Pages

Rabu, Oktober 23, 2013

Gladi Pengamanan Dan Penyelamatan RI 1

KALSEL-(IDB) : Dalam rangka mendukung rencana Kunjungan Kerja Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Provinsi Kalimantan Selatan, pada tanggal 22 s.d. 24 Oktober 2013, Komandan Lanud Sjamsudin Noor Letkol Pnb Esron S.B. Sinaga, S.Sos., telah melaksanakan berbagai persiapan, Senin (21/10). 


Kegiatan dan persiapan yang sudah dilaksanakan dimulai dengan kedatangan Pesawat Hercules TNI AU C-130 pada hari Minggu, 20 Oktober 2013 yang membawa Kendaraan Khusus RI 1 beserta peralatan pendukungnya dan Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU BKO dari Batalyon 466 Makassar yang akan bertugas melaksanakan pengamanan dan penyelamatan Kuker RI 1 di wilayah Kalsel bersama dengan kompi pasukan Lanud Sjamsudin Noor.


Pada kesempatan yang sama pula Helly Super Puma H-3206 milik TNI AU tiba di Lanud Sjamsudin Noor guna mendukung kegiatan Kuker RI 1 di Wilayah Kalsel telah melaksanakan patroli Cek Spot di wilayah Kantor Gubernur Kalimantan Selatan di Banjarbaru dan di wilayah kota Banjarmasin.


Menurut Danlanud Sjamsudin Noor selaku Dansatgas Pengamanan Bandara Syamsudin Noor, telah dilaksanakan Gladi Pengamanan dan Penyelamatan (Pamatan) RI 1 guna mengetahui kesiap-siagaan unsur Lanud Sjamsudin Noor dalam rangka pengamanan RI 1 di wilayah Bandara Syamsudin Noor.


Danlanud mengatakan agar personel Lanud Sjamsudin Noor meningkatkan kewaspadaan terhadap daerah atau tempat yang menjadi tanggung jawab yang dalam hal ini pengamanan wilayah Bandara Bandara Syamsudin Noor yang menjadi obyek vital Lanud SAM.


“Jangan lengah sedikitpun dan tingkatkan kepedulian terhadap orang atau benda yang mencurigakan, masing-masing anggota pengamanan harus tahu tanggung jawabnya, harus apa dan berbuat apa, sehingga tidak ada lagi anggota yang bertanya-tanya tentang tupoknya. Hal ini guna menghindari keragu-raguan pada waktu bertugas,” tegas Danlanud.


Disamping itu, Danlanud juga menyampaikan bahwa penerbangan di Bandara Syamsudin Noor akan tetap berjalan dengan normal, namun pada saat mendekati kedatangan dan keberangkatan RI 1 (VVIP) akan ada prioritas dan untuk penerbangan yang lain sementara menunggu, setelah itu penerbangan akan kembali normal.


Danlanud berharap TNI/Polri, unsur Pemda beserta masyarakat Kalsel dapat bersama-sama mendukung Kuker RI 1 ke wilayah Kalsel dengan aman, lancar dan sukses.




Sumber : TNI AU

China Beli Su-35 Karena Bisa Menembak Ke Belakang

Su-35
BEIJING-(IDB) : China telah memutuskan untuk membeli jet tempur Su-35 dari Rusia karena mampu menembakkan rudal secara rearward-firing (menembak ke belakang), Want China Times mengutip pernyataan Senior Kolonel Wu Guohui, seorang profesor di Beijing National Defense University.

Rudal R-73M2 dan R-74ME Rusia, rudal AIM-9X Amerika Serikat dan termasuk rudal PL-10 China, semuanya bisa ditembakkan ke target (pesawat) di belakang pesawat. Rudal-rudal itu memiliki "nose cone" dan sirip yang telah dimodifikasi untuk mencegah masalah ketidakstabilan saat peluncuran.


Menurut Wu, kemunculan rudal yang bisa menembak ke belakang ini telah mengubah konsep perang udara. Dalam pertempuran udara-ke-udara di masa depan, sebuah jet tempur harus bisa menembak jatuh musuh yang ada di belakang. Dengan rudal rearward-firing dan "spion" yang tertanam pada helm pilot.


Meskipun China sudah memiliki rudalnya, namun saat ini China belum memiliki jet tempur yang mampu meluncurkan rudal itu. Su-35 akan masuk ke Angkatan Udara PLA guna meningkatkan kemampuan pilot sekaligus memberi gambaran teknologi kepada industri penerbangan China agar mampu mengembangkannya sendiri. Sama seperti yang terjadi pada Sukhoi-Sukhoi sebelumnya, analis menilai China juga akan memodifikasi atau bahkan mengkloning Su-35.

