Pages

Senin, Juni 24, 2013

Wing Loong UAV Produksi China Punya Jelajah Hingga 3.000 Km

BEIJING-(IDB) : China sudah mempunyai pesawat tanpa awak buatan sendiri. Pesawat ini ternyata menarik perhatian sejumlah negara, dan sudah ada 5 negara yang bernegosiasi untuk membeli pesawat bernama 'Wing Loong' tersebut.

"Wing Loong sangat kompetitif di pasar internasional, dan kami telah menjualnya kepada tiga klien," ujar General Manager China National Aero-Technology Import and Export Corp Ma Zhiping dikutip dari ChinaDaily, Jumat (22/6/2013).

Aero-Technology Import and Export Corp merupakan eksportir produk pertahanan terbesar di China dan mempunyai posisi yang kuat di pasar pesawat tempur.

Terkait, Wing Loong, Ma Zhiping mengatakan, respons dari para klien terhadap pesawat tersebut sangat positif. Manuver pesawat ini sangat andal dan kemampuan tempur yang hebat.

Pesawat ini dikembangkan oleh China sendiri pada 2005 dan terbang perdana di 2007. Pesawat ini pertama kali tampil ke publik pada Zhuhai Airshow tahun 2008 lalu.

Sejak Juni 2006, pemerintah China memberikan izin ekspor pesawat tanpa awak ini. Selain untuk keperluan militer, pesawat tanpa awak ini bisa untuk keperluan sipil dan ilmiah, seperti untuk membantu penanganan bencana, perlindungan lingkungan, serta riset meteorologi.

Pesawat ini memiliki jarak kontrol atau tempuh hingga 3.000 km dengan muatan 200 kg. Semua teknologi pesawat ini dibuat oleh ilmuwan China tanpa adanya bantuan dari pihak luar.

"Saat ini ada 5 hingga 6 negara di Afrika dan Asia yang tertarik untuk membeli Wing Loong dan sedang bernegosiasi," kata Ma.

Seperti diketahui, Indonesia juga mempunyai pesawat tanpa awak yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Pesawat buatan PTDI ini bernama Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 2004 ini.

Pesawat tanpa awak yang pertama kali diproduksi Indonesia secara massal ini mampu terbang untuk melakukan pengintaian hingga radius 200 km dari pusat kendali atau area lepas landas.

Pesawat PUNA Wulung varian I ini, nantinya bisa terbang hingga ketinggian maksimal 12.000 kaki dan mampu terbang dalam durasi 4 jam. Pesawat tanpa awak made in Indonesia ini, juga dilengkapi kamera resolusi tinggi, sehingga bisa membantu tugas pengawasan udara.

Pesawat ini, terbilang relatif mahal untuk tahap awal. Ini terjadi karena adanya penyempurnaan dan sertifikasi yang dilakukan oleh Dirgantara Indonesia. Setelah proses itu dilewati, PUNA si 'Mata-Mata' ini, bisa dijual dengan harga sekitar Rp 1 miliar per unit. Untuk komponen pesawat tanpa awak ini, hampir sebagian besar diproduksi dan dirancang di dalam negeri.







Sumber : Detik

BPPT Produksi 1 Skuadron UAV Wulung Pesanan Kemenhan

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Indonesia memesan pesawat udara nir awak (PUNA) tipe Wulung untuk kebutuhan 1 skuadron. Pesawat yang bisa digunakan untuk misi mata-mata ini, dibuat oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggandeng PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT LEN Industri (Persero).

PUNA tipe wulung saat ini memasuki tahap sertifikan sebelum proses produksi. Hal ini disampaikan oleh Software Engineer BPPT, Heri Tri M di sela pameran Harteknas di Gedung BPPT Jakarta, Senin (24/6/2013).

"Yang akan diproduksi massal wulung untuk satu skuadron. Itu sedang proses produksi. Karena kita lembaga riset, nggak bisa ikut pengadaan maka kita kerjasama dengan PT DI dan LEN. Mereka yang bertugas untuk pengadaan produksi," ucap Heri.

