Pages

Sabtu, Agustus 10, 2013

CV-90120T, The New Era Of A MBT

ARC-(IDB) : Sebagai bukti bahwa CV9040 memang dikembangkan dengan sasis yang modular dan dapat disesuaikan dengan segala kebutuhan adalah ketika ranpur yang satu ini bersalin rupa sebagai sebuah tank. 

Tank? Ya, Bae Land Systems dan Hagglunds memang memiliki niatan untuk menambah keluarga varian CV9040 dengan varian yang dilengkapi meriam. Bukan sembarang meriam tentunya, karena varian tank yang akhirnya diberi kode CV90120-T ini dilengkapi dengan meriam 120mm L/50 SCTG (Smoothbore Compact Tank Gun) yang distabilisasi pada 3 sumbu, dengan kaliber 120mm. Munisinya serupa dengan yang digunakan MBT Leopard 2, termasuk didalamnya M43 dan M53 APFSDS, sehingga CV-90120 mampu beradu dan menjagal MBT lawan.

Pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah, kenapa? Eropa Barat terkenal dihuni oleh spesies MBT legendaris seperti Challenger 2, Leopard 2, Leclerc, dan turunan-turunannya. Apakah masih ada pasar untuk ranpur dengan meriam tank? Menurut BAe, jawabannya adalah ada. MBT Eropa Barat saat ini merupakan desain dekade 1980-an dan peninggalan masa Perang Dingin. Dengan profil yang besar, kebutuhan logistik untuk mendukung MBT juga sangat besar. 

Bagi Negara yang tidak kuat, memelihara MBT sangatlah mahal. Bahkan Negara seperti Belanda dan Jerman pun mulai menjual Leopard 2 mereka dengan harga diskon. Faktor kedua juga terkait dengan kemampuan proyeksi kekuatan. Negara-negara Eropa Barat tidak punya armada angkut strategis untuk mengirim MBT yang mereka miliki ke hotspot yang menuntut keterlibatan NATO di seluruh dunia. A400M yang akan menjadi pesawat angkut taktis masa depan Eropa juga hanya bisa membawa 1 MBT di perutnya untuk penerbangan jauh. Dengan melihat pada kedua fakta tersebut, BAe akhirnya meneruskan proyek CV90120-T.

Purwarupa pertama CV90120-T selesai pada 1998, dengan sasis yang memanfaatkan CV9040 dengan perkuatan pada suspensi dan modifikasi pada cincin kubah. CV90120-T menggunakan suspensi torsion bar yang jamak ditemui sebagai suspensi MBT, dengan tujuh road wheels pada setiap sisinya. Sistem penggerak rantai yang digunakan CV9040 memang memadai untuk diadopsi sebagai tank, karena distribusi beratnya yang baik dan profilnya yang lebih rendah dibandingkan dengan ranpur berpenggerak roda. 

Peredam kejut disediakan pada roda 1, 2, dan 7 sehingga CV90120-T nyaman dikendarai di medan cross-country. Varian yang satu ini ditenagai oleh mesin diesel Scania V-8 4 langkah yang memiliki daya 670hp @ 2.200rpm, memberikan rasio power/weight sebesar 25,76hp/ton, tergolong tinggi untuk memberikan keleluasaan manuver bagi CV90120-T. Mesin ini dipadankan dengan sistem transmisi otomatis Perkins/Allison X-300 dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. 

Sistem pemasangan mesin yang ditaruh didepan juga diyakini memberikan proteksi tambahan terhadap serangan dari arah frontal. Besarnya daya yang dimiliki ini juga tampak  Karena diproyeksikan untuk menghadapi lawan sekelas MBT, proteksi pada CV-90120-T mendapatkan perkuatan pada glacis dengan memanfaatkan passive armour komposit MEXAS (Modular Expendable Armour System) buatan IBD-Deisenroth Engineering.


