Pages

Selasa, Agustus 13, 2013

SBY Seeks To Quell Melanesia Over Papua

PAPUA-(IDB) : President Susilo Bambang Yudhoyono has sought to quell growing support for Papuan self-determination among Indonesia’s Pacific island neighbors, on Monday seeking to demonstrate the area’s recent economic progress to visiting Solomon Islands Prime Minister Gordon Darcy Lilo.

Members of the intergovernmental Melanesian Spearhead Group have recently expressed sympathy for self-determination for the Indonesian provinces of Papua and West Papua, and some officials in Jakarta fear it could bolster wider international support for secession.

The MSG comprises Fiji, Papua New Guinea, Solomon Islands and Vanuatu as well as the Kanak and Socialist National Liberation Front (FLNKS) of New Caledonia, a special collectivity of France.

The West Papua National Coalition for Liberation, an umbrella group for organizations seeking West Papuan independence, applied in June for membership of the MSG during the group’s summit in Noumea, New Caledonia.

Only after intervention from Jakarta did the MSG delay its decision on the WPNCL application by six months.

“President Yudhoyono invited the Solomon Islands prime minister so they can discuss various bilateral issues, including Papua,” Teuku Faizasyah, a presidential spokesman for international issues, said after the meeting. “The president has explained to his guest that Indonesia has done many things to make Papua prosperous and that the development will continue.”

Faizasyah said officials from Melanesian countries had also visited Papua, and claimed all the officials had praised Indonesia’s development there.

“[The] Solomon Islands has never supported Papuan independence. They understand how serious Indonesia is in developing Papua and empowering the Papuans. On several occasions, they said they respected Indonesia’s territorial integration. The MSG also has a similar understanding of Indonesia’s serious efforts.”

Faizasyah said the visit would counter negative reports about Papua.

Indonesia’s military and police have been accused of gross human rights violations in Papua, including extra-judicial killings of pro-independence activists.

Several videos circulating online show police torturing Papuans while foreign media outlets have reported on efforts to spy on Papua activists and limit their freedom.

Jakarta has maintained a massive military presence in Papua and implemented a tight screening process for foreigners wishing to enter the provinces, raising suspicion about national government activities there.

Aleksius Jemadu, dean of Pelita Harapan University’s School of Social and Political Sciences, said the Indonesian government needs to boost relations with Melanesian countries if it is to prevent the push for independence gathering momentum.

“I think Indonesia has the economic leverage to persuade the Melanesian countries to support its territorial integrity,” he said. “Jakarta can convince the countries that Indonesia is a gateway to an Asian economic miracle and they can be part of the economic prosperity through Indonesia.”

The western portion of Papua was integrated into Indonesia following the 1969 so-called Act of Free Choice, but tensions have long persisted.

Faizasyah said Lilo’s visit “reflects the determination of the two nations to build their friendship based on the respect of their respective sovereignty.”
He added that dealings between the Solomon Islands and Indonesia had been productive over the past five years.

“Our trade relations even registered an average annual increase of 17.28 percent,” he said. “The Solomon Islands also works with Indonesia in the fields of energy, fishing, development, media and culture.”

Bilateral trade volume was at $15.9 million in 2012, with Indonesia posting a $9.1 million surplus.
Faizasyah said the two leaders also discussed economic cooperation and development programs for the Asia-Pacific and Southeast Asian regions.

Lilo is scheduled to remain in Indonesia until Wednesday.






Source : JakartaGlobe

Wadansatgas Indobatt Lakukan Sidak Ke Pos-Pos Penjagaan

banon-sub
LEBANON-(IDB) : Wakil Komandan Satuan Tugas (Wadansatgas) Indonesia Battalion (Indobatt) Kontingen Garuda (Konga) XXIII-G/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) Mayor Inf Pio L. Nainggolan mewakili Komandan Satgas (Dansatgas) Indobatt Letkol Inf Lucky Avianto, melaksanakan kunjungan ke pos-pos penjagaan di Lebanon, Minggu (11/8/2013).

Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan dorongan moril kepada personel Satgas Indobatt yang pada saat merayakan Lebaran berada di pos yang menjadi tanggung jawabnya, karena kesibukannya harus berpatroli dan berjaga di pos-pos pemantauan dan perbatasan.

banon-tengahKunjungan diantaranya diawali dari OP (Observation Post) dilanjutkan menuju Pos TP (Temporary Post) 37, B-78, TP-37, Panorama Point, XC-5  dan berakhir di Post M3 area Kompi Cheetah.
Pada setiap kesempatan kunjungannya ke pos-pos penjagaan, atas nama Dansatgas Indobatt Letkol Inf Lucky Avianto dan seluruh staf Satgas, Wadansatgas Indobatt Mayor Inf Pio L. Nainggolan menyampaikan ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin”.

Wadansatgas mengatakan bahwa dengan hikmah Idul Fitri tahun ini, dapat mendorong semangat dan moril anggota untuk meningkatkan profesionalitas dalam melaksanakan tugasnya demi mendukung tercapainya misi perdamaian PBB/UNIFIL di Lebanon, dan berharap agar momentum Idul Fitri tidak dijadikan kesedihan karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga. 

banon-tengah-2

“Hari yang baik ini, mari kita jadikan semangat baru dalam berbuat yang terbaik untuk nama baik bangsa dan keluarga tercinta”, ujarnya.





Sumber : Poskota

KRI Dewaruci Keliling Benua Australia, Ikuti International Tall Ship Race 2013

SURABAYA-(IDB) : Kapal Latih TNI Angkatan Laut jenis Barquentine (kapal layar tiang tinggi) yaitu KRI Dewaruci dari jajaran Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Selasa, (13/8) dari dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, kembali akan melaksanakan pelayaran muhibah ke luar negeri dengan membawa 98 orang Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat-III angkatan ke-60 yang melaksanakan latihan dan praktek (lattek) pelayaran astronomi Kartika Jala Krida (KJK) mengelilingi benua Kangguru, yaitu Australia. KRI Derwaruci dilepas langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, pejabat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Kemenparekraf RI), pejabat TNI AL, serta keluarga prajurit KRI Dewaruci.

Dalam acara pelepasan tersebut, juga diselenggarakan kegiatan penandatanganan naskah Perjanjian Kesepakatan Bersama (PKB) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara TNI AL dengan Kemenparekraf RI dalam rangka untuk menggalakkan kegiatan promosi wisata dalam negeri ke mancanegara. Dalam penandatanganan naskah perjanjian yang dilakukan di atas KRI Dewaruci tersebut dari pihak TNI AL diwakili Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio sedangkan dari pihak Kemenparekraf RI diwakili oleh Wamenparekraf Sapta Nirwandar.

Pelayaran KRI Dewaruci akan berlangsung lebih kurang 60 hari yaitu dari tanggal 13 Agustus sampai dengan 10 Oktober 2013, dan akan menempuh rute:  Surabaya,  Kupang, Darwin, Perth, Melbourne, Hobart, Sydney, Auckland (Selandia Baru), Brisbane,Cairns, Darwin, dan kembali ke Surabaya. Dan khusus saat di Sydney, Satgas KJK ini akan dilibatkan secara aktif dalam lomba pelayaran International Ship Race dan Tall Ship Race 2013. Selain itu KRI Dewa Ruci juga akan menghadiri undangan dari Australian Sail Training Association untuk mengikuti Australian Navy’s Fleet Review, sebuah ikon Internasional bergengsi yang akan dihadiri oleh banyak negara, yang akan membangun image dunia bahwa TNI Angkatan Laut layak World Class Navy.

Dalam pelayaran kali ini, KRI Dewaruci diawaki 82 prajurit ditambah 6 personel pendukung dari intelijen, penerangan, kesehatan dan Komando Pasukan Katak,serta 10 personel pendamping Taruna AAL. Selama singgah di kota-kota di Australia dan Selandia Baru tersebut, seluruh pesonel dan Taruna AAL akan melaksanakan kunjungan kehormatan ke pejabat setempat serta sekaligus mengadakan promosi wisata dan budaya nasional Indonesia terhadap masyarakat setempat yang disinggahi.Kehadiran KRI Dewaruci yang telah berusia 60 tahun dan telah bergabung dalam jajaran kapal TNI Angkatan Laut sejak 1 Oktober 1953, adalah sangat ditunggu-tunggu karena  kapal latih ini sangat populer di luar negeri, bahkan di sejumlah negara Eropa, KRI Dewaruci memiliki banyak penggemar setia yang selalu mengunjunginya setiap bersandar.

