Pages

Senin, September 23, 2013

Danseskoau Tinjau Medan Angkasa Yudha Di Lanud Ranai

NATUNA-(IDB) : Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AU (Seskoau) selaku Dirlat (Direktur Latihan) “Angkasa Yudha” (AYU) tahun 2013 Marsda (Marsekal Muda) TNI Sudipo Handoyo didampingi Komandan Lanud Ranai Letkol Pnb Andri Gandhy, Msc beserta Tim Tinjau Medan(Jaumed) AYU melakukan peninjauan dan pengecekkan secara langsung kesiapan lokasi,fasilitas maupun daerah tempat latihan yang akan digunakan sebagai ajang digelarnya latihan puncak TNI AU Angkasa Yudha tahun 2013 di Lanud Ranai-Natuna.


Direktur Latihan AYU dalam kunjungannya juga didampingi oleh Wadirlat (Wakil Direktur Latihan) Marsma (Marsekal Pertama) TNI Adang Supriyadi dan saat di wawancara oleh Radio Republik Indonesia(RRI) Natuna di Lanud Ranai Wadirlat mengatakan, “kedatangan kami kesini untuk lebih mematangkan seluruh persiapan terhadap pelaksanaan kegiatan latihan Angkasa Yudha Tahun 2013”, Jelas Wadirlat.


Kedatangan Tim Jaumed Ke Ranai dengan menggunakan Pesawat khusus Hercules TNI Agkatan Udara call sign A-1323 dari Skadron Udara 31 Halim Perdana Kusuma Jakarta dengan Capt Letkol Pnb Adrian Damanik.


Setelah selasai melaksanakan Tinjau Medan selama dua hari di Lanud Ranai-Natuna dan daerah sekitanya Tim Tinjau Medan rombongan kembali ke Jakarta.




Sumber : TNI AU


Grob G-120 TP-A Resmi Gantikan AS-202 Bravo Dan T-34 Charly

SLEMAN-(IDB) : Sebanyak 18 unit pesawat latih Grob G-120 TP-A buatan pabrik Grob Aircraft di Tussenhausen Mattsies Federasi Jerman akan memperkuat TNI AU menggantikan pesawat latih AS-202 Bravo dan T-34 Charly yang telah lebih dari 30 tahun mengabdi dalam mencetak pilot-pilot handal TNI Angkatan Udara.


Ke-18 pesawat Grob G-120 TP-A tersebut akan ditempatkan di Skadron Pendidikan (Skadik) 101 Wingdikterbang Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta yang akan berdampingan dengan Skadik 102 dengan Pesawat KT-1B Wong Bee.


Empat dari 18 pesawat Gorb G120 TP-A diserahkan dari pemerintah Jerman kepada Kemhan, kemudian dari Kemhan diserahkan kepada TNI AU yang disaksikan Menhan RI. Purnomo Yusgiantoro, Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, Kasum TNI Marsdya Boy Sahril Qamar dan Komisi I DPR RI Marsdya (Purn) Basri Sidehabi, di Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta. Jum’at (20/9).


Menurut Menhan, pengadaan pesawat ini merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan TNI yang dirancang dalam waktu 15 tahun, renstra I tahun 2010-2014 telah dilalui. Diakhir kabinet akan kita saksikan penambahan kekuatan TNI Angkatan Udara yang cukup signifikan, dan diharapkan pada akhir rensta III rencana pembangunan kekuatan TNI tahun 2024 kita bisa menjadi “the first class air force”, ujarnya.


Dikatakan, penempatan pesawat Grob G-120 TP-A di Skadik 101 Lanud Adi Sutjipto didasarkan kepada taktis dan strategis yang cukup mendalam untuk dapat melindungi wilayah kedaulatan NKRI, serta melaksanakan tugas-tugas operasi pertahanan udara nasional serta penegakan hukum di wilayah NKRI.


