Pages

Senin, Oktober 28, 2013

Kopaska Uji Tempur Seal Carrier

JAKARTA-(IDB) : Satuan Komando Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat, memiliki alat alustista terbaru berupa kendaraan tempur bawah air bernama SEAL CARRIER dari Swedia. Sepintas kendaraan bawah air ini menyerupai kapal selam mini dan disinyalir masih terbatas kepemilikannya, khususnya negara-negara asia. 

Pada hari Kamis, 10 Oktober 2013 di laut lepas teluk Jakarta, prajurit SATKOPASKA KOARMABAR melaksanakan tes uji coba yang diawaki 2 orang teknisi dari Swedia dan 4 prajurit SATKOPASKA.

Kendaraan tempur bawah air SEAL CARRIER dipersiapkan Komando Pasukan Katak sebagai salah satu sarana infiltrasi melalui bawah permukaan dengan sasaran khusus dermaga laut musuh ataupun kapal-kapal perang musuh. SEAL CARRIER mampu menyelam hingga kedalaman 40 meter dengan kecepatan 3 knot, dan juga dilengkapi dengan NAVIGATIONAL adds seperti ;

  • Fluxgate compass
  • Speed logg
  • GPS
  • Dead reckoning system
  • Electronical chart
  • Echosounder
  • Gyro roll/ pitch
  • Magnetic compass
  • Depth gauge


SEAL CARRIER merupakan transportasi taktis bagi para penyelam tempur. Kapasitas kendaraan ini normalnya mengangkut enam penyelam tempur beserta perlengkapannya, serta dapat beroperasi dalam tiga mode yang berbeda, di permukaan, setengah tenggelam, dan di bawah permukaan air.

(Red – Hersunu)

Kapal akan di banjiri air dengan membuka katup di bagian bawah lambung. Wastafel kapal menjadi sebuah tempat setengah terendam air dimana kapal digerakan oleh diesel atau listrik. Mode setengah tenggelam didefinisikan sebagai titik ketika SEAL CARRIER masih memiliki udara dalam tangki ballast di banjiri air. 


Dalam mode dibawah permukaan air, kapal digerakan oleh listrik dan dapat melaju dengan kecepatan lebih dari 3 knots. SEAL CARRIER dioperasikan oleh dua operator, satu pilot, dan co pilot yang memahami tentang olah gerak kapal dibawah permukaan dan advance dalam menggunakan alat selam open ataupun semi/close circuit.

Principal Data 

 
LOA : 9.25 m
Lengthof hull : 8.45 m
Beam : 2.21 m
Draught at surface, low speed : 0.5 m
Height : 1.65 m
Height incl. snorkel : 2.65 m
Lightweight, equipped boat : 3400 kg
Crew and payload : 700 kg
Diesel  : 260 kg
Max displacement : 4360 kg
Speed, surface with full load

- max  30 knots

-  cruising 25 knots
Speed, semi-submerged (diesel driven) : 5 knots
Speed, submerged max :3 knots
Range surface/ semi-submerged : 150 NM
Range electric propulsion : 10 NM
Maximum depth : 40 m


Keterangan data tersebut diatas, dilansir dari sebuah perusahaan yang memberikan informasi tentang SEAL CARRIER bernama Defence Consulting Europe AB (DCE AB) menjelaskan spesifikasi bagian dari SEAL CARRIER.



Sumber : Koarmabar

KRI Cut Nyak Dien - 375 Laksanakan Operasi Taring Pari

PADANG-(IDB) : KRI Cut Nyak Dien - 375 salah satu unsur dibawah kendali operasi Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Guskamla Koarmabar) yang sedang melaksanakan operasi Taring Pari merapat di Dermaga Teluk Bayur, Padang, Kamis (24/10).

Kedatangan KRI Cut Nyak Dien - 375  tersebut disambut oleh Asisten Operasi (Asops) Danlantamal II Padang Kolonel Laut (P) Robertus T Waskito, S.E., Asisten Intelijen (Asintel) Danlantamal II Letkol Laut (E) Iin Sabirin, Para Perwira staf, Bintara dan Tamtama Lantamal II Padang.

KRI Cut Nyak Dien - 375  yang dikomandani Letkol Laut (P) Oke Dwiyana Pribadi merupakan Kapal jenis Korvet kelas Parchim dibawah Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Komando Armada Barat (Koarmabar) yang saat ini tergabung dalam kegiatan Operasi Taring Pari 2013 di wilayah perairan barat Indonesia. Selain itu, kedatangan kapal perang tersebut di Padang direncanakan juga untuk pengamanan pejabat VVIP.

