Pages

Rabu, Oktober 23, 2013

Analisis : Dampak Pembatalan Pembelian F15-SE Terhadap KF/IF-X Project

SEOUL-(IDB) : Secara mengejutkan Korea Selatan menyatakan menolak tawaran perusahaan Boeing untuk memasok 60 pesawat tempur F-15 Silent Eagle bagi Angkatan Udaranya (Royal Korean Air Force). Penolakan tersebut disampaikan oleh  juru bicara Kementerian Pertahanan Kim Min - seok, yang  mengatakan bahwa Korea Selatan (Korsel)  akan menunda pemberian kontrak US$ 7.7 milyar dalam pengadaan 60 pesawat F-15 SE, akan dilakukan tender ulang.


Pemerintah Korea Selatan nampaknya terpaksa tunduk kepada tekanan publik dalam aksi penolakan pembelian pesawat tempur  F-15 SE, terutama pernyataan keberatan dan penolakan dari 15 mantan Kepala Staf Angkatan Udara yang menulis surat kepada Presiden Park Geun - hye, dan juga keberatan anggota parlemen partai yang berkuasa. Para pengeritik menyatakan bahwa pesawat tempur F-15 Silent Eagle dinilai kurang kemampuannya, khususnya kemampuan anti radarnya (stealth).


Korea Selatan menginginkan Angkatan Udaranya (ROKAF) mempunyai pesawat tempur yang dapat menyusup tanpa terdeteksi, untuk membalas serangan jauh kegaris belakang apabila Korea Utara (Korut) melancarkan serangan nuklir.  Kim Min-seok menegaskan, "Angkatan Udara kami berpendapat bahwa kita memerlukan  kemampuan tempur dalam menanggapi trend terbaru pengembangan teknologi kedirgantaraan, yang pada intinya adalah  jet tempur generasi kelima khususnya dalam menghadapi  provokasi dari Korea Utara , " katanya.


Pada musim semi tahun ini , ketegangan di semenanjung Korea telah  meningkat tajam , dimana Pyongyang pernah menyatakan ancaman perang nuklir untuk memprotes sanksi PBB.  Pemerintah Korea Selatan sangat khawatir setelah pemerintahan Korea Utara, Kim Jong-un melakukan uji coba peluru kendala balistik. Korea Utara juga diketahui menempatkan beberapa ratus ribu pasukan dengan persenjataan berat di perbatasan dengan Korsel. Memang pesawat Tempur Korut dinilai sudah tua tetapi jumlahnya sangat banyak, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri apabila terjadi konflik.


Selain itu yang menjadi catatan, Korea Selatan tetap waspada karena   berakhirnya Perang Korea tahun 1950-53, hanya  dengan gencatan senjata , bukan berupa sebuah perjanjian damai. Oleh karena itu Korea Selatan terus alert terhadap kemungkinan pecah perang yang sewaktu-waktu akan timbul, terlebih mengingat pribadi pemimpin Korut Kim Jong-un yang masih muda dan agresif.


Pada beberapa waktu lalu, saat Korea Utara menyatakan ancaman serangan nuklir, pemerintah Amerika Serikat menanggapi dan  mengambil langkah yang sangat serius. USAF mengirimkan pesawat tempur paling canggihnya  yaitu, pesawat  pembom siluman B-2,  pesawat tempur siluman F - 22 dan pesawat pembom B - 52 , dalam latihan dengan Korea Selatan untuk show of force. Kedua pembom tersebut dapat mengangkut bom nuklir.


Dari Anggaran yang disiapkan sebesar US $7.7 milyar, dimana dalam perhitungan harga, Korea Selatan bisa mendapatkan 60 buah F-15 SE, kini dengan akan diulanginya tender baru, yang kemungkinan calon terkuat adalah pesawat tempur generasi kelima F-35A buatan Loockheed Martin atau Typhoon Eurofighter anggaran akan membengkak. Kemungkinan besar Korsel akan memilih F-35A dibandingkan Eurofighter, karena ikatan erat antara Korsel-AS, dimana AS masih menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel.


Para pejabat militer AS mengatakan kekuatan terbesar dari F - 35 , selain mampu menghindari radar, pesawat ini mempunyai  kemampuannya untuk memadukan data dari pesawat dan sensor lainnya . Hal ini memungkinkan untuk membantu mengidentifikasi target bagi pesawat tempur lainnya yang bersama-sama beroperasi. Mengingat harganya yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan F-15 SE, kemungkinan Korea Selatan akan mengurangi jumlah pesanan menjadi 40 atau 50 pesawat, atau mempertimbangkan anggaran baru.