Sebelumnya dalam laporan Russian Military News Network pada Juni lalu, China dikabarkan telah mengirimkan delegasi ke Moskow terkait rencana pembelian 24 Su-35BM senilai AS$ 1,5 miliar. Namun sumber dalam Rosoboronexport Rusia mengatakan bahwa China justru akan membeli lebih dari 24 Su-35.




Sumber : Artileri

Analisis : Dampak Pembatalan Pembelian F15-SE Terhadap KF/IF-X Project

SEOUL-(IDB) : Secara mengejutkan Korea Selatan menyatakan menolak tawaran perusahaan Boeing untuk memasok 60 pesawat tempur F-15 Silent Eagle bagi Angkatan Udaranya (Royal Korean Air Force). Penolakan tersebut disampaikan oleh  juru bicara Kementerian Pertahanan Kim Min - seok, yang  mengatakan bahwa Korea Selatan (Korsel)  akan menunda pemberian kontrak US$ 7.7 milyar dalam pengadaan 60 pesawat F-15 SE, akan dilakukan tender ulang.


Pemerintah Korea Selatan nampaknya terpaksa tunduk kepada tekanan publik dalam aksi penolakan pembelian pesawat tempur  F-15 SE, terutama pernyataan keberatan dan penolakan dari 15 mantan Kepala Staf Angkatan Udara yang menulis surat kepada Presiden Park Geun - hye, dan juga keberatan anggota parlemen partai yang berkuasa. Para pengeritik menyatakan bahwa pesawat tempur F-15 Silent Eagle dinilai kurang kemampuannya, khususnya kemampuan anti radarnya (stealth).


Korea Selatan menginginkan Angkatan Udaranya (ROKAF) mempunyai pesawat tempur yang dapat menyusup tanpa terdeteksi, untuk membalas serangan jauh kegaris belakang apabila Korea Utara (Korut) melancarkan serangan nuklir.  Kim Min-seok menegaskan, "Angkatan Udara kami berpendapat bahwa kita memerlukan  kemampuan tempur dalam menanggapi trend terbaru pengembangan teknologi kedirgantaraan, yang pada intinya adalah  jet tempur generasi kelima khususnya dalam menghadapi  provokasi dari Korea Utara , " katanya.


Pada musim semi tahun ini , ketegangan di semenanjung Korea telah  meningkat tajam , dimana Pyongyang pernah menyatakan ancaman perang nuklir untuk memprotes sanksi PBB.  Pemerintah Korea Selatan sangat khawatir setelah pemerintahan Korea Utara, Kim Jong-un melakukan uji coba peluru kendala balistik. Korea Utara juga diketahui menempatkan beberapa ratus ribu pasukan dengan persenjataan berat di perbatasan dengan Korsel. Memang pesawat Tempur Korut dinilai sudah tua tetapi jumlahnya sangat banyak, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri apabila terjadi konflik.


Selain itu yang menjadi catatan, Korea Selatan tetap waspada karena   berakhirnya Perang Korea tahun 1950-53, hanya  dengan gencatan senjata , bukan berupa sebuah perjanjian damai. Oleh karena itu Korea Selatan terus alert terhadap kemungkinan pecah perang yang sewaktu-waktu akan timbul, terlebih mengingat pribadi pemimpin Korut Kim Jong-un yang masih muda dan agresif.


Pada beberapa waktu lalu, saat Korea Utara menyatakan ancaman serangan nuklir, pemerintah Amerika Serikat menanggapi dan  mengambil langkah yang sangat serius. USAF mengirimkan pesawat tempur paling canggihnya  yaitu, pesawat  pembom siluman B-2,  pesawat tempur siluman F - 22 dan pesawat pembom B - 52 , dalam latihan dengan Korea Selatan untuk show of force. Kedua pembom tersebut dapat mengangkut bom nuklir.


Dari Anggaran yang disiapkan sebesar US $7.7 milyar, dimana dalam perhitungan harga, Korea Selatan bisa mendapatkan 60 buah F-15 SE, kini dengan akan diulanginya tender baru, yang kemungkinan calon terkuat adalah pesawat tempur generasi kelima F-35A buatan Loockheed Martin atau Typhoon Eurofighter anggaran akan membengkak. Kemungkinan besar Korsel akan memilih F-35A dibandingkan Eurofighter, karena ikatan erat antara Korsel-AS, dimana AS masih menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel.


Para pejabat militer AS mengatakan kekuatan terbesar dari F - 35 , selain mampu menghindari radar, pesawat ini mempunyai  kemampuannya untuk memadukan data dari pesawat dan sensor lainnya . Hal ini memungkinkan untuk membantu mengidentifikasi target bagi pesawat tempur lainnya yang bersama-sama beroperasi. Mengingat harganya yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan F-15 SE, kemungkinan Korea Selatan akan mengurangi jumlah pesanan menjadi 40 atau 50 pesawat, atau mempertimbangkan anggaran baru.