Kapal perang yang dibuat di Jerman Timur ini merupakan kapal perang Korvet kelas Parchim yang memiliki fungsi utama sebagai penghancur kapal permukaan dan juga sebagai pemburu kapal selam dengan mengandalkan persenjataan torpedo.
           
Selama sandar di Dermaga Teluk Bayur Padang, KRI Cut Nyak Dien - 375  melaksanakan kegiatan bekal ulang (Bekul) antara lain pengisian bahan bakar, pengisian air tawar dan pembekalan bahan basah guna mendukung kegiatan operasi selanjutnya.



Sumber : Koarmabar

Delapan Sukhoi Siaga Di Batam

BATAM-(IDB) : Delapan pesawat jet tempur Sukhoi mendarat di Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), kemarin siang. Pesawat buatan Rusia itu berjejer rapi di area parkir bandara.
 
Belum ada pihak yang berkomentar mengenai keberadaan pesawat tersebut. Otoritas bandara tidak bersedia mengeluarkan pernyataan. Mereka menyerahkan kepada pihak Angkatan Udara (AU). Sementara itu, AU berencana memberikan keterangan hari ini (29/10).

Adanya pesawat tempur canggih tersebut diduga berhubungan dengan rencana latihan militer di wilayah udara Kepri yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia. Latihan militer tersebut melibatkan pasukan dan persenjataan perang dari 18 negara. Kegiatan itu bertujuan mengantisipasi perubahan iklim global.

Negara-negara yang akan mengikuti latihan tersebut adalah Indonesia sebagai tuan rumah, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia.

Batam Pos (JPNN Group) melaporkan, sebelumnya Panglima Komando Armada Barat Laksamana Muda (Laksda) TNI Arief Rudianto dan Danlantamal IV Laksamana Pertama TNI Agus Heryana melakukan kunjungan kerja ke Ranai dalam rangka penandatanganan komitmen bersama antara Pemda Kepulauan Anambas dan TNI-AU. Kerja sama itu berkaitan dengan rencana Latihan Bersama (Latma) Multilateral Komodo 2014.(



Sumber : JPNN

DPR Desak Pemerintah Segera Teken Kerjasama Dengan Australia Soal Nelayan Tersesat

Australia menahan sejumlah nelayan Indonesia yang tak sengaja memasuki wilayah mereka. Padahal mereka adalah cuma tersesat saat mencari ikan sekadar buat makan. Pemerintah tak boleh diam. 


JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR menyayangkan sikap aparat dan pemerintah Australia yang kian giat menangkap nelayan tradisional Indonesia yang tak sengaja memasuki perairan wilayah mereka. Padahal para nelayan itu tak menggarong isi laut di perairan internasional, melainkan menangkap ikan seperlunya saja.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mendesak pemerintah untuk segera membuat perjanjian dengan Australia guna mengatasi masalah nelayan tradisional yang tak sengaja melewati garis batas laut kedua negara.

"Nelayan tradisional yang mencari ikan dengan alat penangkap konvensional tidak bisa disebut menjarah ikan. Kalaupun mereka menangkap ikan, dapatnya tidak banyak. Berbeda dengan nelayan modern berkapal besar yang bisa menangkap ikan dalam jumlah besar," kata Tubagus Hasanuddin kepada JurnalParlemen, Minggu (27/10).

Menurut Hasanuddin, nelayan tradisional Indonesia tak menggunakan alat penangkap ikan berteknologi canggih. Seberuntungnya mereka dapat ikan, paling banyak sekitar 50 kilogram. Angka segitu tidak bisa dianggap menjarah apalagi membahayakan kepentingan Australia.

Keterbatasan peranti kelautan juga bisa menyebabkan mereka tersesat sehingga tak sengaja masuk ke wilayah perbatasan Australia. Hal ini, kata dia, sebaiknya diselesaikan dengan perjanjian kedua negara.

"Nelayan itu cukup dikembalikan ke Indonesia saja. Tidak perlu sampai kapalnya  dibakar, lalu nelayannya dipenjara seperti penjahat. Padahal mereka itu sekadar mencari makan," ujarnya.

Rabu (23/10), dikabarkan bahwa nelayan asal Indonesia ditangkap Bea Cukai dan Angkatan Laut Australia. Tiga unit kapal mereka dibakar, lalu para nelayan itu ditahan tanpa proses hukum. John Marrington dari Otorita Pengelola Perikanan Australia mengatakan, pekan depan 20 nelayan yang ditangkap itu akan didakwa.