Pelayaran ini dimaksudkan pula untuk membentuk karakter prajurit matra laut dan mental kejuangan para Taruna  AAL sebagai calon perwira TNI Angkatan Laut yang bermoral, disiplin, profesional dan bertanggung jawab, serta untuk mempraktekkan semua pelajaran yang telah didapatkan di kampus dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan yakni di laut sebagai medan juang prajurit matra laut, sekaligus mampu menjadi duta negara dalam menjalankan peran diplomasi guna menambah wawasan tentang pergaulan internasional, serta kondisi sosial masyarakat tempat yang disinggahi.

Satgas KJK ini dipimpin oleh Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Anung Sutanto, yang merupakan alumni AAL angkatan ke-41 lulusan tahun 1995. Letkol Laut (P) Anung Sutanto merupakan pejabat ke-34 yang menduduki jabatan Komandan KRI Dewaruci. Sedangkan Satgas pengasuh Taruna AAL angkatan ke-60 dipimpin oleh Mayor Laut (P) Agus Praptopo,S.T. yang akan melaksanakan tugasnya melakukan pengasuhan, pembelajaran, pelatihan,  dan bimbingan.


Turut hadir untuk melepas pelayaran KRI Dewaruci antara lain:Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum., Gubernur AAL Laksamana Muda TNI I.N.G.N. Ary Atmaja, S.E, para pejabat Mabesal, dan para keluarga anak buah kapal (ABK) KRI Dewaruci. 
Sumber : Koarmatim

India Luncurkan Kapal Induk INS Vikrant

India Luncurkan Kapal Induk Buatan dalam Negeri, INS Vikrant (photo: CNN.com)
India Luncurkan Kapal Induk Buatan dalam Negeri, INS Vikrant

NEW DELHI-(IDB) : Setelah mengumumkan siap menguji coba kapal selam berbahan bakar nuklir pertamanya di laut terbuka, India meluncurkan kapal induk pertama buatan dalam negeri, Senin (12/8). Peluncuran kapal induk seharga Rp 50 triliun ini, menjadi peristiwa besar sekaligus unjuk eksistensi India di tengah pengaruh Cina di kawasan yang kian menguat.


Kapal Induk INS Vikrant dengan bobot 40.000 ton, menjalani uji coba intensif hingga 2016 sebelum resmi dimasukkan ke armada Angkatan Laut India pada 2018. Saat INS Vikrant beroperasi penuh tahun 2018, India akan menjadi negara kelima yang telah merancang dan membangun kapal induk sendiri, bergabung dengan klub elite meliputi: Inggris, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat.


INS Vikrant nantinya akan memiliki panjang 260 meter dan lebar 60 meter. Proses pembuatan kapal mulai dari desain hingga penyelesaian tahap akhir, dikerjakan di dalam negeri dengan bahan besi kualitas tinggi yang diproduksi perusahaan milik negara. Peluncuran hari Senin menandai selesainya tahap pertama pembuatan INS Vikrant. Kapal ini akan kembali masuk galalangan untuk menjadi proses penyelesaian.


“Ini sebuah tonggak sejarah yang luar biasa,” kata Menteri Pertahanan India AK Antony saat berdiri di depan lambung raksasa INS Vikrant pada upacara di kota Kochi di India Selatan. “Ini hanya menandai langkah pertama dalam perjalanan panjang, tetapi pada saat yang sama ini merupakan langkah penting.”


INS Vikrant akan dilengkapi persenjataan dan mesin dan kemudian diuji selama empat tahun ke depan. Hal ini merupakan kemajuan besar bagi sebuah negara yang bersaing untuk merebut pengaruh di Asia, kata para analis. “Kapal Induk INS Vikrant akan dikerahkan ke wilayah Samudra Hindia di mana kepentingan komersial dan ekonomi dunia menyatu. Kemampuan India sangat mirip dengan China,” kata Rahul Bedi, ahli pertahanan untuk IHS Jane’s Defence Weekly, kepada kantor berita AFP.

