JAKARTA-(IDB) : Beberapa waktu lalu 3-7 Oktober 2013, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyelenggarakan pameran sistem persenjataannya.
Organisasi
militer ini mempertunjukkan senjata-senjata sekaligus kendaraan
miliknya tersebut dalam pameran alat utama sistem persenjataan
(alutsista) yang digelar di pelataran Tugu Monas Jakarta.
Di
antara stan-stan yang ada, stan TNI Angkatan Darat (TNI AD) cukup
banyak mendapat perhatian. Salah satu kendaraan senjata yang paling
menarik minat pengunjung adalah sebuah panser. Panser ANOA namanya. Yang
khusus dalam acara ini adalah, para pengunjung ternyata bukan hanya
dapat ‘melongo’ menyaksikan mobil baja ini. Mereka juga bisa ikut
menaikinya, tentu bukan untuk diberangkatkan perang, tapi keliling
Monas.
Namun yang menarik dan mengesankan dengan panser ini bukan
hanya kekuatan atau kecanggihannya yang memang sudah seperti
panser-panser buatan negara maju. Tapi adalah cerita dibalik baja-baja
berjalan inilah yang jauh lebih menarik.
Ini semua diawali dari rasa gregetan-nya seorang Jusuf Kalla
. Waktu itu tahun 2007 JK mencanangkan kebijakan kemandirian industri
pertahanan. Ia gemas melihat alat persenjataan militer negeri ini
kebanyakan impor, khususnya panser.
Dalam suatu kesempatan ceramah
di Lemhanas beberapa waktu lalu, JK mengatakan “Masa (panser) yang
seperti ini saja kita tidak bisa buat? Saya tanya pindad berapa
biayanya. Katanya 7 milyar.”
Hitung-hitungan JK saat itu menunjukkan bahwa jika Indonesia impor, maka biayana adalah 1 juta dolar.
“Itu ‘kan 10 miliar? Waktu itu saya tegaskan, kita bisa buat sendiri dengan kualitas yang sama bahkan lebih baik!” kata mantan Wapres ini.
Waktu
itu beberapa pihak termasuk dari TNI meragukan ide JK ini. Bagaimana
keahliannya, itulah yang menjadi sumber keraguan. Tapi JK tak kehilangan
akal.
“Saya panggil semua yang ahli menghadap. Siapa ahli trek,
siapa ahli bodi, siapa ahli baja, siapa ahli listrik, siapa ahli kaca,
saya kumpulkan mereka di kantor. Saya katakan, ‘Hei, kalian orang hebat
di negeri ini, saya minta anda semua buat sesuatu untuk bangsa ini. Saya
tak mau bayar, tapi Anda bantu negeri,” kata JK.
Masalah lain
kemudian muncul. Bagaimana pembiayaannya? Waktu itu PT Pindad sama
sekali tak punya kesanggupan finansial untuk proyek ketahanan ini.
“Bagaimana
uangnya? Mudah saja. Saya panggil bank-bank pemerintah lalu saya
tegaskan, ‘Hei bank, kasih dia (PT Pindad) 500 miliar.’ Waktu itu mereka
bertanya tentang bagaimana dasarnya. Saya bilang, ‘Kau butuh apa?’
Keputusan pemerintah. Mudah saja. Saya langsung minta Bappenas buat
proyek ini, juga Kemenhan buat proyek ini. Selesai,”ujarnya.
Masalah
ternyata tak berhenti di situ saja. Waktu itu, bank-bank pemerintah
masih meragukan permintaan JK agar mereka mengucurkan dana pinjaman pada
PT Pindad. Namanya bukan JK kalau kehabisan akal.
JK menceritakan, “Waktu itu mereka (Bank-bank) bilang, ‘Wapres, siapa yang akan menjamin (pembayaran pinjamannya)? Lalu saya jawab, Menteri Keuangan yang akan menjamin. Kita (pemerintah) akan bayar tahun depan. Beres.”kata JK.
Maka,
cerita JK, datanglah mereka para ahli yang sudah ia kumpulkan secara
keroyokan ke PT Pindad. Setelah melalui serangkaian proses dan
tahapan,jadilah buat panser setengah harga impor yang lebih hebat.
Kini
Panser ANOA terus jadi favorit TNI jadi bagian alutsistanya. Seperti
dilaporkan Kantor Berita Antara, panser ANOA milik TNI ini memang lebih
baik dari buatan luar negeri misalnya dengan Panser VAB buatan Prancis.
Salah
satu pembeda Anoa dan VAB terletak pada plat baja yang digunakan untuk
melindungi kaca anti peluru. Apabila musuh menembak bagian kaca, maka
plat baja itu yang melindungi sehingga tidak pecah. VAB tidak memiliki
perlengkapan seperti ini.
Selain itu, bagian kabin Anoa telah
dilengkapi dengan CCTV (kamera pengawas), NVG (alat deteksi malam hari),
dan pendingin udara. Dengan kelengkapan tersebut Anoa menjadi lebih
nyaman dari pada VAB yang belum dilengkapi semua kelengkapan itu.
“Kita
selama ini dibodohi saja. Oleh orang lain atau juga diri kita sendiri!
Kita impor ini-itu karena merasa tak bisa mandiri. Soal proses pemberian
proyek ke Pindad, apa yang salah? Tak ada yang salah. Cuma satu yang
bisa buat panser. Peraturannya kalau cuma satu tak perlu tender. Apalagi
lebih murah,” kata Wakil Presiden RI 2004-2009 ini.
Sumber : Tribunnews