Pages

Jumat, November 01, 2013

Berita Foto : The Thunder's, TNI-AU Real Air Superiority Fighter

NATUNA-(IDB) : Latihan perang Angkasa Yudha kali ini sungguh istimewa. Salah satunya terlihat dari banyaknya jumlah pesawat tempur, angkut maupun prajurit yang turun dalam latihan yang dipusatkan di Pulau Natuna Kepulauan Riau itu.

Yang lebih istimewa lagi, ini adalah kali pertamanya kita bisa melihat taring Su-27/30 Flanker TNI-AU.

Lihatlah foto air to air yang ARC peroleh dari salah seorang sahabat yang merupakan pilot Su-27/30 dibawah ini.

Sungguh membanggakan bukan?

Sebagai jet tempur multirole, Su-27/30 bukan hanya mampu menggotong puluhan bom. Fungsi azasi jet tempur buatan Rusia ini tak lain tak bukan adalah sebagai Air Superiority Fighter. Fungsi ini pula yang diembang armada The Thunder's dalam latihan Angkasa Yudha 2013.

Dari total 8 Sukhoi yang diturunkan, 2 diantaranya dilengkapi rudal udara ke udara canggih, yaitu R-73 Archer serta R-77 Adder. R-73 merupakan rudal jarak pendek terbaru buatan Russia yang sangat andal dan ditakuti.

Sementara R-77 adalah Rudal jarak menengah yang kecanggihannya setara dengan AIM-120 buatan Amerika. Dengan adanya kedua senjata ini, TNI-AU kini mampu melakukan pertempuran diluar jangkauan visual (Beyond Visual Range).
2 pesawat Sukhoi yang dilengkapi rudal udara ke udara itu kemungkinan besar berperan sebagai Sweeper atau penyapu dan pengawal armada pengebom. Bukan tugas mudah sesungguhnya.

Pasalnya, armada sweeper harus memastikan armada pengebom aman dari gangguan musuh saat menuju, di sasaran serta kembali ke pangkalan. Disaat pengebom membabat musuh, sweeper akan terbang tinggi mengawasi langit sekitar. Dan syukur Alhamdulillah, peran sweeper maupun pengebom mampu ditunaikan dengan baik oleh The Thunder. Bravo Thunder...!!


Latihan mungkin telah usai. Namun pekerjaan sesungguhnya dari armada TNI-AU masih terus berjalan, yaitu menegakan kedaulatan udara nasional yang merupakan harga mati. The Thunder's serta taji-tajinya selalu siap menjalankan tugas itu.





Sumber : ARC

Usai Latihan TNI AU Sisir Laut Natuna

NATUNA-(IDB) : TNI AU menggelar latihan Angkasa Yudha 2013 di Pulau Natuna, Riau. Dalam latihan tersebut, sejumlah pesawat tempur memuntahkan puluhan rudal ke sasaran yang berada di laut Natuna.

Menurut Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, untuk menghindari hal yang tak diinginkan, tim akan diterjunkan untuk menyisir lokasi latihan.

"Kita punya tim demolisi. Kita minta dari AL karena di laut, mereka sudah ngirim untuk meyakinkan semua sisa bom itu meledak dan sudah diamankan dan tidak meledak lagi," kata Ida Bagus di Lanud TNI AU Ranai, Pulau Natuna, Riau, Kamis (31/10/2013).

Untuk itu, kata dia, masyarakat agar tidak mendekat lokasi latihan hingga benar-benar dinyatakan aman oleh petugas.

"Dan saya harapkan juga masyarakat di sini, mengikuti instruksi dari aparat kami. Sebelum selesai melaksanakan demolisi, jangan sampai ada yang mendekati lokasi. Nanti akan saya lihat, yakin bahwa setelah latihan itu semua area akan kembali normal lagi," ucap dia.

Pada 3 Mei 2013 lalu, dua warga tewas dan empat lainnya luka setelah sisa bom yang digunakan dalam latihan gabungan TNI di Lumajang, Jawa Timur, meledak

Korban luka menuturkan bom sisa latihan gabungan TNI pada Jumat 2 Mei 2013 lalu meledak saat ia dan 5 orang lainnya tengah membongkar bangunan yang dijadikan target latihan tersebut. 




