Pages

Rabu, Agustus 07, 2013

Mengembangkan Spirit Bertentara

ANALISIS-(IDB) : Kepantasan pemerintahan SBY selama 5 tahun terakhir ini yang patut dicatat sebagai nilai cum laude adalah memberikan baju pakaian alutsista layak pakai kepada salah satu pilar penyangga NKRI, Tentara Nasional Indonesia.  Sebelum itu dan juga pemerintah ORBA sebelumnya, perhatian untuk memakaikan pakaian perang yang layak tempur kepada garda republik memang tetap diberikan. Namun semua itu belum mampu menegakkan kegagahan dan kewibawaan tentara kita karena pakaian itu tidak layak disandingkan dalam setiap “festival” alutsista yang ditandingkan.

Tentara sesungguhnya adalah bagian dari naluri bernegara.  Ketika negara ini diproklamirkan 68 tahun yang lalu, tentara rakyat yang kemudian menjelma menjadi tentara nasional adalah kekuatan beton bertulang yang mampu mengawal kibaran merah putih  di seluruh tanah air, meskipun persenjataannya minim. Episode perang kemerdekaan sebagai konsekuansi proklamasi 17 Agusttus 1945 berujung pada kelelahan pihak penjajah sampai akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia akhir Desember 1949.  Bukankah itu hasil perjuangan tentara dan rakyat.
Jejeran Panser Anoa, 300 unit Anoa sudah digenggam TNI
Spirit bertentara sesungguhnya ingin mengajak khalayak untuk mengapresiasi ruang tugas yang diemban tentara kita.  Kebanggaan bertentara diletakkan pada nilai kesediaannya untruk kontrak mati, meletakkan jiwa raga pada pengabdian tugas utama menjaga dan mewibawakan kedaulatan NKRI.  Oleh karena itu jangan sampai ada pemikiran untuk bersu’uzon pada pengawal republik ini karena dinamika kawasan selama ini tidak memberikan kesempatan untuk terjadinya perang antar negara. Jelasnya karena tidak ada perang tidak ada yang dikerjakan. Justru semua orang di dunia ini tidak menginginkan terjadinya perang karena akhirnya akan menyengsarakan nilai eksistensi dan harkat manusia dan negara.

Tentara adalah bagian dari kebersamaan perjalananan semua komponen bangsa untuk membangun dan mensejahterakan rakyat bangsa.  Perjalanan menuju kesejahteraan bangsa ini termasuk bagian dari partisipasi tentara yang selalu mengawal dan menjaganya pada apa yang disebut kedaulatan dan harga diri bangsa.  Nilai itu dalam ukuran persepsi dan perspektif keperansertaan menuju kesejahteraan bangsa seakan tidak merupakan bagian dari substansi.  Namun banyak yang tidak menyadari bahwa  kehadiran peran kesetiaan dan pengawal harga diri kedaulatan yang diemban TNI justru menjadi faktor utama dalam mengiringi tahapan menuju kesejahteraan bangsa.

Natuna dan Ambalat salah satu contohnya.  Kehadiran tentara disana berikut sejumlah alutsistanya  adalah upaya untuk menegaskan bahwa teritori ini dengan sejuta kekayaan sumber daya alamnya adalah bagian dari tubuh kami.  Jangan coba ganggu apalagi ambil kalau tidak ingin bertarung sampai mati.  Ini bagian dari simbol menjaga harkat dan martabat sembari tetap melangkah bersama menuju kesejahteraan bangsa.  Sepintas seperti tidak memberikan nilai kontribusi pada nilai kesejahteraan tetapi kehadiran tentara dengan alutsista yang setara di border negara tentu memberikan nilai tawar bahkan gentar bagi pihak manapun yang ingin menganggu teritori bangsa ini.  Menjaga Natuna dan Ambalat adalah upaya mengawal tingkat kesejahteraan itu.  Bukankah di dua kawasan itu tersimpan potensi energi fosil yang berlimpah.
Kegagahan alutsista Marinir menuju medan latihan
Untuk itu maka perkuatan alutsista TNI bukanlah sesuatu yang mewah dan mengada-ada.  Perkuatan alutsista merupakan kebutuhan mutlak bagi tentara dan negara. Perkuatan ini juga bagian dari upaya memoles nilai diri bangsa terutama terkait dengan posisi diplomatik, posisi hubungan bertetangga dan posisi postur diri dalam berinteraksi secara dinamis.  Jadi tidak semata-mata untuk perang.  Kekuatan tentara dan alutsista sebuah negara bangsa diyakini  mampu meredam keinginan untuk berperang bagi negara mana pun karena daya gentar dan gebraknya.  Lihat saja kekuatan militer AS, siapa sih yang berani mau ngajak perang sama Paman Sam.
Menyongsong peringatan hari kemerdekaan tahun ini, selayaknya kita merenungkan eksistensi perjalanan bangsa ini yang sudah mencapai usia 68 tahun. Peran serta tentara yang selalu setia menjaga harkat dan martabat bangsa dalam dinamika kawasan maupun ambisi separatis dari sekelompok gerakan bersenjata, sudah dibuktikan dan terbukti. Kesetiaan tentara pada negara ini adalah memastikan langkah dan nilai perjalanan bangsa untuk membangun dan mengembangkan rumah tangga Indonesia menuju cita-cita konstitusi yang telah disepakati.

