selam Kilo buatan Rusia
Kapal Selam Kilo buatan Rusia
JAKARTA-(IDB) : Indonesia pernah menjadi Negara yang memiliki kekuatan angkatan laut terbesar kedua di Asia. Kekuatannya berintikan Kapal Penjelajah kelas Sverdlov, KRI Irian, yang berbobot 16.640 ton dan berawak 1.270 orang termasuk 60 perwira memiliki 12 meriam raksasa kaliber 6 inci.

Indonesia juga pernah memiliki 12 Kapal Selam (KS) kelas Whiskey, Kapal Tempur kelas Fregat. Sedangkan di udara hadir pembom torpedo Il-28T, heli Mi-4 Anti KS, serta AS 4 Gannet. Namun sayangnya, kondisi Alut Sista saat ini jauh dari kebutuhan untuk menjaga dan mempertahankan Negara.

Kekuatan TNI AL khususnya, kapal perang sebagai inti kekuatan laut saat ini memang menunjukkan jumlah yang cukup besar. Namun, menjadi pertanyaan apakah sudah memenuhi postur pertahanan Negara yang dibutuhkan?

Kapal Republik Indonesia (KRI) berjumlah 132 kapal, KRI, dengan kekuatan utama berupa kekuatan pemukul (Striking Force) terdiri dari 40 KRI yang memiliki persenjataan strategis. Utamanya dua KS jenis Cakra, sejumlah Fregat dan Korvet.

Kapal pemukul TNI AL secara jumlah masih kurang memadai. Apalagi, pada umumnya merupakan kapal hasil refit dan rearm atau diganti mesin penggerak dan persenjataannya, kecuali 4 Korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dibeli dalam keadaan baru. Ada juga beberapa Kapal Cepat Roket maupun Kapal Cepat Torpedo produksi dalam negeri yang kecil, dengan kelaikan laut terbatas.

Membangun Kembali Kekuatan TNI-AL
 
Pembangunan kekuatan pertahanan Negara perlu terus dilakukan untuk menghadapi hakikat ancaman dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, kondisi geografis serta tugas pokok. Pada akhirnya mengarah pada penggelaran dan pengerahan kekuatan untuk efek penangkalan serta pada saat diperlukan untuk memenangkan pertempuran dalam mempertahankan keutuhan serta menjaga keamanan Negara RI.

Salah satu isu yang mengemuka saat ini adalah tentang pembelian KS untuk memperkuat kemampuan tempur laut TNI. Pilihan terhadap penambahan KS cukup masuk akal. Ini mengingat kemampuannya sebagai senjata strategis yang memiliki daya tangkal yang memang sangat dibutuhkan di tengah sikap arogan Negara-negara sekitar kita saat ini.

KS merupakan alutsista yang memiliki kerahasiaan tinggi, khususnya terhadap misi yang dijalankan, komposisi, disposisi, serta dalam aspektaktis, kesulitan lawan dalam menentukan posisi tepat KS untuk melakukan tindakan peperangan anti KS.

Ada beberapa tugas yang dapat dikerjakan oleh KS. Antara lain: pengendalian laut, anti KS dan kapalatas air, pengintaian, pendaratan pasukan khusus di pantai lawan, Search and Rescue, intelligence, surveillance, and reconnaissance, dukungan terhadap gugus tempur laut, peperangan ranjau, angkutan barang dan orang yang sangat berharga serta serangan terhadap sasaran di pantai lawan dengan menggunakan peluru kendali.

Beberapa pilihan silih berganti muncul kepermukaan. Beberapa diantaranya adalah jenis Scorpen buatan Prancis, Kilo buatan Rusia, U-209/ 1400 buatan Jerman dan Changbogodari Korea Selatan. Bahkan, tiga KS jenis Changbogodari Korea Selatan akan tiba mulai tahun 2014 atau 2015.

Menjadi pertanyaan, apa jenis dan berapa jumlah KS yang masih kita butuhkan untuk menambah kekuatan yang telah ada saat ini?

Dilihat dari kondisi hidrografi, Indonesia bagian barat berupa perairan dangkal, sedangkan wilayah timur merupakan perairan dalam. Dengan demikian, KS yang dibutuhkan adalah jenis sedang, yang mampu beroperasi di perairan pantai. Di saat sama, juga mampu beroperasi di laut dalam pada wilayah yang cukup jauh dari pangkalan, sekitar 200 mil sampai Zona Ekonomi Eksklusif.