Sumber : SCTV

Aksi EMB-314 Super Tucano Di Angkasa Yudha 2013

NATUNA-(IDB) : Sejak mendarat pertama kali di Tanah Air pada penghujung Agustus 2012, misi latihan besar untuk EMB-314 Super Tucano akhirnya tiba, yaitu saat tiga Super Tucano itu turut dalam latihan puncak TNI AU, Angkasa Yudha 2013, di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.

Wilayah paling ujung di tepi Laut China Selatan itu dipilih dengan sejumlah alasan, mengingat perairan internasional itu diklaim lima negara, yaitu China, Brunei Darussalam, Viet Nahm, Filipina, dan Malaysia. Indonesia ada dalam "kawasan panas" sehingga kesiapsiagaan militernya menjadi keharusan.

Saat mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, empat Super Tucano masih diberi nomor registrasi eksperimental, PT-Z01 hingga PT-Z04, persenjataan belum dipasang dan dilengkapi dua tangki eksternal. 

Super Tucano buatan Empresa Braziliera de Aeronotica (Embraer) SA itu merupakan pengembangan dari EMB-312 Tucano, yang programnya diluncurkan pada 1995 sejalan program Sistema de Vigilancia da Amazonia (SIVAM) yang menghendaki Angkatan Udara Brazil memiliki pesawat terbang patroli dengan kemampuan penyerbuan darat dan pengintaian serta anti gerilya. 

Permintaan karakteristik dan spesifikasi itu dijawab Embraer SA dengan konsep pengembangan EMB-312, berupa pesawat tempur turbo-prop yang bisa dioperasikan dari pangkalan berfasilitas minimal, terpencil, kokpit modern full-glass, dapat menahan beban +7g hingga -3,5 g, dan mampu dipadu-padankan dengan berbagai sistem pengamatan/persenjataan Barat atau sebagian Timur. 

Salah satu yang dijagokan, adalah pemasangan perangkat FLIR (forward-looking infra red) dan DLIR (downward-looking infra red) yang didedikasikan Brazil untuk memonitor pergerakan pesawat tempur lawan ataupun gerilyawan di darat. 

Intinya, dia lalu menjelma menjadi pesawat tempur counter-intelligence dan surveillance. Mesin yang menjadi pendorong juga mudah dirawat, yaitu Pratt & Whitney PT6A-68A yang membangkitkan 1.600 shp disuplai tangki internal 695 liter avtur sehingga mampu menerbangkan dia pada radius 1.500 kilometer alias terbang selama 6,5 jam. 

Peran lain Super Tucano adalah pesawat latih dasar dan lanjut penerbang tempur (menurut airforce techonology, Amerika Serikat), dan serang udara-darat atau udara-udara ringan dari satu atau dua penerbang yang duduk secara tandem. 

Kinerja tempur pilot dan perwira persenjataan dijamin berkat fitur OBOGS (on-board oxygen generated systems), dan pengendalian dari tuas kemudi tunggal HOTAS (hands-on throttle and stick control) disuplai dari Northrop Grumman. Jadi, feel mengemudikan Super Tucano dan mengoperasikan sistem persenjataannya sangat identik dengan pesawat tempur jet canggih. 

Sejak awal dirancang, disadari bahwa perang asimetris akan makin menggejala di banyak belahan dunia, di mana para milisi atau teroris dan gerakan separatis akan melancarkan taktik semi gerilya atau malah gerilya penuh. 

Pada tengah dasawarsa '60-an, ada Rockwell OV-10E/F Bronco yang diakui sangat efektif memainkan peran dukungan udara dan lain-lain menentukan jalan pertempuran darat. 

Indonesia pernah memiliki satu skuadron udara OV-10F Bronco yang sejak 2007 lalu dipensiunkan begitu saja dengan alasan efisiensi anggaran dan kesulitan perawatan. 