Maka ketika berbagai jenis alutsista mulai berdatangan untuk sebuah kepantasan bagi pengawal republik, sepantasnya pula kita hendak menyatakan bahwa ini bukan kedatangan pertama dan terakhir.  Kita hendak menyampaikan suara mayoritas rakyat yang diyakini bagian dari kecintaan kepada TNI bahwa modernisasi persenjataan TNI harus terus berlanjut meskipun RI-1 berganti figur.  Kedatangan berbagai jenis alutsista yang sudah jauh hari dipesan bukanlah merupakan expense yang membebani negara tetapi justru merupakan investasi dan asset yang mutlak diperlukan untuk mengawal eksistensi bernegara.
Kepedulian RI-1 pada hulubalangnya, TNI
Dinamika kawasan yang mudah tersulut, sikap paranoid AS terhadap Cina karena hegemoninya tergerus, cara pandang Australia yang mendua terhadap RI merupakan fakta tak terbantahkan. Tentu perjalanan bergelombang ini mengharuskan RI waspada  sembari tetap menyebar senyum pertemanan.  Salah satu langkah kewaspadaan itu adalah memberikan kekuatan pakaian alutsista pada hulubalangnya.  Perkuatan alutsista ini tidak sekedar mengejar ketertinggalan, tetapi lebih dari itu. Dalam dua tahapan MEF berikutnya seiring dengan kekuatan daya beli dan PDB yang semakin meningkat, perkuatan alutsista TNI adalah realisasi yang sudah di depan mata.
Sumber : Analisis

Sambut HUT RI Ke-68, KRI Sultan Hasanuddin-368 Kibarkan Merah Putih Di Karang Unarang

AMBALAT-(IDB) : Dalam kegiatan Operasi Tameng Hiu 2013 wilayah perbatasan di perairan Kalimantan Utara, KRI Sultan Hasanuddin-366 mendekat dan memeriksa keadaan Suar Karang Unarang, Senin (5/8/2013). Suar Karang Unarang adalah suar yang sangat vital keberadaannya karena sebagai tanda batas laut antara Indonesia dengan perairan Malaysia. Saat itu KRI Sultan Hasanuddin-366 berada pada radius 1000 yard dari suar.

Dari kejauhan, Suar Karang Unarang terlihat berdiri kokoh dengan benderanya yang berkibar. Mendekat ke suar, terlihat jelas bahwa kondisi bendera di puncak Suar Karang Unarang tidak lagi utuh, kencangnya hembusan angin dan cuaca laut yang ekstrim telah merobek bagian warna putih dan menyisakan bagian merahnya saja.

Kehadiran KRI Sultan Hasanuddin-366 menjadi momen tepat untuk mengibarkan kembali bendera merah putih di puncak Suar Karang Unarang. Melihat keadaan bendera merah putih seperti itu, Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366, Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto, melaporkan kondisi ini kepada Asintel Guspurla Armatim, Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katindiago yang onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366 yang saat itu sebagai kapal markas Guspurlatim. Kemudian Asintel Guspurla Armatim memerintahkan untuk menerjunkan satu tim prajurit dengan menggunakan sekoci untuk melaksanakan penggantian bendera merah putih di suar.