Konsep Kapal Induk INS Vikrant India
Konsep Kapal Induk INS Vikrant India

Penuh Perjuangan
 
Sebelumnya pada Sabtu lalu, India juga mengumumkan, Kapal Selam Nuklir pertama buatan dalam negeri sudah siap untuk uji coba. Perdana Menteri India Manmohan Singh menyebut hal itu sebagai “langkah raksasa” bagi bangsa India. New Delhi menghabiskan puluhan miliar dollar untuk meningkatkan perangkat keras militer yang umumnya buatan era-Soviet.


Keberhasilan India dalam pengembangan rudal jarak jauh dan program angkatan laut, dipacu oleh sejumlah kegagalan dalam mengembangkan pesawat dan persenjataan berbasis darat lainnya. Kegagalan itu menelan biaya yang mahal dan membuat India sangat tergantung pada impor. INS Vikrant terlambat dua tahun dari jadwal setelah sejumlah masalah terkait sumber baja khusus dari Rusia, penundaan sejumlah peralatan penting, bahkan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan generator diesel penting rusak. Kini berbagai kegagalan itu ditebus dengan meluncurnya Kapal Induk INS Vikrant dan Kapal Selam Nuklir India.


“INS Vikrant memiliki peran utamanya mempertahankan armada angkatan laut kami dan itu tidak digunakan untuk serangan darat,” kata pensiunan Laksamana Muda K Raja Menon kepada AFP. “Ini sebuah kapal induk pertahanan sehingga kapal itu akan menyerang platform yang datang menyerang armada angkatan laut kami. Tanpa pertahanan udara, armada kami tidak bisa bertahan hidup,” kata Menon.


INS Vikrant yang berarti “berani” dalam bahasa Hindi, mampu mengangkut sekitar 30 pesawat tempur, dilengkapi dua landasan take off STOBAR (Short Take-Off But Arrested Recovery) konfigurasi ski-jump, serta satu fasilitas landing (landing strip) dengan tiga kabel penahan laju pesawat. Deck kapal didisain untuk mengakut sebagian besar (20 unit) Mig-29K atau HAL Tejas Mark 2 (naval variant), serta 10 helikopter Kamov Ka-31 atau Westland Sea King. Helikopter Ka-31 akan membawa peralatan airborne early warning (AEW) role dan Sea King menyiapkan kemampuan anti-submarine warfare (ASW).


Kapal Induk ini digerakkan oleh 4 mesin General Electric LM2500 ditambah 2 shaft gas turbines, untuk menghasilkan tenaga 80MW yang bisa mendatangkan kecepatan 30 knot untuk INS Vikrant.

India telah memiliki sebuah kapal induk buatan Inggris berusia 60 tahun yang diperoleh pada tahun 1987 dan berganti nama menjadi INS Viraat. Namun, kapal itu akan dihapus dalam beberapa tahun mendatang. Sekutu India, yaitu Rusia, juga berencana akan menyerahkan kapal induk ketiga, INS Vikramaditya, akhir tahun ini setelah perselisihan sengit menyangkut kenaikan biaya dan beberapa kali penundaan pengiriman untuk kapal perang era Soviet yang telah diperbarui itu.

Menyangkut persaingan India dengan China, sejumlah pengamat menilai, secara keseluruhan, India masih tertinggal jauh di belakang China dalam kemampuan pertahanan. China telah memenangi persaingan regional dalam lomba mengembangkan kapal induk yang diproduksi di dalam negeri. Kapal induk pertama China, Liaoning, yang dulu dibeli dari Ukraina, mulai beroperasi pada September lalu. Beijing dilaporkan sedang berencana untuk membangun atau membuat sebuah kapal yang lebih besar lagi di masa depan. Majalah Jane menyatakan mereka telah melihat sejumlah bukti China akan membangun kapal induk pertamanya di fasilitas pembuatan kapal di dekat Shanghai.






Sumber : JKGR