Pada saat kini, Korps Marinir Amerika Serikat malah berusaha menghidupkan kembali armda OV-10 mereka ini dengan peralatan lebih canggih. Operasi Seroja di Timor Timur, adalah palagan paling top dari kebolehan OV-10F Bronco ini. 

Karena asasinya sebagai pesawat "pengganti" peran sejenis OV-10F Bronco itulah, maka Super Tucano dipersenjatai lima hardpoint sebagai "cantelan" persenjataan di kedua sayap dan perut fuselage-nya, yang mampu menggendong 1.500 kilogram beban. Dua senapan mesin 12,7 dipasang di kedua sayapnya yang menyemburkan maksimal 1.100 peluru permenit. 

Yang menarik, kelima hardpoint itu bisa dipakai untuk bom berpenuntun alias bom pintar udara-ke-darat atau udara-ke-udara, selain bom konvensional Mk-82 atau Mk-84 udara-ke-darat. Brazil memasang misil buatan sendiri, MAA-1 Piranha berpenuntun infra merah dari Orbita; yang mendapat pasokan data dari turet radar AN/AAQ-22 SAFIRE di sebelah FLIR/DLIR-nya. 

Kembali ke Kepulauan Natuna yang menjadi arena Angkasa Yudha 2013 ini. Dalam skenario latihan Angkasa Yudha 2013 yang diperoleh, pasukan TNI AU berupaya merebut kembali Pangkalan Udara Ranai, Kabupaten Natuna, yang dikuasai oleh musuh dari "negara Musang".

EMB-314 Super Tucano, dalam Angkasa Yudha 2013 itu, tidak difungsikan penuh sebagai pesawat terbang recconaissance; melainkan CASA 212 Aviocar dari Skuadron Udara 4. Hasil "intipan" mereka ditindaklanjuti Hawk 109/209 dari Skuadron Udara 1 yang memainkan peran arm recconaissance

Sasaran yang telah ditetapkan dan dikunci lalu dibombardir oleh gabungan F-16 Fighting Falcon (Skuradron Udara 3), Su-27 Flanker (Skuadron Udara 11), dan EMB-314 Super Tucano dari ketinggian lebih rendah. 

Walau beda konteks masa, namun penampilan dan akibat yang ditimbulkan dari bom-bom udara-ke-darat itu cukup ampuh menghancurkan sasaran-sasaran musuh. EMB-314 alias A-29 Super Tucano "membersihkan" sisa-sisa fasilitas dan pasukan musuh tersisa. Mirip dengan aksi A-10 Thunderbolt II dalam skala lebih kecil walau sama-sama mematikan. 

Dengan loreng hijau dan gigi-gigi hiu bersorak merah-putih menyeringai itu, EMB-314 Super Tucano menyambar-nyambar sasaran-sasaran di sekitaran landas pacu berazimuth 180-360 itu. 




Sumber :Antara

Indonesia Panggil Dubes Australia

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia meminta Duta Besar Australia untuk datang pada Jumat (1/11). Dubes Australia akan dimintai keterangan resmi seputar pemberitaan tentang operasi penyadapan di Kedubes Australia di Jakarta.

Ini adalah buntut pemberitaan harian Australia, Sydney Morning Herald (SMH), pada 31 Oktober 2013 tentang keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedubes Australia di Jakarta dan negara-negara lain di kawasan.

Dalam siaran pers yang dirilis Kamis (31/10), Kemlu RI menyatakan, sebagai negara tetangga dan bersahabat, tindakan seperti yang diberitakan sama sekali tidak mencerminkan semangat hubungan bersahabat yang selama ini terjalin. Tindakan ini pun merupakan sesuatu yang sama sekali tidak dapat diterima Pemerintah Indonesia.

Ray Marcelo, Counsellor Bidang Public Affairs Kedubes Australia di Jakarta, mengatakan, ”Sudah menjadi kebiasaan lama bahwa kami tidak memberi komentar atas masalah intelijen.”

Di Bali, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengatakan, pihaknya akan mendalami informasi mengenai keberadaan alat penyadapan di Kedubes Amerika Serikat (AS) di Jakarta.