Pada kesempatan ini, BPPT menampilkan 3 varian PUNA yakni Sriti, Alap-Alap dan Wulung. Untuk varian Wulung, Heri menjelaskan pesawat ini mampu terbang selama 4 jam dengan radius maksimal 130 KM dari pusat peluncuran. Pesawat ini mempunyai fungsi untuk pemantauan atau surveillance.

"Pemetaan udara, untuk pengamatan perbatasan bisa untuk buat pengawasan hutan," tambahnya.







Sumber : Detik

Banyak Pesawat Tanpa Awak Made in Indonesia Akan Tampil Di Pameran Harteknas Ke-18

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) menggelar pameran menyambut Hari Kebangkitan Tekonologi Nasional (Harteknas) ke-18 pada Senin tanggal 24 Juni 2013. Pameran itu akan menampilkan produk hasil riset bidang kedirgantaraan dan teknologi pertahanan keamanan asli karya putra-putri Indonesia.

Contohnya, teknologi pesawat tanpa awak dengan konsep flying car. Ada juga tipe pesawat tanpa awak dengan bahan bakar listrik lainnya yang akan ditampilkan, seperti jenis hexarotor dan tricopter.

Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Ristek Dadit Herdikiagung menuturkan selain pesawat tanpa awak tersebut, juga ditampilkan berbagai produk unggulan dari perusahaan pelat merah, lembaga riset, masyarakat dan perguruan tinggi.

"Dibanding tahun lalu, tema lain, ikonnya beda. Tahun lalu mobil listrik. Tahun ini roket, UAV (unmanned air vehicle/pesawat nir awak) dan satelit. Setiap tahun ikon yang kita angkat beda," ucap Dadit kepada wartawan di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jln MH Thamrin Jakarta, Jumat (21/6/2013).

Untuk produk unggulan lainnya yang akan ditampilkan antara lain dari BPPT, seperti Pesawat Nir Awak (PUNA) tiga varian yaitu Wulung, Alap-Alap dan Sriti. Sedangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) siap memajang pesawat tanpa awak (UAV) LCU 02, Roket R-HAN 122 dan Satelit LAPAN A2. Untuk kedirgantaraan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) siap menampilkan contoh pesawat N219, NC212, CN235 dan CN295.

"Nanti ada Kemenhan, lumayan banyak kerjasama dengan Pindad dan LEN, ada rantis Komodo, sniper rifle, ada combat management system, ada juga hexacopter, terus ada UAV sebagai model," kata Dadit.

Didit menjelaskan, awalnya akan ada uji terbang pesawat tanpa awak tipe hexarotor dan flying car di Monas Jakarta. Namun akhirnya dipindahkan ke halaman BPPT karena tidak memperoleh izin terbang di area Monas. Uji terbang pesawat tanpa awak berbahan penggerak listrik itu, hanya dilakukan di halaman BPPT.

"Masih susah dapat izin. Itu harus memenuhi persyaratan tertentu. terbang pada kondisi ramai ada rosedurnya," sebutnya.

Pameran Harteknas akan digelar di halaman kantor BPPT Jln MH Thamrin Jakarta pada Senin tanggal 24 juni 2013. Dimulai dari pukul 09.30wib-12.00wib. Acara ini, akan dibuka oleh Menristek Gusti Muhammad Hatta dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.







Sumber : Detik

PT. Dahana BUMN Pembuat Bom F16, Sukhoi Hingga Roket Anti Tank

JAKARTA-(IDB) : PT Dahana (Persero) memiliki kemampuan membuat bahan peledak untuk keperluan militer dan sipil. Salah satu produk terbarunya untuk versi militer adalah bom berdaya ledak tinggi untuk pesawat tempur F16 dan Sukhoi yang dimiliki TNI AU.

"Buat bom, untuk pematik. Bomnya P100 untuk Sukhoi dan F16," ucap Public Relations Dahana Juli Jajuli  di sela pameran Harteknas di Kantor BPPT Thamrin, Jakarta, Senin (24/6/2013).

Menggandeng perusahaan swasta lokal yakni Sari Bahari, BUMN strategis ini siap memasok kebutuhan bom berdaya ledak rendah hingga tinggi. Produksi bom ini, nantinya dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. "Kalau pesawat Sukhoi kan tergantung Rusia, akhirnya dirancang supaya nggak tergangtung," tambahnya.