Didahului dengan penghormatan, bendera lama digantikan dengan bendera yang baru, Merah Putih kembali berkibar di puncak Suar Karang Unarang. Menyongsong peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-68 pada 17 Agustus 2013 mendatang, di puncak Suar Karang Unarang terus berkibar Bendera Merah Putih dengan pengawalan KRI Sultan Hasanuddin-366.




 Sumber : TNI AL

Berita Video : Indonesia Tingkatkan Kekuatan Militer

DARWIN-(IDB) : Bukan hanya Amerika Serikat dan China yang terus membangun kekuatan militernya di Asia Pasifik. Indonesia dan India juga semakin diperhitungkan sebagai kekuatan regional yang signifikan.


Dalam wawancara dengan Australia Network News pekan lalu, Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Australia semakin membaik.
Bahkan, kerjasama dalam penanganan pencari suaka juga menunjukkan peningkatan.

"Dalam periode Januari hingga Juli tahun ini, kami telah bekerja sama sebanyak 53 kali (dalam penanganan pencari suaka)," kata Menhan Purnomo.

Ia mengakui, masalah yang dihadapi Indonesia bukan hanya menolong pencari suaka tapi juga membantu rakyat Indonesia sendiri.

"Angkatan Laut kami sangat sibuk membantu (mengatasi masalah ini)," katanya.






Sumber : RadioAustralia

Segera, 2013 KCR-60 PT. PAL Perkuat TNI AL

Model Kapal Cepat Rudal 60 meter KCR 60 TNI AL
Model Kapal Cepat Rudal 60 meter KCR 60 TNI AL
JKGR-(IDB) : PT PAL optimis, kapal pertama KCR-60 bisa diluncurkan tahun 2013 sesuai target waktu yang ditetapkan. Pihak PT PAL belum bersedia menyebut jenis rudal yang akan diinstal pada Kapal Cepat Rudal 60 meter ini. Menurut salah satu pejabat PT PAL, peluru kendali untuk KCR 60, diupayakan produk dari Negara Barat/Eropa. Namun dia belum bisa memastikan.

Wah…terkejut juga mendengar kabar tersebut, karena yang terbayang selama ini, rudal yang dipasang di KCR60 adalah C-705 buatan China, karena Indonesia dan China terlibat kerjasama pengembangan rudal tersebut. Ketika saya tanya lagi, apa jenis rudal dan buatan negara mana, orang tersebut menghindar.”Masih penjajakan”, tuturnya.

Jika benar rudal Eropa yang dipasang di KCR tersebut, tentu Armada tempur TNI AL, akan semakin menakutkan dan gahar. Kapal kecil tapi memiliki rudal yang mematikan.

Pada tahap awal, TNI AL memesan 3 unit KCR-60 yang ditargetkan selesai seluruhnya pada tahun 2014.  Harga kapal Rp 500 miliar/unit. Jika produk PT PAL dianggap bagus, TNI AL akan memesan 13 KCR60 tambahan, sehingga jumlah totalnya 16 KCR-60.


Proyeksi KCR-60

Apa sebenarnya proyeksi TNI AL atas kapal cepat rudal 60 meter ini ?. TNI AL menargetkan KCR-60 akan dilengkapi  sistem persenjataan  anti surface warfare (ASUW), anti air warfare (AAW), electronic warfare (EW), naval gun fire support (NGFS), dan anti submarine warfare (ASW).

Indonesia sangat membutuhkan banyak kapal perang sekelas KCR 60 karena merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula. KCR 60 meter ditargetkan mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

KCR-60 Mesir
Kapal Cepat Rudal 60 meter Mesir mengusung RAM Launcher (tampak di belakang kapal) dan 8 rudal RGM-84L Boeing Harpoon SSM Block II.
The Egyptian FMC is armed with eight RGM-84L Boeing Harpoon SSM Block II missiles. It can also carry a 76mm Super Rapid Gun, MK49 Rolling Airframe Missiles and CIWS Block 1B. (Photo:Boeing)
The Egyptian FMC is armed with eight RGM-84L Boeing Harpoon SSM Block II missiles. It can also carry a 76mm Super Rapid Gun, MK49 Rolling Airframe Missiles and CIWS Block 1B.
Melihat proyeksi yang ditujukan kepada KCR-60 tersebut, saya jadi teringat dengan kapal sejenis milik Mesir yang juga memiliki panjang 60 meter, persisnya 63 meter. Fast Missile Craft (FMC) Mesir merupakan kapal perang berukuran kecil yang modern dan mematikan.