”Jika informasi itu benar, kami akan meminta Kementerian Luar Negeri untuk bertindak lebih lanjut,” kata Marciano

BIN, kata Marciano, meminta Kedubes AS memberikan klarifikasi mengenai hal itu. BIN juga sedang mengumpulkan bukti-bukti mengenai keberadaan alat penyadap dan kemungkinan dilakukannya penyadapan oleh intelijen asing di Indonesia.

Tentang hal ini, Atase Pers Kedubes AS di Jakarta Troy Pederson mengatakan, Charge d’Affaires Kedubes AS Kristen Bauer telah berbicara dengan Menlu RI Marty Natalegawa mengenai hal ini. ”Kami akan terus membicarakan isu-isu ini melalui saluran diplomatik dengan mitra dan sekutu kami.”

Masih seputar buntut pemberitaan harian SMH, China menuntut penjelasan AS. Menurut laporan SMH, kedubes-kedubes Australia, termasuk yang di Beijing, dipakai sebagai bagian dari operasi memata-matai yang dipimpin AS.

Pengumpulan sinyal-sinyal intelijen itu, menurut SMH, terjadi di kedubes-kedubes Australia di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing, dan Dili. Demikian pula dengan komisi tinggi (kedubes) di Kuala Lumpur dan Port Moresby.

Sebuah dokumen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang dibocorkan mantan karyawannya, Edward Snowden, dan diterbitkan majalah Jerman Der Spiegel mengungkapkan program pengumpulan bahan intelijen sensitif dilakukan di kedubes-kedubes dan konsulat-konsulat AS dan dari misi diplomatik mitra intelijen ”Lima Mata”, termasuk Australia, Inggris, dan Kanada.

”China sangat prihatin mengenai laporan ini dan meminta agar AS memberikan klarifikasi dan penjelasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Jakarta yang pertama

Menyambung laporan harian SMH, seorang analis, Philip Dorling, menulis di koran itu Kamis bahwa itu sudah lama dilakukan Australia, terutama pada Indonesia, dan itu dimanfaatkan dalam diplomasinya.

Menurut Dorling, Kedubes Australia di Jakarta merupakan lokasi stasiun luar negeri pertama Badan Intelijen Australia.

Catatan harian yang tak diterbitkan dari seorang diplomat senior memperlihatkan Australian Defence Signals Bureau, yang sekarang menjadi Defence Signals Directorate, secara rutin membaca kawat-kawat diplomatik Indonesia sejak pertengahan tahun 1950-an.

Adapun Direktur Eksekutif Research Institute for Democracy and Peace (RIDEP) Anton Ali Abbas menuturkan, aksi sadap-menyadap komunikasi sudah lazim terjadi dalam konteks diplomatik. ”Ini bukan yang pertama. KBRI kita di Canberra, Australia, juga pernah disadap,” Anton mengingatkan.

Dia menjelaskan, dalam konteks intelijen, penyadapan adalah kegiatan yang umum dilakukan. Meskipun demikian, kegiatan penyadapan adalah operasi ilegal. 




Sumber : Kompas

Menhan RI Bersama Pangarmabar Kunjungi Pulau Sekatung Di Natuna

NATUNA-(IDB) : Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro bersama Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto S.E, kunjungan kerja ke Pulau Terluar  dan meninjau Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Pulau Terluar (Satgas Pamtas Pulau Terluar) Pos Pulau Sekatung, Desa Tanjung Pala, Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau,  Rabu (30/10).

Kedatangan Menhan di Pulau Sekatung disambut oleh Camat Pulau Laut Anrizal Zen, St, Danton Satgas Pamtas Pulau Terluar Lettu Inf Edi Rasmuji, Danpos Satgas Pamtas Pulau Terluar Serma Marinir Teguh Kristiadi, Komandan Posal Pulau Laut Letda Laut (T) Purwanto serta tokoh masyarakat Kecamatan Pulau Laut dan warga yang berada di Pulau Sekatung.


Dalam kunjungan tersebut, Menhan RI menghimbau agar Prajurit TNI yang sedang melaksanakan tugas sebagai personel Satgas Pamtas Pulau Terluar Pos Pulau Sekatung tetap menjaga keharmonisan sesama Prajurit TNI sesuai dengan fungsi dan tugas nya sebagai Pengaman Pulau Terluar.