Juli menjelaskan, pihaknya juga tengah mengembangkan sebuah peledak untuk kebutuhan roket anti tank. Menurutnya, bahan peledak ini sebelumnya hanya digunakan untuk keperluan pengeboran perusahaan minyak dan gas.

"Sebelumnya diproduksi untuk oil and gas. Nanti akan dikembangkan untuk tank. Ini bisa melubangi tank," tegasnya.







Sumber : Detik

Analisis : Pesan Untuk Singapura

ANALISIS-(IDB) : “Serangan udara” berupa asap dari sejumlah tempat di Riau membuat negeri kecil nan makmur di sebelah Batam, Singapura meradang dan mengomel. Namun omelannya kali ini dibalas telak oleh pemilik asli negeri jamrud khatulistiwa, Indonesia. Betapa tidak, seperti yang diungkap Menko Kesejahteraan Agung Laksono, Singapura seperti anak kecil, gampang merengek hanya soal asap, padahal untuk area yang lebih luas Riau juga diselimuti asap termasuk Batam.  Juga Malaysia, namun negeri melayu itu “tabah” menghadapi serangan asap dari tetangganya Sumatera.

Bahkan secara lugas Menlu Marty menyatakan Indonesia tak akan meminta maaf secara formal kepada Singapura soal asap. Pernyataan diplomatik ini menegaskan kepada kita bahwa RI tidak ingin (lagi) berada dalam posisi defensif dalam soal pecundang kesalahan. Harus jelas dulu duduk perkaranya baru lontarkan pernyataan karena sesungguhnya perusahaan yang terlibat pembakaran hutan di Singapura justru bermarkas di negeri singa itu. Kan lebih baik menyerukan kerjasama untuk mengatasi pembakaran hutan daripada mengeluh, mengomel lalu melontarkan kecaman. 


Dalam kacamata kita, Singapura selalu merasa memiliki kasta lebih dibanding dengan dua jirannya padahal dalam hubungan multilateral yang bernama saling ketergantungan, sesungguhnya negeri itu sangat tergantung kepada Malaysia dan Indonesia.  Tak usahlah kita sebut substansinya.  Petinggi pemerintahan negeri itu selayaknya mulai menata pola gaul dan tata cangkem karena perubahan dan kemajuan ekonomi kesejahteraan ke depan untuk kedua jirannya Malaysia dan Indonesia akan mempengaruhi sikap dan cara pandang mereka terhadap Singapura.

Yang tak terbantahkan dan sekaligus merupakan takdir sejarah Singapura  adalah kepemilikan teritori yang kecil dibanding dua rumah di sebelahnya yang berkelimpahan sumber daya alam.  Selain itu perjalanan bertetangga ke depan ini khususnya pada dua negara disebelahnya, masing-masing telah menuju ke arah kemajuan ekonomi kesejahteraan yang signifikan.  Malaysia sudah berada dalam lingkaran komunitas negara berkemampuan ekonomi sejahtera.  Indonesia sudah menampakkan kemajuan ekonomi yang luar biasa selama 9 tahun terakhir ini.  PDB RI terbesar di ASEAN dan nomor 16 di dunia.

Sejalan dengan itu, tentu untuk menjaga nilai kewibawaan diplomatik, pembangunan kekuatan militer untuk menjaga sumber daya alam dan harga diri teritorial sedang digiatkan secara luar biasa di Indonesia.  Posisi perkuatan ini (nantinya) adalah ukuran untuk menjaga ritme tahu diri dan ngaca diri agar siapa pun itu dalam ukuran tata gaul regional, dalam hubungan pertetanggaan satu RT terutama,  bisa mengendalikan cangkem dan bahasa tubuh untuk tidak meremehkan tetangganya.

Salah satu prediksi itu
Ketersinggungan hubungan bertetangga dengan Singapura dalam bingkai grass root di bumi pertiwi ini sudah menjadi “hapal luar kepala” di setiap benak rakyat Indonesia.  Misalnya terhadap keengganan dia melakukan perjanjian ekstradisi terutama untuk pelaku korupsi di Indonesia.  Sehingga muncul kesan bahwa negeri penampung koruptor itu tidak menghargai Indonesia, alias menyepelekan.  Yang lebih menggemaskan adalah cara dia mendikte RI dengan cara meminta zona militer untuk latihan di Natuna selama berbulan-bulan dan itu menggabungkannnya dengan perjanjian ekstradisi.  Syukurlah itu tidak terjadi.