Dengan model yang “siluman” FMC Mesir ini memiliki radar cross section yang kecil sehingga bisa menghindari radar lawan. KCR Mesir juga dilengkapi infrared suppression devices atau infrared signature suppression (IRSS)  untuk mengurangi kerentanan kapal dari sasaran IR guided anti-ship missiles kapal lawan. Kapal itu juga memiliki  radiated noise untuk seluruh frekuensi komunikasinya.

FMC ini memiliki kecepatan  34 knots dan dapat dipacu hingga 41 knots dalam kondisi muatan ringan. Awak kapal 38-4o peronel dan mampu berlayar hingga 15 hari.

Senjata utama FMC ini adalah 8 rudal Harpoon Block II dan  dilengkapi Oto Melara Super Rapid gun 76.2 mm sebagai senjata anti kapal permukaan dan pertahanan udara. Untuk mengatasi ancaman jarak jauh ataupun cruise missile, FMC Mesir dilengkapi Rolling Airframe Missiles (RAM) Mk 49 serta CIWS (Close-In Weapon System) Phalanx Block 1B. Senjata lainnya adalah M60 machine guns sebanyak 2 unit.

Rolling Airframe Missile (RAM) Launcher (photo:Raytheon)
Rolling Airframe Missile (RAM) Launcher.


Rolling Airframe Missile (RAM) merupakan misil supersonic dengan bobot yang ringan bersifat fire and forget dan bereaksi secara cepat untuk menangkis serangan rudal jelajah anti-kapal maupun ancaman asimetris dari udara maupun kapal permukaan, termasuk helikopter serta ancaman udara lainnya dan ancaman kapal permukaan. 

Menurut Raytheon RAM ini sudah uji tembak sebanyak 300 kali dengan tingkat kesuksesan 95 persen. Salah satu ujicobanya adalah menangkis dua rudal jelajah yang datang sekaligus. Versi terbaru dari RAm ini adalah RIM 116 yang merupakan kerjasama AS dan Jerman.

Primary Function: Ship Self Defense. RAM Launcher Specifications
Above-Deck Weight: 11,432 lbs. (5,196 kg)
(Including Rounds)
Below-Deck Weight: 2,069 lbs (940 kg)
Working Circle: 129 in. / 3.28 m
Train: +380?
Elevation: ?25? to +80?
Missile Capacity: 21
Contractor: Raytheon.
Date Deployed: Mid-1993.
Propulsion: Solid-propellant rocket.
Length: 9.3 ft 2.82 m
Diameter: 5 inches (12.70 centimeters)
Wingspan: 17.5 in / 44.5 cm
Weight: 162 lbs. (73.5 kilograms)
Speed: Supersonic
Platforms:
Amphibious Assault Ships (LHA/LHD)
Landing Platform Dock Ships (LPD)
Carriers (CVN)
Dock Landing Ships (LSD)
Littoral Combat Ship (LCS)
Warhead: 7.9 lbs. (explosive weight).

Empat unit fast missile craft (FMC) Mesir dikerjakan oleh Perusahaan VT Halter Marine yang bermarkas di Pascagoule, Mississippi, Amerika Serikat. Perusahaan VT Halter Marine memang telah banyak membuat kapal perang untuk AS, terutama untuk U.S. Coast Guard, US Navy dan American Bureau of Shipping. Kapal kedua dan ketiga diserahkan tahun 2013 ini, sementara kapal keempat pada tahun 2014.


Akankah KCR 60 produk Indonesia setangguh milik Mesir ?. Kita belum tahu. Tapi yang jelas, kapal perang dengan ukuran 60 meter pun, bisa mengusung senjata yang mematikan seperti Harpoon Block II maupun Rolling Airframe Missiles (RAM).

Seperti apa kira-kira spesifikasi dari KCR-60 Indonesia ?. 