Pada 2010 lapisan kompositnya beralih ke AMAP (Advanced Modular Armour Protection). Komposisi AMAP didasarkan pada material keramik dan titanium berkepadatan sangat tinggi yang disebut perusahaan sebagai nano-ceramic. Bobot keramik nano ini saat dikonfigurasikan menurut standar proteksi NATO STANAG 4569 Level 3 atau 4 (menahan impak kaliber 14,5mm atau 20mm FSP) lebih ringan 40%, dengan kepadatan bobot 32kg/m2, dibandingkan dengan bobot armour komposit standar yang bisa memiliki densitas 60kg/m2. Saat dipadukan dengan kulit asli dari CV90120-T, diperkirakan gabungan keduanya mampu menahan impak munisi 30mm AP yang jamak digunakan ranpur masa kini. Untuk meningkatkan proteksinya terhadap rudal antitank, CV90120-T dapat dipasangi AMAP-ADS (Active Defense Systems) berbasis sistem hardkill yang mampu menembak jatuh rudal berpemandu sebelum menyentuh kulit CV90120-T. IBD Deisenroth sebagai pengembang AMAP-ADS bahkan mengklaim bahwa sistemnya memiliki waktu respon paling cepat dibanding sistem sejenis yang dikembangkan saingan seperti Arena atau Trophy. Lapisan AMAP yang total berjumlah 26 modul pada CV90120 dapat ditemui sebagai pelindung skirt, kiri-kanan dan bagian glacis pada hull. Firma Akers Krutbruk yang berbasis di Sewdia bertanggungjawab mendesain bentuk AMAP yang dipasang ke CV90120. Selain perlindungan aktif dan pasif, CV90120-T didesain dengan sistem pendinginan water mist, dimana uap air disemprotkan ke sekujur tubuh tank melalui selang bertekanan tinggi yang melingkari hull untuk mendinginkan area-area yang panasnya berlebih, seperti kompartemen mesin yang bertujuan untuk menurunkan heat signature yang dikeluarkan kendaraan saat diintip dari optik berkemampuan termal.

Sistem kubah pada CV90120-T memiliki konfigurasi tiga awak, dengan komandan di kanan, penembak didepannya, dan pengisi peluru di sisi kiri. Keputusan mempertahankan pengisi peluru dalam ranpur bermeriam merupakan keputusan berani, karena umumnya ranpur yang ditambahi meriam menggunakan sistem autoloader untuk menghemat bobotnya. Seperti telah disebutkan diatas, CV90120-T menggunakan meriam 120mm L/50 smoothbore, dimana selain fitur thermal sleeve dan fume extractor yang sudah jadi standar, ditambahi dengan muzzle brake berbentuk pepper pots atau model lubang-lubang kecil untuk membantu meredam gaya tolak balik. Breechnya juga membuka secara vertikal sehingga semakin menghemat tempat. Untuk mempercepat pengisian peluru, penembak dibantu oleh sistem rel load assist device buatan BAe Land Systems Sweden-Hagglunds. Dengan alat bantu mekanikal ini, kecepatan tembak untuk meriam L/50 bisa mencapai 12-14 peluru per menit, terhitung sangat tinggi untuk ukuran MBT. Untuk munisi, selain diuji kompatibel dengan munisi buatan Rheinmetall, L/50 juga cocok dipasangkan dengan munisi NAMMO HE-T yang digunakan oleh MBT Strv-122 (Leopard 2A5 buatan Swedia). Sistem penyimpanan munisinya juga dibuat dengan sangat cermat dengan mempertimbangkan ruang yang tersedia. 12 peluru disimpan dibelakang kubah (bustle) dengan sistem magasen semiotomatis yang mendorong peluru ke titik pengambilan. 33 peluru lainnya disimpan di bagian belakang hull yang mudah diresuplai dari pintu belakang. Sebagai komplemen dari meriam utama, CV90120-T menggunakan senapan mesin berat M2HB sebagai senapan mesin koaksial.