Sumber : Jurnamen

Mega Skandal Spionase AS

Presiden Brasil Dilma Rousseff batalkan makan malam dengan Barack Obama, kecewa karena disadap
Presiden Brasil Dilma Rousseff batalkan makan malam dengan Barack Obama, kecewa karena disadap

WASHINGTON-(IDB) : Seharusnya Rabu malam waktu Washington, Gedung Putih mengadakan jamuan makan malam tamu kehormatan negara. Namun gagal lantaran tamunya jengkel dan memutuskan membatalkan pertemuan tersebut.


Dia adalah Presiden Brasil Dilma Rousseff yang secara pribadi murka pada Barack Obama. Rousseff adalah salah satu korban penyadapan intelijen AS, NSA, yang dibongkar Snowden yang saat ini berlindung di Rusia.


Alasan AS menyadap demi menanggulangi terorisme, dimentahkan para pejabat Brasil. Sekutu terdekat AS di Amerika Selatan ini mengatakan bahwa penyadapan dilakukan untuk mengeruk keuntungan, demi kepentingan spionase komersial dan industri.


Rabu lalu juga, Obama dihantam protes serupa dari sekutunya di Eropa, Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel meneleponnya, marah percakapan teleponnya disadap. Informasi ini diperoleh Merkel dari majalah Der Spiegel.


Angela Merkel mengatakan tidak bisa menerimaa tindakan AS yang menyadap telepon selulernya dan berencana segera menemui Obama, untuk meminta penjelasan.


Merkel punya pengalaman kelam soal dimata-matai. Dia lahir tahun 1954 di Hamburg, Jerman Timur, saat polisi polisi rahasia NAZI atau Stasi menguntit keseharian warganya. Tidak heran Merkel murka.

Kanselir Jerman Angela Merkel (REUTERS/Fabrizio Bensch)
Kanselir Jerman Angela Merkel.

Pembelaan juru bicara Gedung Putih Jay Carney juga terlihat ambigu. Kepada media dia mengatakan, NSA (Badan Keamanan Nasional AS) “Sekarang tidak sedang mengawasi dan tidak akan mengawasi telepon Merkel.”


Carney menggunakan kata kerja “sekarang.” Dia tidak mampu menjelaskan apakah sebelumnya AS pernah menyadap Merkel atau tidak. NSA pun makin terpojok.


Dua hari sebelumnya pada Senin, Snowden kembali buat ulah membocorkan penyadapan AS terhadap Prancis, negara sahabat lainnya di Eropa. Harian Le Monde menuliskan, NSA memantau 70,3 juta percakapan telepon di Paris, hanya dalam kurun 30 hari, antara 10 Desember 2012 sampai 8 Januari 2013.


NSA, lanjut Le Monde, juga kemungkinan menyadap jutaan SMS di Prancis. Tidak jelas apakah percakapan dan SMS yang disadap itu disimpan secara utuh, atau hanya berupa metadata – yaitu hanya daftar siapa berbicara dengan siapa.


Tidak dijelaskan juga apakah operasi penyadapan bernama sandi US-985D itu masih terus berlangsung atau sudah dihentikan. Laporan itulah yang membuat Menlu Fabius awal pekan ini memanggil Dubes AS untuk Prancis. Dia menuntut Dubes AS itu memberi klarifikasi atas kabar di media massa itu.


Beberapa hari sebelumnya, Meksiko juga marah besar pada Amerika. NSA dilaporkan menyadap Presiden Enrique Pena Nieto dan pendahulunya, Felipe Calderon. Tidak hanya itu, Amerika juga dituduh menyadap PBB dan Uni Eropa.


Pemimpin 35 Negara


Di bawah perlindungan Rusia, nyanyian Snowden akan mega skandal penyandapan AS semakin tidak terbendung. Jumat lalu, The Guardian -mitra media Snowden- mengungkapkan bocoran dokumen yang menunjukkan bahwa AS telah menyadap telepon puluhan kepala negara di seluruh dunia.


Hal ini dibuktikan dalam dokumen soal memo rahasia dari Direktorat Sinyal Intelijen (SID) di NSA untuk berbagai instansi yang mereka sebut “pelanggan”. Beberapa di antara instansi ini adalah Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri dan Pentagon.


Dalam memo itu, SID meminta para pejabat tinggi di instansi AS memberikan informasi nomor telepon para petinggi politik dan pengusaha di berbagai negara.