 Selain itu Menhan juga memberikan bantuan berupa alat penjernih dan penyuling air laut menjadi air tawar, 6 (enam) unit solar cell sebagai alat penerangan serta akan menginventarisasikan 5 (lima) unit rumah yang ditempati Personel Satgas Pamtas Pulau Terluar Pos Pulau Sekatung.


Turut mendampingi Menhan, Kasau Marsekal TNI IB. Putu Dunia, Staf Kemenhan RI Laksma TNI Toto Sumarto, Karo TU Kemenhan RI Brigjend TNI Bambang Hartawan, Bupati Natuna Drs. Ilyas Sabli, dan Dandim 0318 Natuna Letkol Inf Hendra Heryanan,




Sumber : Koarmabar

Dankormar Tinjau Kesiapan Pembaretan Panglima TNI




SURABAYA-(IDB) : Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington meninjau kesiapan acara pengangkatan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko sebagai warga kehormatan Korps Marinir di lapangan tembak FX. Soepramono Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Rabu, (30/10/2013).


Komandan Korps Marinir didampingi Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso, Danpasmar-2 Brigjen TNI (Mar) Denny Kurniadi, Danlanmar Surabaya Kolonel Marinir M. Hari dan beberapa pejabat teras Korps Marinir meninjau kesiapan personel dan material yang terlibat dalam upacara maupun demo.



 
Selain itu, orang nomor satu dijajaran Korps Baret Ungu tersebut juga mengecek sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam rangkaian kegiatan pengangkatan Panglima TNI sebagai warga kehormatan Korps Marinir yang akan dilaksanakan pada hari Jumat, 1 November 2013.
 



Sumber : Kormar

Berita Foto : Puncak Gelaran Angkasa Yudha 2013, Bravo TNI-AU...!!

NATUNA-(IDB) : Puluhan jet tempur TNI-AU memborbardir sasaran di perairan Natuna. Mulai dari Hawk 109/209, F-16, Su-27/30 hingga Super Tucano. 

Sungguh sebuah pemandangan yang menggetarkan hati saat puluhan bom itu menghujam dan meledakkan sasaran. Demikianlah gambaran yang ARC tangkap saat menyaksikan latihan puncak TNI-AU, Angkasa Yudha 2013 di Natuna Kepulauan Riau.

Selain jet tempur, lebih dari 300 prajurit Paskhas juga terjun dari 7 C-130 hercules. Mereka mensimulasikan perebutan pangakalan udara yang dikuasai musuh. Tidak ketinggalan aksi combat SAR yang dilakukan helikopter Super Puma bersama prajurit Paskhas TNI-AU.


Namun, bagi military fanboys seperti ARC, yang menarik dalam latihan ini adalah kemunculan secara resmi persenjataan Su-27/30 milik TNI-AU. The Thunder menari-nari di udara sembari membopong rudal R-73 dan R-77. Bravo TNI-AU...!!


Puncak latihan Angkasa Yudha 2013 TNI AU digelar di perairan Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (31/10/2013). Dalam latihan ini TNI AU mengerahkan puluhan pesawat tempur mereka.

Salah satu pesawat TNI AU bermanuver di atas perairan Natuna.
Salah satu pesawat tempur TNI AU melakukan atraksi.
Latihan Angkasa Yudha 2013 melibatkan 21 pesawat tempur TNI AU.
TNI AU berlatih menaklukkan musuh.

Puncak latihan Angkasa Yudha 2013 digelar di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (31/10/2013). Latihan ini dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan tempur personel TNI AU.


Para prajurit TNI AU mengikuti latihan Angkasa Yudha 2013.
Para prajurit TNI AU berlatih melumpuhkan musuh.
Para prajurit TNI AU berlatih menyergap musuh.
Para prajurit TNI AU berlatih mengepung musuh.
Aksi prajurit TNI AU saat turun dari helikopter.
Hawk Khatulistiwa
Hawk Indonesia
Super Tucano

CN295 TNI AU




Sumber : ARC