Dengan harapan keberadaan pasawat latih ini dapat menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta, khususnya bangsa Indonesia, terutama TNI Angkatan Udara yang akan mengemban tugas mulia dalam melindungi dan mengamankan kedaulatan udara NKRI. "Dengan hadirnya pesawat latih ini agar dapat dioperasikan dengan baik dan optimal untuk mencetak penerbang-penerbang handal TNI Angkatan Udara", harap Memhan.


TNI Angkatan Udara selain kedatangan alutsista pesawat Grob G-120 TP-A, juga akan meresmikan delevery 6 pesawat Sukhoi SU-27/30 untuk melengkapai satu skadron, selain itu CN-295 yang rencananya 9 pesawat menjadi satu skadron 16 pesawat, satu skadron pesawat tempur ringan T-50 dua pesawat sudah sampai di Madiun, satu skadron helikopter jenis EC-725 Cougar, dan C-130 Hercules sebanyak 9 pesawat.


Menurut Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, selain pesawat tersebut TNI Angkatan Udara juga akan di perkuat dengan penambahan Satuan Radar, hingga sampai akhir renstra III sasaranya menjadi 32 Satrad dapat terpenuhi, selain itu juga pengadaan peluru kendali (Rudal) baik jarak pendek maupun jarak sedang dalam proses pengadaan, jelasnya.





Sumber : TNI AU

Iran Tampilkan Rudal Mutakhir Di Parade Militer

TEHRAN-(IDB) : Dalam parade militer Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran hari ini, Ahad (22/9) dipamerkan rudal-rudal balistik dan berdaya jangkau 2000 kilometer produk  Pasukan Garda Revolusi Islam atau Pasdaran yang sebelumnya tidak pernah dipamerkan di depan umum.
 

Fars News (22/9) melaporkan, parade militer 31 Shahrivar Angkatan Bersenjata Iran setiap tahunnya digelar di awal Pekan Pertahanan Suci di halaman kompleks makam Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran. Kali ini parade militer tahunan itu menampilkan rudal-rudal balistik berdaya tempuh 2000 kilometer produk Pasdaran dari tipe Sejjil, Qadr F dan Qadr H.

 

Pada parade militer tahun lalu sekalipun rudal-rudal ini ditampilkan namun tidak sebanyak sekarang. Parade tahun ini untuk pertama kalinya memamerkan 12 unit Sejjil bahan bakar padat dan 18 unit Qadr.

 

Rudal-rudal ini mampu menghantam wilayah-wilayah yang diduduki rezim Zionis Israel, jika Iran diserang.

 

Kemarin malam Jenderal Hossein Salami, Wakil Komandan Pasdaran dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Iran mengatakan, "Jika dalam kondisi perang kita bisa melesakkan 1000 rudal, hari ada puluhan ribu unit rudal seperti itu di gudang-gudang kita."

 

Rudal-rudal balistik jarak jauh adalah salah satu elemen utama doktrin pertahanan Republik Islam Iran. Kehadiran rudal-rudal tersebut di sejumlah parade militer banyak memicu reaksi media-media Barat.

 

Di antara perlengkapan tempur yang dipamerkan dalam parade militer hari ini terlihat rudal Fakour 90 yang dipasang pada jet tempur F-14. Selain itu dipamerkan juga beberapa unit smart bomb, Ghased. Pada parade militer kali ini, Rudal Fakour untuk pertama kalinya dipamerkan.

 

Hadirin dalam parade ini juga menyaksikan radar-radar Shahab, Samen, Matla-ul-Fajr, Kasta, NEBO, juga sistem komunikasi mobil paling mutakhir.

 
Sistem pertahanan rudal jarak jauh S200 dan Ya Zahra 3 juga menjadi salah satu pemandangan menarik dalam parade militer tahun ini.




Sumber : Irib

QDS Selesaikan Retrofit Hercules TNI AU

QANTAS-(IDB) : Gambar diatas adalah satu dari empat unit "air-lifter" Hercules C-130H yang telah selesai diperbaiki dan dimodifikasi (refurbish) oleh Qantas Defence Services (QDS) di Pangkalan Angkatan Udara Australia Richmond. Pesawat ini akan segera diserahkan pemerintah Australia ke TNI AU.