Rangkaian pengadaan pesawat tempur terbaru Korea Selatan untuk menekan Korea Utara sejalan dengan kebijakan Jepang yang juga memesan 42 F-35 dari Loockheed. F-35 telah dipesan oleh USAF (Angkatan Udara AS) dan juga beberapa negara diantaranya Belanda, Inggris, Australia , Italia , Norwegia ,  Turki, Israel dan Jepang.


Berkaitan dengan Indonesia, jelas kebijakan Korea Selatan yang membatalkan keinginannya memiliki F-15 SE akan semakin membuat kerjasamanya dalam proyek IFX/KFX (Indonesia/ Korea Fighter Experiment) yang dinyatakan ditunda menjadi semakin tidak jelas kelanjutannya. Dengan kemungkinan membengkaknya anggaran apabila dipilih F-35 yang harganya  jauh lebih mahal, maka kelanjutan proyek IFX/KFX akan menjadi lebih tidak menentu. Jelas Indonesia menjadi negara yang dirugikan. Isyarat penundaan selama sekitar satu-setengah tahun dilayangkan Pemerintahan Park Geun-hye tak lama setelah dirinya terpilih sebagai presiden ke-11 Korea Selatan pada Februari 2013.


Proyek ini menggantung setelah tim Korea-Indonesia menuntaskan tahap pertama, yakni Technology Development, dalam waktu 18 bulan, pada Desember 2012. Proyek diawali dengan tahapan Feasibility Study, dilanjutkan dengan Technology Development, lalu Engineering Manufacturing Development, dan diakhiri dengan Production Phase. Di pihak Indonesia, Kementerian Pertahanan menjadi penanggung-jawab utama atas proyek prestisius yang pernah disebutkan menelan ongkos US$8 milyar.


Pihak Indonesia tetap yakin dan berusaha melanjutkan proyek ini sebatas pada bagian-bagian yang bisa dikerjakan sendiri. Di dalam negeri, program ini dikerjakan tim dari Balitbang Kementerian Pertahanan, BPPT, PT Dirgantara Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan lain-lain. Dalam hal ini nasib Indonesia akan ditentukan oleh Korea Selatan yang masih dipusingkan dalam memilih jet tempur unggulannya.


Kini kita akan melihat sebuah perlombaan pemilikan pesawat-pesawat tempur generasi kelima, dimana beberapa negara di kawasan Asia Pasifik pada umumnya sudah memesan F-35 untuk memperkuat pertahanan udaranya. Sementara ini dengan memiliki Sukhoi 27/30, dilihat dari  balance of power, saat ini AU Indonesia masih yang terbaik di Asia Tenggara, termasuk apabila dibandingkan dengan Australia.


Oleh karena itu nampaknya sebagai sekutu AS, Korea Selatan dan Australia nampaknya akan berusaha memiliki F-35 dimasa mendatang.  Kita berharap ekonomi Indonesia membaik, dan suatu saat kita bisa memiliki Sukhoi-35 dan bahkan mungkin Sukhoi T-50 PAK-FA. Pesawat tempur yang jauh lebih murah harganya dibandingkan generasi lima lainnya, tetapi teknologinya lebih hebat. Who knows?




Sumber : RI

Kapal TNI AL Rotasi Penjaga Pulau Terluar

JAKARTA-(IDB) : Mabes TNI AL melakukan pergantian prajurit yang mengamankan pulau terluar. Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana pertama Untung Suropati menjelaskan, rotasi dilakukan agar prajurit  konsentrasi. "Rutin saja, agar ada penyegaran di lapangan," katanya.     


KRI Teluk Lampung (TLP)-540 yang merupakan salah satu kapal perang TNI Angkatan Laut jenis Angkut Tank tipe Frosch (ATF) bertugas  operasi pengamanan pulau terluar (pamputer) Wilayah Barat.  Pulau-pulau tersebut antara lain Pulau Sekatung, Pulau Nipah, Pulau Rondo dan Pulau Berhala.


Usai melaksanakan rotasi satuan tugas (Satgas) Pamputer di pulau Sekatung dan Pulau Nipah, KRI Teluk Lampung (TLP)-540 menuju Sabang dan pulau-pulau terluar lainnya yang berada di wilayah Barat.


Di pulau-pulau tersebut, KRI Teluk Lampung (TLP)-540 akan melaksanakan rotasi pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Pamputer, yang berbatasan dengan negara tetangga di Wilayah Indonesia bagian Barat.


Rotasi pasukan itu meliputi debarkasi Satgas Pamputer menggantikan Satgas lama yang sudah purna tugas, setelah enam bulan menjaga dan mengamankan pulau tersebut, serta peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan dalam mendukung penugasan.

"Memang idealnya enam bulan sekali diganti," katanya. Di Pulau Sekatung dilakukan penggantian satu regu prajurit marinir, dan di Pulau Nipah dua pleton terdiri dari prajurit marinir dan prajurit TNI AD juga diganti.




Sumber : JPNN