Sistem kubah CV90120 menggunakan sistem elektrik yang aman dari kebakaran saat terhantam oleh tembakan lawan. Meriamnya yang bisa digerakkan pada elevasi yang sangat luas, dari -8 sampai 22o distabilisasi penuh dengan sistem kendali penembakan UTASS (Universal Tank and Anti-Aircraft System) buatan SaabTech. Kendali penembakan disediakan baik untuk penembak maupun untuk komandan. UTASS dilengkapi dengan day/ thermal channel dan laser rangefinder, yang dapat diubah-ubah arahnya dengan elevasi -10 sampai +25o, dan dapat berputar 18o ke kiri ataupun kekanan dengan fitur silent watch. Sayangnya, UTASS hanya disediakan untuk penembak saja. Sementara untuk komandan disediakan sistem Thales Optronics Day/Night Gun Sight (DNGS) stabilized sighting systems dengan pembesaran 1,5x, 6x, sampai 24x. Sistem UTASS dapat dislave ke DNGS sehingga apa yang dilihat penembak dapat diamati oleh komandan. Kubah komandan dapat diputar 110o ke kiri dan ke kanan. Sebagai sistem opsional, SaabTech Vetronics menyediakan sistem PLSS (Panoramic Low Signature Sight) berbentuk bola yang distabilisasi dan terpasang di atab kubah. PLSS sendiri dapat dipasangi berbagai macam sensor seperti kamera, sistem FLIR, atau rangefinder tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan calon pembeli. Kendali PLSS diserahkan kepada komandan dan pengisi peluru. Dengan keberadaan DNGS dan PLSS yang sebenarnya memiliki fungsi sama, BAe ingin menciptakan situational awareness maksimal untuk awak CV90120-T. Saat komandan menggunakan DNGS misalnya, pengisi peluru dapat menggunakan PLSS sehingga fungsi hunter-killer dapat dimaksimalkan. Semakin banyak orang yang mengobservasi, kemungkinan lawan terdeteksi tentunya juga semakin besar.Setiap stasiun kru, baik itu penembak, komandan, maupun pengisi peluru dilengkapi dengan display independen yang menyalurkan imej yang ditangkap oleh sensor masing-masing dalam layar warna.

Mengetahui bahwa perkembangan teknologi computer dan microchip akan berjalan dalam tempo puluhan kali lipat lebih cepat dibandingkan era 1980an dan 1990an, BAe mendesain arsitektur elektronik pada CV90120-T dengan sistem modular yang terdiri dari BIT (Built in Test), DAS (Defensive Aid Suite), dan termasuk didalamnya display video yang ada di masing-masing kompartemen awak. BIT dilengkapi dengan modul simulator CBT (Computer Based Trainer) sehingga awak CV90120-T dapat memanfaatkannya untuk berlatih secara virtual. Karena BIT dirancang sebagai sistem yang tumbuh, maka opsi di masa depan seperti integrasi sistem kontrol manajemen pertempuran yang sesuai dengan common standard dapat diintegrasikan kedalam CV90120-T tanpa perlu upaya ekstra. 


Sementara DAS berisi modul sensor yang berisi sistem peringatan terhadap 3 jenis ancaman, yaitu iluminasi radar, laser, dan elektro optik. Pada CV90120-T, modul DAS standar yang terpasang di setiap sudut kubah terdiri dari Thales Optronics LD-2 laser warning system yang dapat membaca arah datangnya laser dan juga tipenya, yang dapat membedakan antara laser rangefinder ataupun laser designator. Dibawah LD-2 masih terpasang lagi Grintek Avitronics Missile Approach Warner (MAW) yang bisa mengidentifikasi saat ada sekuensial peluncuran rudal di medan disekitar tank berada. Terakhir, ada sensor top attack yang dapat mendeteksi datangnya serangan dari arah atas seperti bomblet dari artileri atau rudal yang memiliki kemampuan top attack seperti Javelin. DAS juga dapat diintegrasikan dengan sistem pertahanan aktif seperti ADS sehingga upaya deteksi dapat diikuti dengan langkah penangkalan., baik secara manual (penangkalan dapat dipilih oleh awak) atau otomatis (diambil alih oleh ADS). Sementara sistem pertahanan konvensional lainnya termasuk MSA (Multi Spectral Aerosol) berupa 12 pelontar granat asap yang ada di sisi belakang kubah. MSA dapat dioperasikan secara otomatis di bawah kendali DAS setiap kali terdeteksi adanya ancaman.