Diketahui, TNI AU menerima hibah 4 unit pesawat Hercules dari Australia. Kemudian 5 Hercules C-130H lainnya dijual beserta simulator dan suku cadangnya ke TNI AU dengan harga "miring".

Kementerian Pertahanan sebelumnya menyebutkan bahwa pesawat pertama dari empat ini akan dikirimkan ke TNI AU pada Oktober 2013, sementara tiga pesawat lainnya baru akan dikirimkan pada bulan April, Agustus, dan Oktober 2014.




Sumber : Artileri

Mitos Tidak Berdasar Seputar Pembelian Tank Leopard

JAKARTA-(IDB) : Kedatangan Leopard 2A4 di tanah air semalam merupakan kulminasi puncak dari kerja keras berbagai pihak, mulai dari TNI AD khususnya Pussenkav, Kementrian Pertahanan, serta berbagai pihak yang bahu-membahu demi mewujudkan kedatangan MBT pertama dalam sejarah Republik.

Sayangnya, di tengah kesatu-paduan upaya dan semangat pantang menyerah tersebut, beberapa pihak yang kurang bertanggungjawab dengan sengaja menghembuskan isu yang tidak berdasar dan menyesatkan, tanpa didukung oleh bukti-bukti yang sahih dan teruji. Apa saja isu-isu tak berdasar yang melingkupi proses pengadaan Leopard 2A4 dan Leopard 2RI? ARC akan mematahkannya satu-persatu.


1.    Leopard 2 Si Macan Kertas

Saat meliput proses kedatangannya, hal pertama yang ARC lakukan adalah memegang hull Leopard 2A4. Terasa dingin, persis saat kita memegang baja. 

Tidak mungkin terbuat dari kertas, kalaupun ada kertas itu adalah stiker pemeriksaan Kepabeanan Singapura karena kapal pengangkutnya sempat mampir dari sana. Sejak mula ARC saat menghadiri Seminar Kavaleri di bulan Februari sudah menulis bahwa Leopard 2 yang dibeli Indonesia sudah akan siap untuk kedatangan menjelang bulan Oktober 2013. 

Jadi kalau ada yang menyebut Leopard 2 TNI AD adalah macan kertas karena tidak datang-datang, ya salah si pembuat isu sendiri karena tidak sabar. Justru proses kedatangan yang tepat waktu dan sesuai rencana tersebut menunjukkan profesionalisme birokrasi dan kesiapan pengadaan dari Kemhan dan TNI sendiri. ARC berharap agar pelempar isu tersebut memakan kertasnya supaya tidak melempar isu lainnya.

2.    Leopard 2, Si Barang Bekas

Isu lain mengatakan bahwa Leopard 2 yang dibeli Indonesia bisa murah karena dibeli dalam keadaan bekas “as is” alias tidak bisa berjalan karena merupakan stok tank rusak eks AD Jerman. Betul, anggaran pertahanan kita yang perlahan ditingkatkan pada saat ini memang belum memungkinkan pengadaan jumlah besar dalam kondisi baru. 

Tetapi walaupun dibeli dalam keadaan bekas, proses rekondisi dan retrofit dilakukan sesuai dengan standar pabrik yakni Rheinmetall. Buktinya, ketika Leopard 2A4 dikeluarkan dari kandangnya yaitu MV Isolde, mesinnya langsung menyala ketika distarter dan tank bisa dikendarai dengan amat lancar, termasuk naik ke transporter.

3. Leopard 2 Saking Bekasnya, Harus Diengkol

Isu yang semakin liar menyebutkan bahwa saking buruknya, semua Leopard 2A4 yang dibeli betul-betul barang bekas sebekas-bekasnya sehingga semua perlengkapan dilepas, termasuk optik bidik. Sistem putar kubahnya pun dilepas, sehingga harus diengkol. 