Rangkaian pengadaan pesawat tempur terbaru Korea Selatan untuk menekan Korea Utara sejalan dengan kebijakan Jepang yang juga memesan 42 F-35 dari Loockheed. F-35 telah dipesan oleh USAF (Angkatan Udara AS) dan juga beberapa negara diantaranya Belanda, Inggris, Australia , Italia , Norwegia ,  Turki, Israel dan Jepang.


Berkaitan dengan Indonesia, jelas kebijakan Korea Selatan yang membatalkan keinginannya memiliki F-15 SE akan semakin membuat kerjasamanya dalam proyek IFX/KFX (Indonesia/ Korea Fighter Experiment) yang dinyatakan ditunda menjadi semakin tidak jelas kelanjutannya. Dengan kemungkinan membengkaknya anggaran apabila dipilih F-35 yang harganya  jauh lebih mahal, maka kelanjutan proyek IFX/KFX akan menjadi lebih tidak menentu. Jelas Indonesia menjadi negara yang dirugikan. Isyarat penundaan selama sekitar satu-setengah tahun dilayangkan Pemerintahan Park Geun-hye tak lama setelah dirinya terpilih sebagai presiden ke-11 Korea Selatan pada Februari 2013.


Proyek ini menggantung setelah tim Korea-Indonesia menuntaskan tahap pertama, yakni Technology Development, dalam waktu 18 bulan, pada Desember 2012. Proyek diawali dengan tahapan Feasibility Study, dilanjutkan dengan Technology Development, lalu Engineering Manufacturing Development, dan diakhiri dengan Production Phase. Di pihak Indonesia, Kementerian Pertahanan menjadi penanggung-jawab utama atas proyek prestisius yang pernah disebutkan menelan ongkos US$8 milyar.


Pihak Indonesia tetap yakin dan berusaha melanjutkan proyek ini sebatas pada bagian-bagian yang bisa dikerjakan sendiri. Di dalam negeri, program ini dikerjakan tim dari Balitbang Kementerian Pertahanan, BPPT, PT Dirgantara Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan lain-lain. Dalam hal ini nasib Indonesia akan ditentukan oleh Korea Selatan yang masih dipusingkan dalam memilih jet tempur unggulannya.


Kini kita akan melihat sebuah perlombaan pemilikan pesawat-pesawat tempur generasi kelima, dimana beberapa negara di kawasan Asia Pasifik pada umumnya sudah memesan F-35 untuk memperkuat pertahanan udaranya. Sementara ini dengan memiliki Sukhoi 27/30, dilihat dari  balance of power, saat ini AU Indonesia masih yang terbaik di Asia Tenggara, termasuk apabila dibandingkan dengan Australia.


Oleh karena itu nampaknya sebagai sekutu AS, Korea Selatan dan Australia nampaknya akan berusaha memiliki F-35 dimasa mendatang.  Kita berharap ekonomi Indonesia membaik, dan suatu saat kita bisa memiliki Sukhoi-35 dan bahkan mungkin Sukhoi T-50 PAK-FA. Pesawat tempur yang jauh lebih murah harganya dibandingkan generasi lima lainnya, tetapi teknologinya lebih hebat. Who knows?




Sumber : RI

23 komentar:

  1. Beli sepuluh skuadron Super Tucano...... Jelas kepake buat perang.......... :d

    BalasHapus
  2. Ga pa2 n ga masalah kalo kfx/ifx molor pembuatannya,daripada teknologi yang diadopsi pake F15SE,kan pesawat tsb masih generasi ke 4? Sabar aja deh....sing penting nek temen pasti tinemu!!!

    BalasHapus
  3. Sepertinya Indonesia harus bangkit untuk membuat pesawat tempur sendiri tanpa tergantung dengan Korea Selatan (yang sedang galau), kalau kondisi ini tidak segera terpecahkan,kedepannya menjadi tidak bagus....semangatnya menjadi hilang...
    Istilahnya Indonesia sudah kepalang basah,dana sudah dikeluarkan...jangan sampai sia sia, Apakah Indonesia harus melewati jalan yang berliku liku begini untuk bisa membuat pesawat tempur sendiri,hanya sang waktulah yang akan menjawab....

    BalasHapus
  4. halaaah.... tampaknya ini berrita lama. tp krnapa baru dimuat ? caaapeee duehhhh

    BalasHapus
  5. Oh negriku sungguh malang nasibmu...! Kpn putra-putra bangsamu ini bangkit utk bisa mnciptakn pespur canggih bwatan anak negri ...!