Verdict

 
Dengan begitu banyaknya pesaing di pasaran dunia, memasarkan CV90120-T tentu bukan merupakan hal yang mudah. Bae harus berupaya ekstra keras, apalagi negara-negara tradisional pengguna MBT seperti Jerman dan Belanda mulai menjual stok MBT Leopard 2 mereka dengan harga diskon. Negara seperti Rusia juga tak bisa dipandang sebelah mata, mengingat mereka begitu agresif dalam memasarkan MBT mereka, belum lagi negara Eropa Timur yang getol memasarkan produk upgrade dari MBT tua seperti generasi T-55 dan T-62. 


Memasarkan tank ringan yang berteknologi canggih tentu bukanlah hal yang mudah, mengingat banderol harganya pasti juga mahal. Banyak negara juga akan berpikir, dengan harga yang sama, mereka mendapat proteksi dari sebuah MBT, yang tentu tak akan bisa dicapai CV90120-T dengan segala sistem proteksinya. Salah satu pasar yang potensial digarap sesungguhnya adalah negeri-negeri beriklim tropis, mengingat dalam medan yang gembur, mobilitas yang ditawarkan CV90120-T tak tertandingi oleh MBT. Kesuksesan Thailand dalam menggelar armada tank ringan Commando Stingray membuktikan bahwa tank ringan masih memiliki tempat dalam arsenal negara-negara di dunia.

IBD Deisenroth ADS

 
Sistem perlindungan aktif berbasis sistem hardkill memang pertama kali dikembangkan oleh Uni Soviet yang memasangnya pada MBT T-64. Eropa sendiri berupaya mengejar ketertinggalannya, dan mulai akhir 1990an beberapa sistem seperti CLARA yang dikembangkan Dinamit Nobel mulai muncul ke permukaan. IBD Deisenroth sendiri mengembangkan ADS (Active Defense Systems) yang lahir sebagai bungsu dari keluarga besar AMAP. 


Dibanding sistem lain, Deisenroth mengedepankan fitur sensor deteksi yang digadang-gadang mampu bereaksi secara instan, saat rudal atau roket yang ditembakkan lawan berada pada jarak 30 meter dari kendaraan. Sekuensial pencegatannya adalah Deteksi-pengenalan sasaran-klasifikasi sasaran-penjejakan-identifikasi pasti-keputusan tembak-reaksi penembakan/hardkill. Deisenroth merancang bahwa sekuensial aksi tersebut dapat berlangsung kurang dari satu milidetik, dengan sasaran dihancurkan pada jarak 2 meter dari kulit kendaraan. IBD Deisenroth sendiri merahasiakan material yang mereka gunakan untuk menjatuhkan sasaran, dengan mengatakan bahwa sistem penghancuran ADS memanfaatkan gelombang energy yang difokuskan. 

Mungkin terdengar mengerikan bagi awaknya yang membayangkan “kena-tidak-kena…” sampai detik-detik terakhir, namun penghancuran pada jarak 2 meter akan mengurangi collateral damage, terutama pada operasi gabungan infantri mekanis dimana ada kemungkinan pasukan kawan yang terkena apabila penghancuran dilakukan pada jarak, katakanlah, diatas 5 meter. 

Sebagai konsekuensinya, kulit kendaraan pasti menerima impak pecahan dari rudal atau roket yang dihancurkan, sehingga mau tidak mau pembeli ADS juga harus memasang AMAP sebagai pelindung terluar kulit kendaraannya. Bobot ADS yang hanya 140 kg (sistem dasar) membuatnya mampu menjadi solusi perlindungan bagi kendaraan sekelas ranpur. Sensornya yang dipasang dengan bidang deteksi yang saling tumpang tindih antara satu sensor dengan sensor lainnya memampukan ADS untuk menghadapi dua atau lebih rudal dari arah yang berbeda. Sistem ADS sendiri diadopsi sebagai AAC untuk CV90120-T dan SHARK yang dikembangkan bareng Thales. 
    