Dari pantauan ARC semalam, seluruh sistem optik yang terlihat seperti PERI-17 masih komplit lensanya, dan sensor seperti muzzle reference system juga masih terpasang. EMES-15 memang tertutup jendela bajanya, tetapi dari keterangan teknisi Rheinmetall yang ARC wawancarai, seluruh kelengkapan dasar Leopard 2A4 yang datang semalam sudah terpasang, dan tank ini siap operasional. 

Sang teknisi yang orang Jerman sampai geleng-geleng kepala, tidak percaya bahwa ada gosip murahan seperti itu.

4.    Leopard 2 Itu Terlalu Berat Untuk Medan Indonesia

Ah masa? Simak video dari ARC, pembaca bisa melihat sendiri, aspal dermaga cukup kuat menahan beban Leopard 2A4. 

Dan ketika Leopard 2A4 naik ke trailer dan melindas 12 ban trailer, ban tersebut tidak ada yang pecah lho, bahkan ketika separuh roadwheel Leopard 2A4 terangkat ke atas, menandakan gaya tekan atau ground pressure yang relatif kecil dan pastinya bisa digunakan di jalan raya tanpa kuatir harus amblas.


5. Mahal ya, TNI AD sampai menyewa satu kapal khusus untuk mengangkut 2 Leopard 2A4 dan 2 Marder 1A3


Yang menyebar gossip semacam ini mungkin harus pergi ke dokter mata dan memeriksa minus matanya. Dari foto yang sudah diunggah ARC semalam, terlihat bahwa MV Isolde adalah merchant ship biasa yang juga mengangkut truk-truk berat dan ekskavator. 

Diantara proses unloading, ekskavator dan truk juga dikeluarkan bergiliran dengan keluarnya Leo 2A4 dan Marder. 

Hal ini juga dikonfirmasikan oleh ARC kepada agen forwarding yang menangani pengiriman tank-tank kebanggaan TNI AD ini sampai ke Jakarta, dimana prosesnya berjalan normal. Selain menurunkan berbagai peralatan berat, juga berlangsung pengiriman kendaraan roda 4 suzuki APV ke dalam kapal tersebut.

6. Saya punya nih, bocoran kamuflase yang akan diaplikasikan untuk Leo 2A4 TNI AD

Yang berkata seperti itu mungkin bocor ban mobil atau motornya. 

Yang jelas, sampai saat ini proses pemilihan warna kamuflase untuk Leopard 2A4 masih dalam telaah mendalam dan sudah di tahap finalisasi untuk menentukan mana yang terbaik dengan mempertimbangkan kontur, vegetasi, dan misi yang akan diemban MBT ini kelak.

Ikuti perkembangan terus tank leopard yang menjadi andalan Indonesia kedepan.




Sumber : ARC

Dahana To Produce Sukhoi Fuse Bomb Soon

DAHANA-(IDB) : The technology of military defense industry is no longer dominated by and depending on foreign countries, especially the US and Europe.

Indonesia had already acquired the technology and is now able to produce its own various military needs, which previously had to be imported. To support the primary defense weapon system (alutsista) independency, several potential SOEs are synergized by the government as Strategic Industry SOEs (BUMNIS).

One of the Strategic Industry SOEs is PT Dahana (Persero), the only local industry focusing on various explosives for military needs. Among others, Dahana is currently exploring the development of fuse bomb mass production for domestic military needs. The project itself is a continuation of Dahana’s success in producing the P-100 bomb filling.

Fuse itself is an automatic part of the device that initiates the function, which is to direct the bomb to its correct target without having to be controlled. Without the fuse technology planted in the P-100 bomb, the bomb would only be able to explode with low target accuracy after being shot from the fighter aircraft. The fuse bomb produced by Dahana would later be used for the Sukhoi aircrafts owned by the Indonesian military air force. Aside from that, it is also possible that the fuse bomb, which is planned to be produced in Subang, will be exported to the much potential Asian markets, considering the somewhat rarely present fuse technology at the moment.

The vital Dahana project itself is planned to be completed and start its fuse bomb production by 2015. This is also in accordance with the government’s plan to turn the Sukhoi fighter aircraft armada into one squadron by adding more aircrafts. 