Pesan kita untuk Singapura adalah untuk tidak lagi merasa sebagai orang penting di lingkungan.  Perjalanan ke depan ini terutama untuk dua jirannya Malaysia dan Indonesia sangat memungkinkan untuk tidak lagi menganggap Singapura sebagai faktor utama melainkan hanya sebagai salah satu faktor. Paham maksud kulo njihh ? Maksudnya kemajuan dalam hubungan ekonomi internasional RI dan Malaysia bisa memastikan untuk tidak lagi melihat negeri unyil itu sebagai segala-galanya.  Prediksi berbagai  lembaga pemeringkat ekonomi dunia mengarahkan telunjuknya bahwa RI merupakan salah satu kandidat untuk maju sebagai negara ekonomi sejahtera dan kekuatan 7-8 besar dunia dua puluh tahun mendatang.

Bisa dibayangkan dua puluh tahun mendatang, dengan populasi lebih dari 400 juta, sumber daya alam dan geografi yang luas, rakyatnya sudah makin sejahtera dan tentu kekuatan militernya setara dengan keunggulan kekuatan ekonominya.  Gak usah dibayangkan jauh-jauh dah, tahun 2020 nanti kekuatan ekonomi dan militer RI sudah bertunas mekar dan ranum (ini kalimat doa untuk kita bangsa besar ini, semoga dikabulkan Allah SWT).  Mestinya Singapura mampu membaca suasana kebatinan ini.

Pukulan diplomatik yang dilakukan dua menteri Indonesia sekaligus, soal serbuan asap itu sangat tepat dan mewakili suara mayoritas rakyat.  Itu adalah bahasa tubuh ketidaksukaan yang pantas dilakukan terhadap keangkuhan cangkem yang dilantunkan Singapura.  Yang perlu diingat adalah Singapura itu hari ini dan ke depannya tergantung dengan dua tetangganya, karena dia adalah negara jasa. Musuh terbesar negara jasa adalah kepanikan.  Sangat pantas kiranya Singapura mulai menata cangkemnya sekaligus berlaku adil dalam hubungan sebab akibat bertetangga.
Sumber : Analisis

TNI AD Membantah, Penundaan Pembelian Apache Bukan Karena Kenaikan BBM

JAKARTA-(IDB) : TNI AD menunda pembelian helikopter tempur Apache tahun 2013. TNI AD menegaskan pembelian Helikopter asal AS itu sama sekali tak terkait kenaikan harga BBM.

"Kasad tidak pernah menyatakan penundaan beli Apache karena BBM naik. Kasad hanya mengatakan Apache sementara kita tunda dulu, kita akan sangat menyesuaikan kemampuan negara untuk pembiayaan itu," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad kepada merdeka.com, Minggu (23/6).

Brigjen Rukman meluruskan pemberitaan merdeka.com, Jumat (21/6) yang berjudul 'Harga BBM naik, TNI AD tunda beli Helikopter Apache.'

Jumat (21/6), Kepala Staf TNI AD Jenderal Moeldoko menjelaskan ada beberapa pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) di lingkungan TNI AD tahun ini yang akan ditunda. Salah satunya terkait rencana pembelian helikopter tempur Apache.

"Untuk Apache, untuk 2013 sementara Apache akan kita tunda dulu. Kita akan sangat menyesuaikan dengan kemampuan negara dalam pembiayaan itu. Kemarin juga mulai dibahas lagi mungkin 2013 akan dimunculkan lagi kita akan membeli Apache" kata Jenderal Moeldoko di Jakarta.

Moeldoko mengatakan, penundaan terjadi karena kondisi keuangan pemerintah sedang tidak kondusif. Saat ditanya rencana pembelian selanjutnya, Moeldoko belum bisa memberikan waktu yang pasti. Namun dia memastikan Tank Leopard sudah siap memperkuat TNI AD.






Sumber : Merdeka