SPEK CV-90120
 

Kru            : 4
Bobot tempur : 26-27,7 ton (tergantung modul proteksi terpasang)
Power/weight  : 25,76 hp/ ton
Ground pressure    : 0,55-0,66 kg/cm3
Panjang          : 8,95m;6,45m (hull)
Lebar              : 3,19m
Tinggi              : 2,80m
Ground clearance    : 450mm
Lebar tapak rantai    : 533mm
Panjang tapak rantai    : 3,980m
Kecepatan maks.    : 70 km/ jam
Jarak tempuh        : 550km (jalan raya), 450km (cross-country)
Kapasitas bahan bakar    : 1200 liter + 400 liter (opsional tangki eksternal)
Tanjakan        : 60o
Kemiringan        : 40o
Halangan vertikal    : 0,85m
Lintas parit        : 2,4m
Mesin            : Scania V-84 4 langkah, mengeluarkan daya 670hp @2.200rpm
Transmisi        : Perkins Engines Company/Allison X-300 dengan 4 gigi maju dan 2 mundur
Suspensi        : torsion bar
Persenjataan        : 1x120mm L/50 smoothbore gun; 1x12,7mm M2HB; 1x7,62mm M240
Elevasi meriam        : +22/-8o
Sistem kelistrikan    : 24V     






Sumber : ARC

PT. DI Sangat Terbantu Dengan Fasilitas Kredit Eksport Dari IDB

CN-235 Pesanan Senegal
BANDUNG-(IDB) : Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan berhasil melobi Islamic Development Bank (IDB) untuk menyediakan fasilitas pinjaman US$ 3,3 miliar atau setara Rp 30 triliun untuk BUMN produsen pesawat yakni PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Fasilitas kredit ekspor ini diberikan selama 3 tahun untuk membantu calon pembeli yang akan membeli pesawat kepada PTDI.

"Saya kaget, ini pernah dibicarakan tahun lalu, tapi Pak Dahlan malah datang ke situ (ke Mekkah bertemu presiden IDB)," ucap Direktur Utama PTDI Budi Santoso, Sabtu (10/8/2013).

Diakui Budi, fasilitas kredit ekspor ini sangat membantu calon pembeli pesawat PTDI yang tidak memiliki anggaran. Menurut Budi, IDB akan memberi atau memfasilitasi pinjaman kepada negara-negara yang akan membeli pesawat dari PTDI.

"Ada beberapa negara seperti Bangladesh terutama negara Islam, mereka minta kredit ekspor karena negara nggak punya tunai. TNI juga pakai kredit kalau beli pesawat. IDB menilai untuk bisa maju perlu beli pesawat tapi mereka nggak punya uang," jelasnya.

Sebelumnya, saat melakukan kunjungan kerja dan umroh ke Makkah, Arab Saudi. Dahlan meluangkan waktu bertemu langsung dengan Presiden IDB, Dr Ahmed Mohammed Ali dan pimpinan IDB divisi Asia Selatan dan Tenggara Dr. Ahmed Saleh Hariri di Clock Tower depan Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.

Dari hasil pertemuan itu, PTDI memperoleh fasilitas kredit ekspor senilai Rp 30 triliun. Dahlan juga bertemu dengan pimpinan perusahaan kontruksi Bin Laden Group.






Sumber : Detik

"PK" Tanda Registrasi Pesawat Indonesia

NG-(IDB) : Berdasarkan Konvensi Chicago 1944, setiap pesawat udara yang melakukan penerbangan harus menunjukkan tanda pendaftaran dan kebangsaan. Tanda tersebut diberikan oleh negara di mana pesawat tersebut didaftarkan.


Tanda pendaftaran atau registrasi dan kebangsaan Indonesia terdiri dari lima huruf, yakni dua huruf "PK" (tanda kebangsaan Indonesia) dan tiga huruf selanjutnya, contohnya "GEF" (tanda pendaftaran).