    #mengharap puuooll

    BalasHapus
  6. Salah bapak bj habibie( maap) kenapa gak dari dulu tidak bikin pswt tempur- terlalu konsent ke produk pswt komersil sih- padahal coba klo sekali2bikin pswat tempur kek- apa salah nya-peswat tempur itu juga kan sangat penting untuk menjaga pembangunan dan sumber alam RI yg bernilai ekonomi tinggi- dulu gara2 jumlah pswt tmpur Tni dikit jadinya pulau sipadan lgitan+ timorleste ( meski tk negri tk berguna) lepas..ohh iya sekarang banyak dokter2 di rumah sakit RI bermental setan rendahan- suka tolak pasien tak mampu sprti di tv- musti di bombing tuh dokter2 kayak gitu pake pespur- oke

    BalasHapus
    Balasan
    1. pola pikir mu gmna ya
      bikin psawat komersil aja blm lulus mau bikin tempur
      pak bibie gk mikirin psawat tempur karna kbutuhannya gk trlalu bnyak
      contoh F-16 dah dproduksi 4500an dari pertama kali dibuat tp air bus 230 yg dbngun tahun 2000an dah 10rb lebih
      harga F-16 40jt an tp A230 bisa 90-100jt an
      yg dipikirin pak bibie itu bukan begitu bung tp daya jualnya khususnya di pasar INA

      timles itu ada yg ngerusak hub yaitu portugal dan ausi
      baca sejatah dibalik lepasnya timles

      sipadan and ligitan itu daya tawar INA yg lemah trutama presidennya
      u baca gmna SBY ngehindarin konflik tp bisa mempertahankan ambalat
      beliau pergi ke ambalat dngan armada tempur AL nya... wajar pngamanan presiden
      pas pulang cuma naik helikopter tp kapal ditinggal
      malon gk mikir ampe sana

      umur brp de ngomong2?

      Hapus
    2. Maap pak- justru DI dg bp hbibie nya udah bisa dikategori sukses lulus bikin pswt komersil- minimal nama CN235 udah beken di dunia-DI sudah punya kapabilitas untuk produk pswt fighter-dan masalah bukan lulus/ nggaknya-dilihat dari hebat nya DI dan kayanya sumber alam RI yg luas- perlu dijaga pswat2 tempur-itu lah harusnya DI jangan hanya fokus produk komersil yg emang punya nilaii ekonomis tinggi-tapi juga musti produk jet fighter-bikin nya tak perlu masif sprti US gitu- tapi yahh minimal cukup untuk jaga negri RI yg kaya sumber alam skligus aman dari embargo komponen-coba bayangin gimana jadinya klo RI wktu diembargo th 90 an- terlibat perang konvensional- banyak pswt2 tempur yg tidak bisa scramble- sebab embargo- pasti nya aman kan klo RI punya pswt tmpur produk dlm negri dan semua suku cadang di produk sendiri juga-

      Hapus
    3. cn235 itu masih kerja sama sama cassa
      nah itu masih mnggunakan baling2
      rencana pak bibie itu bikin psawat komersil ori INA pake baling2 dan jadilah N250
      abis N250 baru ke psawat komersil mesin jet
      kalo dah jadi baru mikirin yg lain

      bukan masalah PTDI mampu apa engga karna visi misi awal PTDI iru bukan mnciptakan psawat tempur
      masalah embargo itu katanya gara2 kita nyerang fretelin

      andai kita dah bisa bijin jet tempur trus rudalnya gmna?
      kita kan blom bisa bikin
      cina dngn rudal buatan cina
      korsel cetak biru masih samankayak f16
      ngikut rusia? kita masih gk mesra sama rusia gara2 PKI pas zaman pak harto

      Hapus
    4. Pernahkah nggak kawan-kawan berpikir bahwa proyek KF/IF-X dan proyek Kapal Selam dengan Korsel itu cuma proyek pengalihan perhatian saja? yaitu politik Indonesia untuk mengadem-ayemkan pihak Barat bahwa Indonesia walaupun sedang meningkatkan alutsistanya tapi bermitra dengan Korsel yang notabene adalah konco Barat? Padahal sebenarnya Indonesia sedang meningkatkan proyek Rudal/Antariksa dengan China dan proyek Kapal Selamnya sendiri dengan Rusia??? coba deh dipikir-pikir lagi ,,,, sok tahu itu emang enak akakakakakakakakakak

      Hapus
    5. Team ngayaluah wal ngimpimuah muncrat ga cuma muncul

      Hapus
  7. kelihatannya omong pak Habibie semakin masuk akal, ToT ifx/kfx omong kosong, korsel tidak lebih baik dari indonesia soal pesawat... :)

    BalasHapus
  8. memang seharus nya kita buat sendiri fighter generasi 4++ jangan mengharap dari negara yang masih sama2 belajar, cuma kalo belum bisa, ya di usahaken 2skdrn SU35BM rusky, jangan terlambat mengko ra keduman, jo lali ks kilo type 10 unit ( amur, 636, karo rudale s300( S350), s400 nggo payunge umah NKRI iki pesenne mbah to le'