Terdapat 51 negara di dunia yang memiliki KS. Di Asia Tenggara sendiri ada Singapura (Challenger dan Archer), Malaysia (Scorpen), dan untuk kawasan Asia lainnya ada RRC, Jepang, India (Foxtrot, U-209, Kilo, Scorpen, Akula, dan sedang mengembangkan Arihant yang merupakan KS berpeluru kendali dengan tenaga pendorong nuklir).

Kini, ada juga tawaran hibah dari Rusia, yakni dua buah KS jenis Kilo, yang merupakan KS disel listrik. Rencananya, angkatan laut Federasi Rusia akan menggantikan KS kelas Kilo dengan KS Kelas Lada, namun proyek ini ditunda karena ditemukan banyak kelemahan. Menurut buku “Jane’s Fighting Ships 2011-2012”, sebanyak 18 KS Kelas Kilo masuk dalam jajaran kekuatan angkatan laut Federasi Rusia, mulai tahun 1981 sampai 1994.

Artinya, KS kelas Kilo yang paling baru pun sudah dipakai selama sekitar 20 tahun. Dan, kita tidak pernah tahu bagaimana kondisinya saat ini mengingat KS sangat dirahasiakan keadaan dan keberadaannya.

Masih menurut publikasi tersebut, desain badan kapal kelas Kilo walaupun sudah lebih baik dibandingkan kelas Tango yang sudah tidak dipakai lagi oleh Rusia sejak tahun 2010, namun masih ketinggalan (fairly basic) dibandingkan dengan KS desain Barat. Selain itu, diingatkan juga dalam publikasi di atas mengenai baterai kelas Kilo yang telah menjadi sumber masalah dalam operasi di perairan hangat seperti di Negara-negara Asia. Ekspor terbanyak KS kelas Kilo adalah ke India yaitu, sebanyak 10 buah.

Senjata Yang Diawaki
 
Sistem senjata angkatan laut memiliki keunikan, yaitu bukan manusia yang dipersenjatai, melainkan senjata yang diawaki. Dengan demikian, pendidikan awak kapal baik untuk operator maupun mekanik selalu panjang, bertahap, berjenjang dan berlanjut untuk memperkuat kemampuan individu dan terutama mengasah kerjasama tim. Pendidikan calon awak kapal selam lebih lama dibandingkan kapal atas air mengingat faktor kesulitan pengoperasian dan pemeliharaannya.

Di sisi lain, sudah sejak tahun 1970 TNI AL tidak lagi menggunakan KS kelas Whiskey dari Rusia. Dan, sejak tahun 1981 mulai menggunakan KS kelas U 209/ 1300 buatan Jerman. Sistem pendidikan awak KS merupakan faktor utama dalam kesiagaan sistem senjata, dan sudah sejak tahun 1980-an didesain untuk mengawaki KS Negara Barat.

Hibah dua buah KS kelas Kilo rasanya tidak akan menjadikannya sebagai tulang punggung kekuatan kapal selam TNI AL sehingga pendidikan awaknya pun akan mengalami kesulitan. Belum lagi kendala bahasa bagi para awak kapal yang lebih terbiasa dengan bahasa Inggris.

Kemampuan awak kapal merupakan ukuran kesiapan atau readiness, selain tentunya kesiapan teknis. Ditambah dengan kemampuan taktik dan kemampuan alat deteksi dan tingkat modernisasi persenjataan akan merupakan ukuran efektifitas, bahkan efisiensi kekuatan laut. Dengan demikian, selain masalah pelatihan, kesiapan teknis KS Kilo nantinya akan menjadi pertanyaan besar mengingat usia kapal yang rata-rata sudah di atas 20 tahun.

Kita perlu memperhitungkan kesediaan suku cadang yang diperkirakan akan langka dalam hitungan beberapa tahun serta bengkel dan teknis pemeliharaan kapal yang tentunya membutuhkan peralatan dan keahlian tersendiri serta kemungkinan modernisasi mesin pendorong, alat deteksi dan persenjataan, yang walaupun masih memungkinkan secara teknologi diperkirakan akan lebih mahal daripada membeli baru.