Antara tanda kebangsaan dan pendaftaran dipisahkan dengan tanda penghubung, misalnya PK-GEF (Garuda/Indonesia), 9M-AFA (AirAsia/Malaysia), PH-KZH (KLM/Belanda), A6-EBF (Emirates/Uni Emirat Arab).


Singkatan dari "PK" adalah Pay Kolonie (bahasa Prancis, dieja pei koloni) atau negara jajahan (Belanda). Kenapa tidak pakai dua huruf "RI" (Republik Indonesia)? Tanda huruf tersebut pada masa silam sudah lebih dulu diberikan pada Rusia, yang kemudian pada era Uni Soviet, semua yang berbau Barat dibuang.


Tanda tersebut diganti dengan huruf Cyrillic Rusia "CCCP" atau huruf latinnya "SSSR". Setelah Union of Soviet Socialist Republics (USSSR) kolaps, tanda kebangsaan Rusia sekarang berhuruf "RA".


Tidak semua tanda kebangsaan yang diterbitkan oleh badan PBB International Civil Aviation Organisation (ICAO) tersebut dengan dua huruf, seperti F-WWOW (F dari Prancis) dan empat huruf berikutnya adalah tanda pendaftaran yang melekat pada bagian belakang badan superjumbo A380 pabrik Airbus, D-ACRF (D diambil dari kata Deutschland/Jerman) dan empat huruf selanjutanya adalah tanda pendaftaran.

Selain itu, ada pula tanda kebangsaan tersebut diawali dengan angka dan huruf, contohnya 9V untuk Singapura, 9M untuk Malaysia, 9K untuk Kuwait, 9N untuk Nepal, 9G untuk Ghana, 4X untuk Israel, 2S untuk Bangladesh dan 7T untuk Aljazair.

Pesawat Kena Pajak Barang Mewah, Orang Malas Registrasi Di Indonesia

Pemerintah masih mengenakan pajak tinggi untuk pembelian pesawat dan helikopter. Untuk pembelian dari produsen di dalam dan luar negeri, setidaknya perusahaan atau masyarakat di Indonesia harus membayar Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) senilai 50% dari nilai barang.

Direktur PT Dirgatara Indonesia (PTDI) (Persero) Budi Santoso menjelaskan akibat dari pengenaan ini membuat kepemilikan pesawat dan helikopter dengan registrasi Indonesia sangat minim.

"Orang males dengan registrasi di Indonesia jadi pesawatnya didaftarkan di luar negeri kemudian disewa ke Indonesia karena nggak kena pajak," ucap Budi  pekan lalu.

Budi mencontohkan, ketika Badan SAR Nasional (Basarnas) membeli 2 helikopter ke PT DI senilai Rp 262,98 miliar. Basarnas pun wajib membayar pajak tambahan senilai Rp 130 miliar.

Menurutnya maskapai asal Indonesia lebih memilih menyewa pesawat atau helikopter karena terbebas dari pajak barang mewah. Sementara di luar negeri seperti Singapura kepemilikan helikopter dan pesawat sangat banyak karena di negara tetangga Indonesia itu membeli pesawat dan helikopter dianggap menjadi barang modal dan bukan barang mewah sehingga terbebas dari pajak barang mewah.

"Banyak pesawat kita leasing pesawat dari luar negeri. leasing nggak kena kita cuma sewa," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Indonesia Chatib Basri mengaku akan mempelajari pengenaan pajak tinggi terhadap pembelian pesawat dan helikopter dari produsen di dalam dan luar negeri.

"Nanti saya pelajari dulu, saya belum tahu mesti dilihat impact-nya dan efektifitasnya seperti apa," kata Chatib.

Hal senada juga disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ia akan mengecek aturan pengenaan pajak barang mewah hingga 50% untuk setiap pembelian helikopter dan pesawat. Diakuinya hal ini bisa berdampak terhadap kurang kompetitifnya produk pesawat PTDI.

"Saya akan cek aturan ini," terang Dahlan.