Currently the Indonesian military air force only has 10 units of the Russian manufactured aircrafts. Through the Defense Ministry, the company will be working with Armaco from Bulgaria to learn about fuse bomb manufacturing technology by means of continuous technology transfer scheme.

As explained by Bambang Agung, PT Dahana (Persero)’s Director of Development and Technology, the fuse bomb project will be synergized with the explosives filling industry which has already been carried out, such as P-100 Bomb, R-Han rocket and Blast Effect Bomb. “Should the project be realized, it would save foreign exchange used to buy alutsista from foreign countries,” said Bambang Agung.

Dahana Shows Off Dayaprime On National Technology Revival Day Launching

Carrying the title as one of the national strategic industries, PT DAHANA (Persero) was present at the launching of the National Technology Revival Day (Hakteknas) on Monday (24/06).

Also present at the launching event, which was held at the same time as the technology product exhibition, were some other SOEs and strategic institutions. The event also acted as a showcase for various latest technology products.

Located at BPPT Building on MH Thamrin Street, the nation’s creations in the sector of the primary means of defense system (alutsista) were shown at the event. The creations were of the latest innovations and each year different innovations are displayed. The innovations displayed include Unmanned Aerial Vehicle belonging to LAPAN, Sniper Rifle from PT Pindad, bulletproof steel made by PT Krakatau Steel (Persero) and the latest generation airplane from PT Dirgantara Indonesia.

Not wanting to fall behind, PT Dahana also introduced its latest booster product. The dynamite labeled “Dayaprime” became one of PT Dahana’s main flagship products at the exhibition which only ran shortly for 3 hours. Using the latest technology, Dayaprime was boasted as having higher explosives energy compared to the former dynamite product, Dayagel Magnum. Also shown in the event was the P-100 live bomb which was a result of the collaboration between Dahana and PT Sari Bahari, a national private company.

As revealed by Bambang Agung, PT DAHANA’s Director of Technology & Development, the government was still unable to completely lose its dependency towards imported explosives. “Every year Indonesia still imports bombs similar to P-100 with an amount of up to 1.2 million pieces. Right now, Dahana is gradually starting to be able to substitute the need of bombs which have similar capabilities to P-100.” Bambang explained. The P-100 bombs which act as warhead to Sukhoi and F-16 fighter aircrafts had gradually replaced foreign explosives used by the Ministry of Defense.

Similar to the P-100 bomb, the latest explosives “Dayaprime” was also projected to replace booster needed in the mines industry which was currently fulfilled through importation. According to Bambang, the dynamite produced by joint operation between PT Dahana and DAK Energetic Limited from USA was targeted to reach 3 million pieces. “I think that Dahana could compete with foreign players. Next year we have a production target of 9 million pieces, which will still be increased until the production capacity reaches 15 million pieces of Dayaprime every year.” said Bambang Agung.

PT DAHANA (Persero)’s participation in the event which was opened by the Minister of Defense was a proof of the company’s serious commitment in supporting the independency of the country’s primary means of defense system. Hakteknas is commemorated as an appreciation to the work of the nation which spawned various technology innovation products, especially since the first flight of the N-250 airplane. The airplane which was designed by IPTN took its first flight on 10th August 1995. The peak of the commemoration will be celebrated on 27th August until 1st September 2013 at TMII. 





Source : Dahana

Berbagai Hambatan Masih Dihadapi Proyek T-50 Rusia

MOSCOW-(IDB) : Hingga kini belum ada kepastian kapan jet tempur masa depan Rusia Sukhoi Perspektivniy Aviatsonnoi Kompleks Frontovoi - Aviatsii (PAK - FA) / T 50 -proyek pesawat tempur generasi kelima- memasuki layanan.


Keraguan ini didorong oleh masalah pada subsistem utamanya, penundaan juga karena untuk mengenalkan pesawat lebih lanjut ke layanan, dan rencana Rusia yang menginginkan India agar turut membiayai sebagian dari biaya penelitian dan pengembangan lebih lanjut dari T-50 .