Spesifikasi KCR-60:
  60 Meter Fast Missile Craft KCR-60M):
- Length Overall (LOA): 59.80 M
- Length waterline (LWL): 54.82 M
- Width: 8:10 M
- Height: 4.85 M
- Draft at full charge: 2.60 M
- Displacement: 460 Ton 

Speed at Beaufort Scale Sea State 2 and 1:
- Maximum speed 28 knots
- Cruising Speed 20 knots
- Economical Speed 15 knots

Armament systems
1 X 57 mm cannon Home
2 X 20 mm guns
2 X 2 surface anti-ship missile launchers (SSM)
2 X Decoy Launcher

Navigation
Have the resilience to navigate in all weather up to Sea State 6

Endurance at sea: 9 days
Cruising range: 2,400 nm at a speed of 20 knots
Accommodation: 43 people

KCR 60m is designed by considering the eligibility criteria of the sea as follows:
Patrol duties until the sea state 3
Operation of the weapon up to sea state 4

Penampakan KCR-60 tahun 2013
 
Kita berharap KCR-60 milik TNI AL nanti merupakan kapal yang benar-benar siap tempur karena kapal itu diciptakan untuk bertempur. Jika perlu jumlah kapal dikurangi, namun dilengkapi senjata mematikan seperti “KCR 60″ Mesir. 






Sumber : JKGR

Kerja Keras China Membangun Kapal Induk Pertamanya

BEIJING-(IDB) : Gambar diatas adalah gambar kapal induk pertama buatan China yang sedang dibangun untuk Angkatan Laut-nya. Gambar ini banyak beredar di internet beberapa hari terakhir. Pemimpin China memang telah secara terbuka menyatakan rencananya untuk menempatkan armada kapal induk ke laut dalam beberapa tahun mendatang.


Sejak 1970-an, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sudah menyatakan niatnya untuk mengoperasikan kapal induk, sekaligus membangun kapal induknya sendiri. Pada tanggal 7 Juni 2011, Kepala Staf Umum PLA, Chen Bingde, menegaskan bahwa China sedang membangun kapal induk sendiri. Namun ia menyatakan tidak akan memberikan rincian lebih lanjut hingga kapal induk ini selesai.



Untuk membuat kapal induk, galangan kapal China Changxingdao mengadopsi teknologi konstruksi modular dari barat, yang berarti China akan membangun lambungnya dalam beberapa bagian. Bagian-bagian lambung ini kemudian dilekatkan bersama-sama, lalu diturunkan ke air dan setelahnya baru menambah suprastruktur dan seluruh peralatan. Sistem semacam ini memang dinilai lebih efisien.



Informasi menyebutkan bahwa kapal induk yang sedang dibangun China ini adalah Tipe 089 yang berbobot 50.000-60.000 ton dan dijadwalkan selesai pada 2015. Sukhoi Su-33s (varian untuk AL) sepertinya menjadi pesawat tempur yang paling mungkin bagi China untuk diterbangkan dari kapal induk ini. Namun jangan lupa bahwa China juga mengembangkan pesawat tempur versi angkatan lautnya sendiri yaitu, Shenyang J-15. Pesawat tempur China ini sudah berhasil diuji coba mendarat dan lepas landas di kapal induk pertama milik China Liaoning.



Liaoning sendiri adalah kapal induk 67.500 ton pertama China yang ditugaskan untuk Angkatan Laut PLA. Awalnya ini adalah kapal induk untuk Angkatan Laut Uni Soviet yang bernama Admiral Kuznetsov. Di tangan Uni Soviet, kapal induk ini baru selesai 30 persen dan kemudian teronggok di Ukraina tanpa pernah operasional. Kapal ini kemudian dibeli oleh China pada tahun 1998 dan diderek ke galangan kapal Dalian di China. Saat dijual, semua peralatan militer dan propulsinya dilucuti. Setelah dibangun kembali oleh China dengan usaha yang keras dan lama dan selesai menjalani uji coba laut, akhirnya kapal induk ini benar-benar ditugaskan untuk Angkatan Laut PLA pada tanggal 25 September 2012 dengan nama Liaoning.



