ANALISIS-(IDB) : Kepantasan pemerintahan SBY selama 5 tahun terakhir ini
yang patut dicatat sebagai nilai cum laude adalah memberikan baju pakaian
alutsista layak pakai kepada salah satu pilar penyangga NKRI, Tentara Nasional
Indonesia. Sebelum itu dan juga pemerintah
ORBA sebelumnya, perhatian untuk memakaikan pakaian perang yang layak tempur
kepada garda republik memang tetap diberikan. Namun semua itu belum mampu
menegakkan kegagahan dan kewibawaan tentara kita karena pakaian itu tidak layak
disandingkan dalam setiap “festival” alutsista yang ditandingkan.
Tentara sesungguhnya adalah bagian dari naluri
bernegara. Ketika negara ini
diproklamirkan 68 tahun yang lalu, tentara rakyat yang kemudian menjelma
menjadi tentara nasional adalah kekuatan beton bertulang yang mampu mengawal kibaran
merah putih di seluruh tanah air, meskipun
persenjataannya minim. Episode perang kemerdekaan sebagai konsekuansi
proklamasi 17 Agusttus 1945 berujung pada kelelahan pihak penjajah sampai
akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia akhir Desember 1949. Bukankah itu hasil perjuangan tentara dan
rakyat.
Jejeran Panser Anoa, 300 unit Anoa sudah digenggam TNI |
Spirit bertentara sesungguhnya ingin mengajak khalayak
untuk mengapresiasi ruang tugas yang diemban tentara kita. Kebanggaan bertentara diletakkan pada nilai
kesediaannya untruk kontrak mati, meletakkan jiwa raga pada pengabdian tugas
utama menjaga dan mewibawakan kedaulatan NKRI.
Oleh karena itu jangan sampai ada pemikiran untuk bersu’uzon pada
pengawal republik ini karena dinamika kawasan selama ini tidak memberikan
kesempatan untuk terjadinya perang antar negara. Jelasnya karena tidak ada
perang tidak ada yang dikerjakan. Justru semua orang di dunia ini tidak
menginginkan terjadinya perang karena akhirnya akan menyengsarakan nilai
eksistensi dan harkat manusia dan negara.
Tentara adalah bagian dari kebersamaan perjalananan semua
komponen bangsa untuk membangun dan mensejahterakan rakyat bangsa. Perjalanan menuju kesejahteraan bangsa ini termasuk
bagian dari partisipasi tentara yang selalu mengawal dan menjaganya pada apa
yang disebut kedaulatan dan harga diri bangsa. Nilai itu dalam ukuran persepsi dan perspektif
keperansertaan menuju kesejahteraan bangsa seakan tidak merupakan bagian dari
substansi. Namun banyak yang tidak
menyadari bahwa kehadiran peran
kesetiaan dan pengawal harga diri kedaulatan yang diemban TNI justru menjadi
faktor utama dalam mengiringi tahapan menuju kesejahteraan bangsa.
Natuna dan Ambalat salah satu contohnya. Kehadiran tentara disana berikut sejumlah
alutsistanya adalah upaya untuk
menegaskan bahwa teritori ini dengan sejuta kekayaan sumber daya alamnya adalah
bagian dari tubuh kami. Jangan coba ganggu
apalagi ambil kalau tidak ingin bertarung sampai mati. Ini bagian dari simbol menjaga harkat dan
martabat sembari tetap melangkah bersama menuju kesejahteraan bangsa. Sepintas seperti tidak memberikan nilai
kontribusi pada nilai kesejahteraan tetapi kehadiran tentara dengan alutsista
yang setara di border negara tentu memberikan nilai tawar bahkan gentar bagi
pihak manapun yang ingin menganggu teritori bangsa ini. Menjaga Natuna dan Ambalat adalah upaya
mengawal tingkat kesejahteraan itu.
Bukankah di dua kawasan itu tersimpan potensi energi fosil yang
berlimpah.
Kegagahan alutsista Marinir menuju medan latihan |
Untuk itu maka perkuatan alutsista TNI bukanlah sesuatu
yang mewah dan mengada-ada. Perkuatan
alutsista merupakan kebutuhan mutlak bagi tentara dan negara. Perkuatan ini
juga bagian dari upaya memoles nilai diri bangsa terutama terkait dengan posisi
diplomatik, posisi hubungan bertetangga dan posisi postur diri dalam
berinteraksi secara dinamis. Jadi tidak
semata-mata untuk perang. Kekuatan
tentara dan alutsista sebuah negara bangsa diyakini mampu meredam keinginan untuk berperang bagi
negara mana pun karena daya gentar dan gebraknya. Lihat saja kekuatan militer AS, siapa sih
yang berani mau ngajak perang sama Paman Sam.
Menyongsong peringatan hari kemerdekaan tahun ini,
selayaknya kita merenungkan eksistensi perjalanan bangsa ini yang sudah
mencapai usia 68 tahun. Peran serta tentara yang selalu setia menjaga harkat
dan martabat bangsa dalam dinamika kawasan maupun ambisi separatis dari
sekelompok gerakan bersenjata, sudah dibuktikan dan terbukti. Kesetiaan tentara
pada negara ini adalah memastikan langkah dan nilai perjalanan bangsa untuk
membangun dan mengembangkan rumah tangga Indonesia menuju cita-cita konstitusi
yang telah disepakati.
Maka ketika berbagai jenis alutsista mulai berdatangan
untuk sebuah kepantasan bagi pengawal republik, sepantasnya pula kita hendak
menyatakan bahwa ini bukan kedatangan pertama dan terakhir. Kita hendak menyampaikan suara mayoritas
rakyat yang diyakini bagian dari kecintaan kepada TNI bahwa modernisasi
persenjataan TNI harus terus berlanjut meskipun RI-1 berganti figur. Kedatangan berbagai jenis alutsista yang sudah
jauh hari dipesan bukanlah merupakan expense yang membebani negara tetapi
justru merupakan investasi dan asset yang mutlak diperlukan untuk mengawal
eksistensi bernegara.
Kepedulian RI-1 pada hulubalangnya, TNI |
Dinamika kawasan yang mudah tersulut, sikap paranoid AS
terhadap Cina karena hegemoninya tergerus, cara pandang Australia yang mendua
terhadap RI merupakan fakta tak terbantahkan. Tentu perjalanan bergelombang ini
mengharuskan RI waspada sembari tetap
menyebar senyum pertemanan. Salah satu
langkah kewaspadaan itu adalah memberikan kekuatan pakaian alutsista pada
hulubalangnya. Perkuatan alutsista ini
tidak sekedar mengejar ketertinggalan, tetapi lebih dari itu. Dalam dua tahapan
MEF berikutnya seiring dengan kekuatan daya beli dan PDB yang semakin
meningkat, perkuatan alutsista TNI adalah realisasi yang sudah di depan mata.
Sumber : Analisis