Dengan pemikiran di atas, kiranya pemerintah perlu mempertimbangkan kembali pengadaan KS kelas Kilo, yang walaupun merupakan hibah tentunya untuk perbaikan dan modernisasi sensor dan persenjataannya akan menggunakan APBN.

Mungkin program U-209/ 1400 buatan Jerman atau Changbogo Class dari Korea Selatan lebih feasible dalam jangka panjang, terutama bila mesin penggerak dan pendorongnya dikembangkan untuk menggunakan air-independent propulsion(AIP) serta dengan mengupayakan adanya transfer teknologi dalam pemberdayaan indutri kapal nasional.

Dengan pengadaan 12 KS yang relatif sejenis, maka masalah logistik akan menjadi lebih mudah dan murah, serta menjadi kekuatan penangkal yang diperhitungkan.

Rosihan Arsyad * Penulis adalah Laksamana Muda TNI (Purn), Gubernur Sumsel 1998-2013, President United in Diversity Forum, anggota Institute for Maritime Studies danAdvisory Board Member Conservation International Indonesia.




Sumber : JKGR

18 komentar:

  1. Yang kilo tetap minimal 5, walau bekas bisa cepat dapat plus terpedo dan s300/400 ..sambil tunggu produksi sndr mdh2 cahbego bisa kuliah lebih pintar lg di tangan enjinerr ina..bravo indonesia!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau liat analisa di atas.. Kyk nya mending baru wlupun sedikit.. Dr pada banyak tp umur pakai sebentar.. & bnyak permasalahan pemeliharaan nanti nya malah lebih boros..
      Changbogo yg indonesia pesan lebih canggih dibanding changbogo reflican U209.. Dari system navigasi. Persenjatan. Dan system senyap nya lebih baik lg dari U209. Malah klo memang benar sesuai pesanan TNI changbogo dilengkapi rudal jg wlupun jarak jangkauan nya msh pendek dibanging s club.

      Hapus
  2. Saya sangat setuju dengan Bapak Arsyad, negara indonesia adalah negara maritim, dimana negara ini adalah negara kepulauan. Kekuatan pertahanan laut dan udara mungkin yang harus kita nomor satukan saat ini untuk menghadap tetangga-tetangga kita yg arogan dan dimana kemandirian alutista harus kita teruskan karena bentuk negara yang kuat bisa kita lihat dari kemandirian alutistanya. Contoh, Amerika, Russia, China, Jepang, Korea, German dan Perancis. Mungkin saat ini changbogo lebih lemah dari Kilo, tp dengan sdm yg kuat saya mengharap PT. Pal dan R&D dapat mengembangkan KS yg lebih canggih dr Kilo. Ingat, Untuk mencapai perdamaian kita harus selalu siap berperang...tanpa di dikte sama teman atau lawan.

    BalasHapus
  3. Saya terserah yang ahlinya aja deh asal duit rakyat jangan ditilep ato terima komisi.

    BalasHapus
  4. Ks kilo tetap kita butuhkan karena efek deterentnya masih disegani, tetangga sebelahnya z kn seolah menghalangi kita punya kilo tapi lebih baik beli baru karena umur pakenya bisa lebih panjang ......Kilo baru plus amur siip.

    BalasHapus
  5. Review analisanya benar sih...tp "pesan" yg tersembunyi utk mengendurkan semangat beli KS Kilo nih..!! WASPADA lah...keliatannya benar tp ada udang di balik batu..!!!

    BalasHapus
  6. Klo pengadaan 12 KS yang relatif sejenis, masalah logistik akan menjadi lebih mudah dan murah, serta menjadi kekuatan penangkal yang diperhitungkan??? tidak semudah itu mungkin kita masih ingat masa silam masa embargo dimana alusista yg berasal dari salah satu blok diembargo....walaupun kita bisa buat sendiri tapi Korea yg dibelakangnya ada USA takana semudah itu mentrasfer semua teknologi terutama kelemahannya mereka pasti rahasiakan...

    BalasHapus
  7. kebanyakan riveww gak beli juga

    BalasHapus
  8. Malu bertanya sesat di jalan..banyak bertanya tsk jalan-jalan..!!