    BalasHapus
  9. horeeee... akhirnya terhambat

    BalasHapus
  10. maaf2,, klo sok tau..dan sok tau itu ada yg bilang enak bgt...
    gw pernah baca media klo korsel & indonesia belum menguasai teknologi siluman pesawat tempur, klo ga salah dari 72 program , yg baru di kuasai 30. dan kosel ingin dapat ilmu tambahan karena indonesia & korsel sendiri blm menguasai sepenuhnya, minimal di atas f16 maksimal setara dgnF35. utuk mengurangi biaya penelitian yang membutuhkan waktu yg panjang dan dana yg lebih besar..korsel menunda dlu proyek ini..
    nah,, pada tgl 14 agustus 2013 korsel pengen buat type kfx ini yg bisa menandingi F35 dgn nama type nya C 103i A, dgn internal waepon bay, bisa di lihat di situs lain

    http://mik-news.blogspot.com/2013/08/korsel-kembangkan-internal-waepon-bay.html,

    yg bersumber: bemil.chosun/MID/MIK

    sayang nya IDB tidak menampilkan berita ini.
    oleh sebab itu korsel harus membeli dan mempelajari dulu F35, klo mau hasil nya minimal menyerupai f35..bukan F15SE, apa lagi klo di lihat dari berita itu menunjukan bahwa manuver cara penembakan kfx lbh baik di banding f35. sampai sekarang proyek ini masih menggantung karena blm ada penguasaan teknologi nya, serta dana yg dibutuhkan lumayan besar.. sedangkan ancaman perang masih saja terus berlangsung,, klo negara kita di posisi mereka apa yg akan kita buat dulu???penelitian dgn dana besar, dan waktu yg lama, tp yg di hasilkan msh dibawah generasi 5. atau barang yang udah jadi (pespur genre 5), sambil di pelajari teknologi nya kemudian dilanjut kan ke penelitian??? dan mudahan hasil penelitiannya ini bisa dinikmati juga oleh teknisi kita, sehingga kita tidak cuma kebagian type c103 saja atau c103 i. tapi bisa membuat juga yg type c103iA..
    mudah2an ke sok tauan gw benar adanya..

    BalasHapus
  11. makan tu proyek bodong,kfx , BPK audit keuanganya ?

    BalasHapus
  12. Setuju dg sob andri cahyadi...pemikiran anda masuk akal,andai NKRI sdh ada jelas sekali ancaman perang dari negara lain,sikap kita pasti seperti korsel. Begitu juga dg iran,walaupun sdh jelas ada ancaman perang juga mesti import alutsista guna dipelajari teknologinya yg belum dikuasai bagi kepentingan industri hankamnya. Ibaratnya sambil menyelam juga minum air...

    BalasHapus
  13. mending beli SU35BM + tot....kyknya Rusky lebih menjanjikan untuk kerjasama pembuatan pesawat tempur generasi 5 (karena lebih berpengalaman)

    BalasHapus
  14. Blum prnah dlm perang mana pun pswt rusia menunjukan superioritas udara. Di perang2 timteng pawt rusia rontok semua. Di perang irak I mig-31 & SU-25 dibangga2kan sbg yg the best lah, jauh lbh hebat dari F-16 lah...kenyataannya??? Setiap mig-31 & SU -25 irak yg terbang hampir semuanya rontok, sebagian dibawa kabur ke iran. Ini mslh hankam bro...jgn cuma asal beda...

    BalasHapus
  15. Sebaiknya RI banting stir kerjasama sama rusky buat pesawat tempur ,rusky punya mesin dan avionik yang jelas masih kita butuhkan.Kerjasama tahap pertama dengan korsel kan sudah berahir.Jadi kita bebas mau melanjutkan kerjasama dengan siapa.Ini yang lebih realistis,korsel jelas tak bisa diharapkan dalam waktu cepat buat melanjutkan program kfx.

    BalasHapus
  16. RAHASIA MEMBUAT DADA BEROTOT DALAM 6 HARI

    baroinfo.com/gaya-hidup/push-up-bra-untuk-pria-membuat-dada-pria-tampak-berotot

    BalasHapus
  17. tidak usah menyalahkan korsel terus keadaan kita dan mereka berbeda, mereka sedang perang fisik bukan perang diplomasi seperti kita, mereka butuh pesawat tempur beneran bukan riset pesawat, seperti kita bisa.

    tidak usah manja & merepotkan korsel.

    kalau memang korsel tidak bisa indonesia cari jalan keluar lain, buka kerjasama lagi dgn negara lain atau jalan keluar yg lain...


    BalasHapus
  18. kita jadi sadar kalimat yg diucapkan habibie. klo gitu kita riset buat pesawat dg negara yg sudah maju. Swedia. kenapa kita gak melirik Swedia? Atau Rusia? Klo dg negara barat jelas mereka tidak mau kita menjadi maju.

    BalasHapus