Terkumpullah 200 nomor, termasuk di dalamnya ada 35 nomor kepala negara.Tidak disebutkan pemimpin mana saja yang disadap, namun NSA disebut langsung melakukan operasi intelijen.


Dilihat dari memo tertanggal Oktober 2006 itu, ini bukan kali pertama SID meminta bantuan pejabat negara, melainkan operasi rutin. Judul memo itu, “Pelanggan Bisa Membantu SID Mendapatkan Nomor Telepon Target”. Dalam pembuka memo, dikatakan bahwa para pejabat yang dekat dengan para pemimpin dan politisi dunia bisa membantu operasi mata-mata.


Memo dikirimkan pada pertengahan periode kedua George Bush, saat Condoleezza Rice menjabat Menteri Luar Negeri dan Donald Rumsfeld di akhir masa jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.

Dalam KTT Eropa di Brussels yang seyogyanya membicarakan masalah ekonomi, Jerman dan Prancis menyampaikan uneg-uneg mereka. Mereka mengatakan kepercayaan Eropa terhadap AS hampir sirna dan harus kembali dibangun.

“Memata-matai sahabat itu tidak benar. Sekarang kepercayaan harus kembali dibangun,” kata Merkel, Kamis waktu setempat, yang menuntut aksi nyata, bukan hanya ucapan maaf dari Obama.

Jerman dan Prancis kompak menuntut AS membuat kesepakatan paling lambat akhir tahun ini untuk tidak lagi memata-matai mereka. Hal ini diamini oleh ke-28 pemimpin Uni Eropa. Sebenarnya gagasan ini pertama kali diangkat Merkel saat Obama mengunjungi Berlin Juni lalu, namun tidak terealisasi.


“Persahabatan dan kemitraan antara Eropa, termasuk Jerman, dengan Amerika bukanlah satu arah saja. AS perlu juga bersahabat dengan dunia,” kata Merkel.


Kesepakatan semacam ini telah dibuat AS dengan Inggris, Australia, Selandia Baru dan Kanada. Kelima negara memiliki aliansi yang dikenal dengan “Lima Mata”, terbentuk sejak akhir Perang Dunia II.


Lebih Parah Dari Wikileaks


Akibat penyadapan ini persahabatan AS dengan berbagai negara yang telah terjalin bertahun-tahun terancam. Kebijakan luar negeri AS yang dirancang sedemikian rupa juga jadi di ujung tanduk. AS diprediksi merugi.


Dalam KTT kemarin, mega skandal penyadapan AS membuat negara-negara Eropa tidak ragu-ragu lagi mendukung pengetatan undang-undang perlindungan data tahun 1995. Dalam peraturan baru nanti, perusahaan-perusahaan seperti Google dan Facebook dilarang membagi data mereka dengan negara non-Eropa.


Peraturan ini juga memberikan hak bagi warga Eropa untuk meminta agar jejak digital mereka dihapus. Ada denda 100 juta euro bagi perusahaan yang melanggar.


AS khawatir Jerman dan Prancis semakin gigih mendorong peraturan ini, pasca terungkapnya penyadapan. Pasalnya jika peraturan ini diterapkan, maka ongkos penanganan data di Eropa akan meroket. Perusahaan seperti Google, Yahoo! Microsoft dan yang lainnya tengah giat melobi pemerintah.


Kerugian diplomatis dan finansial ini membuat dampak bocoran Snowden lebih besar ketimbang bocoran kabel diplomatik oleh Bradley Manning di Wikileaks. Hal ini sempat diungkapkan oleh mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS P.J. Crowley dalam akun Twitternya.


“Semakin jelas saja, walaupun besarnya skala #WikiLeaks, bocoran #Snowden menyebabkan lebih banyak kerusakan publik,” tulis Crowley.


Menurut Slate.com, bocoran WikiLeaks memang memberi dampak buruk terhadap situasi politik di beberapa negara. Salah satunya soal kecurangan pemilu Peru, korupsi pejabat India dan gaya hidup keluarga Ben Ali yang berperan pada awal-awal revolusi di Tunisia.

Kendati mencengangkan, namun bocoran kabel di WikiLeaks dibuat oleh para diplomat dan tidak mencerminkan kebijakan luar negeri AS yang menjadi rahasia. Bahkan, para pejabat Kemlu AS mengakui bahwa terungkapnya kabel itu “memalukan tapi tidak merusak”. 




Sumber : JKGR