Biro desain radar Rusia NIIP, pemasok utama radar untuk T-50, telah mengembangkan prototipe model radar N050 active electronically scanning array (AESA). Dan menurut seorang analis kedirgantaraan Rusia yang berkecimpung dalam program T-50, hasil uji terbang dari radar N050 yang dipasang di salah satu pesawat uji ke-4 T-50 memang sangat mengesankan. 


Namun N050 masih produk rakitan tangan dan saat ini kapasitas basis industri NIIP untuk memproduksi N050 secara massal belum ada, kata analis yang sama. Dan lagi, PPMs (transmit/receive modules) untuk N050 masih diproduksi di perusahaan elektronik militer Istok dalam skala terbatas, yang membuat biaya radar menjadi mahal. Dalam nada yang sama, analis itu juga mengatakan bahwa panel komposit T-50 adalah juga handmade yang masih menggunakan teknologi dasar.

Rancangan mesin final untuk pesawat generasi kelima ini juga masih diatas kertas, ahli industri dirgantara Rusia mengatakan. T-50 yang terbang saat ini masih menggunkan mesin yang sama dengan yang dipakai Su-35 yaitu Saturn 117S, dan untuk sementara tampaknya mesin inilah yang akan digunakan untuk batch produksi awal T-50.


Menurut para ahli industri kedirgantaraan Amerika Serikat,  bila tidak ada perubahan berarti pada T-50 maka bisa dipertanyakan apakah pesawat ini benar-benar berdesain low-observable. Beberapa aspek dari T-50 seperti konfigurasinya saat ini akan menghasilkan RCS yang sangat tinggi, serta IR, dan signature. Tentu ini akan memberikan musuh celah untuk mendeteksinya.


Faktor lain adalah program T-50 dianggap ekonomis hanya jika India melangkah untuk setidaknya membeli pesawat ini sebanyak 250 unit, dan juga akan ikut mendanai upaya penelitian dan pengembangannya. Tapi India berencana untuk mendapatkan hanya setengahnya saja (120-an). Ditambah lagi situasi India saat ini dalam program MRCu-nya (modernisasi AU) yang lebih memilih Dassault Rafale dari Perancis ketimbang pesawat Sukhoi/MiG Rusia. 


Jika situasi di India ini "memburuk," bisa saja India malah mengurangi lagi porsi untuk T-50-nya. Namun tetap saja, selain kendala keuangan untuk mengakuisisinya, T-50 jelas lebih superior ketimbang pesawat-pesawat yang dimiliki India saat ini, juga Dassault Rafale.
Sumber : Artileri

Sistem THAAD Untuk AS Dan UEA

PENTAGON-(IDB) : Pentagon mengatakan pada Jumat kemarin bahwa telah menyelesaikan kontrak senilai AS$ 4 miliar dengan Lockheed Martin untuk memasok sistem pertahanan rudal ke Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab (UEA), Reuters melaporkan.

Kesepakatan kontrak tersebut adalah untuk penyediaan Terminal High Altitude Area Defence (THAAD), sistem pertahanan rudal buatan Lockheed Martin yang dirancang untuk mencegat rudal balistik di udara.


"Kontrak ini mencerminkan tumbuhnya kepercayaan dan permintaan (dunia) untuk sistem pertahanan rudal (THAAD/buatan Amerika Serikat)," kata Riki Ellison, pendiri Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal nir-laba.


Kesepakatan tersebut yang sebelumya dinegosiasikan selama beberapa tahun, akan menggabungkan pesanan untuk Amerika Serikat dan UEA, membuat Amerika berhemat sekitar 10 persen, kata Mat Joyce, manajer program THAAD Lockheed Martin. Namun tidak disebutkan berapa sistem THAAD yang akan diterima oleh AS dan UEA.


Amerika Serikat juga tengah dalam pembicaraan dengan Qatar untuk penjualan sistem pertahan rudal yang sama. Arab Saudi, Jepang dan Korea Selatan juga telah menyatakan minatnya untuk sistem THAAD, kata Joyce menambahkan.





Sumber : Artileri