Usaha Keras China untuk Membangun Kapal Induk Sendiri


Sejak tahun 1985, setidaknya China telah mengakuisisi 4 kapal induk bekas (pensiun) untuk dipelajari, yaitu HMAS Melbourne Australia, Minsk, Kiev dan Varyag bekas Uni Soviet. Selain membeli kapal-kapal induk bekas tersebut, Angkatan Laut PLA juga membeli desain kapal induk asing. Salah satu contoh adalah pembelian desain kapal induk dari Empresa Nacional Bazan Spanyol yaitu SAC-200 (23.000 ton) dan SAC-220 (25.000 ton). Negosiasi terjadi pada tahun 1995-1996 dan cukup alot. Spanyol akhirnya hanya berani menjual sebagian konsep desain kapal induk tersebut ke China dengan mahar beberapa juta dolar.


Setelah membeli desain tak lengkap kapal induk dari Spanyol. Pada akhir 90-an, perusahaan desainer kapal perang Rusia, Nevskoye, menyelesaikan sebuah desain kapal induk pesanan China. Namun baik pihak Rusia maupun China tidak menyebutkan berapa harga untuk desain ini. Keduanya juga tidak menyebutkan apakah China merasa puas atau tidak dengan desain ini. Namun tetap saja, beberapa tahun setelah itu masih belum ada juga kapal induk yang dibangun sendiri oleh China karena kemampuan industrinya untuk membangun kapal induk kala itu masih terbatas.


Sebuah cetak biru lengkap desain kapal induk asing juga diperoleh China yaitu ketika membeli kapal induk Kiev yang dinonaktifkan di era Soviet. Rusia dan China juga tidak mengungkapkan berapa harga untuk desain ini.


Satu cetak biru kapal induk lengkap lainnya juga diperoleh China ketika membeli kapal induk Varyag eks Uni Soviet dan ini merupakan pembelian desain terbaru. Desain kapal induk ini ada di tangan Ukraina (bekas Uni Soviet) dan menawarkan ke China seharga 18 juta dolar, namun kemudian Ukraina meminta tambahan 2 juta dolar karena alasan tertentu dan China pun setuju. Sepertinya desain inilah yang benar-benar diinginkan China untuk memulai pembangunan kapal induk sendiri seiring pula dengan bangkitnya industri China.


Alasan China Membangun Kapal Induk



Beberapa laporan menyebutkan bahwa kapal induk yang dibangun China saat ini bertenaga nuklir, namun Departemen Pertahanan AS dalam pernyataannya tidak menyebutkan kapal induk ini bertenaga nuklir.


Seorang peneliti senior dari Akademi Ilmu Pengetahuan Militer China mengatakan bahwa setidaknya China membutuhkan tiga kapal induk. "Jika kita melihat tetangga kita, India akan memiliki tiga kapal induk pada tahun 2014 dan Jepang akan memiliki tiga kapal operator pada tahun 2014. Jadi saya pikir jumlah (kapal induk) untuk China tidak boleh kurang dari tiga agar kita dapat membela hak-hak dan kepentingan maritim secara efektif."


Kini Beijing membangun armada perang lautnya tidak lain adalah untuk mengembalikan kehormatannya yang "hilang" selama berabad-abad di tangan kekuatan-kekuatan imperialis. Beijing berusaha mengimbangi AS dan menegaskan kepentingannya (dengan Angkatan Laut) di kawasan maritim Asia.


Hal yang pertama China lakukan untuk itu adalah membeli dan membangun kembali kapal induk Liaoning dari Rusia. Kapal induk Liaoning memang belum bisa disejajarkan dengan kapal-kapal induk bertenaga nuklir milik AS. Namun untuk pembangunan kapal induk pribumi pertama ini, China pasti melakukan lompatan teknologi. Analis menilai kapal induk yang sedang dibangun China ini berbasis/meniru Liaoning (Varyag) namun pasti dengan penyempurnaan yang jauh lebih baik dan kemungkinan bertenaga nuklir cukup besar mengingat China sudah menguasai teknologi nuklir.


Kita berharap Indonesia juga bisa melakukan apa yang China lakukan ini. Mungkin belum untuk kapal induk, karena memang saat ini kita belum memerlukannya (pulau kita tersebar untuk basis-basis pertahanan, kecuali untuk ekspansi) tapi untuk teknologi kapal perang atau alutsista lain. Tak lupa saya ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.





Sumber : Artileri