    BalasHapus
  9. saya juga berharap artikel ini memuat banyak pendapat para ahli militer,karena mereka lebih tahu dr kita

    BalasHapus
  10. Yah kalo kilo bekas mending jangan sih soalnya kapal selam. Ga kaya pesawat ada ejectnya kalo kenapa kenapa. Mendingan beli baru sih sedikit tp mematikan dari pada banyak tapi nanti malah ga bs nyelem

    BalasHapus
  11. KS paling snyap yg gua tau itu U214, seawolf, sama soryu class yg masing2 udh punya AIP (seawolf bertenaga nuklir), Sedangkan kilo blm. Tetangga yg di utara aja udh pesen U218 yg kabarnya evolusi dari U214. Yg di selatan udh ngemis2 teknologi soryu class dan kabarnya sih mau bkin successor collins class. Yah,Kalo mnurut gua pribadi sih mending pembelian kilo dialihkan ke successor nya yaitu amur/lada class karena sudah dilengkapi AIP. Masa mau ketinggalan sama tetangga sih :p

    BalasHapus
  12. ks kilo hibah dari rusia walaupun tua masih bisa diperpanjang umur pemakaiannya 30 th lagi itu bisa memberi kesempatan pt Pal mengembangkan ks cangbogo dengan teknologi terbaru pada saat itu,jadi ks kilo itu sangat diperlukan bagi NKRI untuk meningkatkan efek gentar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju pendapat ente..Cara jitu untuk dalam waktu cepat untuk melengkapi armada TNI adalah membeli kilo klas.Di rerbaiki/perbaharui di Indonesia.Kita dapat alih tehnologi sekalian kapal selam yang dipermodernisasi.Jangan terlalu apriori dengan barang belas,jaman sekarang barang bekas bisa di jadikan baru lagi.Amerika saja pake barang bekas tentu setelah di periksa kelayakannya.Masalah AIP yang sering di permasalahkan sewaktu waktu bisa ditambahkan .Untuk changbogo klas tak butuh aip akan memberatkan bila di tambah aip lagi kapalnya sudah kecil, kita punya pulau pulau kecil untuk untuk sembunyi sementara naik kepermukaan tentu TNI punya cara tersendiri mengakalinya agar tidak ketahuan dengan waktu mengisi batrainya.

      Hapus
  13. menurut pendapat saya,...msh jauh lebih menguntungkan membeli dari Rusia, bebas embargo,. Kl awak KS mestinya tk jd masalah,. ya dpt platihan dulu. Tidak ada alasan awak KS sdh dilatih utk KS desain barat, alasan krg msk akal. Mestinya kejayaan armada laut dulu bs jd acuan.
    tapi kemandirian hrs tetap menjadi prioritas

    BalasHapus
  14. Beli ks amur 4 unit sudahhhh... selesaiiii..... nggak perlu banyakk basa basi ini ituu lagiiiii.....

    BalasHapus
  15. Ambil tawaran Rusia untuk 6 Kilo bekas dan 6 Amur new, untuk mengisi kekosongan armada kapal selam TNI AL secara instan (bisa untuk melatih kemampuan perawatan, doktrin tempur, pelatihan awak, sistem logistik dan infrastruktur, serta pertahanan, mengingat untuk membangun kapal selam dibutuhkan waktu yang lama) ...untuk jangka panjang pembuatan secara mandiri kapal selam juga terus dijalankan dengan membangun kapal changbogo...

    BalasHapus
  16. Iya solusi cerdasnya emang kita tetap beli KS Kilo bekas karena bisa langsung kita hadirikan di Indonesia. Setelah itu kita beli lagi yang baru yang lebih hebat lagi misal Amur atau Lada Class. Gak mungkin itu teknologi Kilo kacangan. pasti tetep jauh lebih hebat dari Chang bego jarak tembaknya. Ausie aja kawatir dengan Killo jika Indonesia memilikinya. Pasti itu barang benar2 bisa buat efek getar. Gak usah pusing2 lah dengan keputusan beli tidaknya. masih jauh lebih untung kalo beli Ks killo biar Ausie terkencing2. hihihii. Think smart menyiasati pertahanan Laut kita yang masih banyak bolongnya. huahahaha

    BalasHapus