Pages

Jumat, Mei 24, 2013

TNI Akan Pamerkan Alutsista Baru Pada HUT Ke-69

JAKARTA-(IDB) : TNI memesan alutsista baru. Mesin-mesin perang milik TNI ini diperkirakan akan datang pada awal tahun 2014. Dan nantinya, alutsista ini bisa dilihat saat HUT TNI ke-69.

"Alutsista yang baru pada awal 2014 sudah masuk, dan bisa mengikuti upacara dan bisa dilihat dalam HUT TNI 5 Oktober yang akan diadakan disini (Dermaga Ujung, Koarmatim)," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono kepada wartawan usai menutup Latgab TNI 2013 di Dermaga Ujung, Koarmatim, Jumat (24/5/2013).

Agus menyebutkan, alutsista yang baru diantaranya, pesawat F16, Tank Battle Mac serta pesawat maupun kapal LST (Landing Ship Tank) dari PAL, dan Kapal Fregat (Inggris).

"Nanti F16 pasti akan nambah dan pesawat Hercules. Dengan penambahan ini diharapkan, pesawat penerjun biasanya 10 pesawat nanti bisa 14 pesawat," ungkapnya.

Sebelum digunakan, alutsista baru yang akan datang pada awal 2014, kata Agus, pihaknya terlebih dulu melakukan evaluasi serta ujicoba terhadap peralatan tempur yang baru sebelum digunakan.

"Penambahan alutsista saat ini kita sesuaikan dengan kekuatan pokok minimal dan akan terus kita kembangkan," tandas Agus.





Sumber : Detik

Industri Pertahanan Indonesia Incar Pasar ASEAN

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertahanan ternyata mengincar pasar industri pertahanan di wilayah negara-negara ASEAN. Potensi pasar di kawasan ini, menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, bisa mencapai nilai US $ 25 miliar.

Peluang pasar ini disampaikan Purnomo dalam diskusi Executive Business Breakfast tentang Ke Mana Arah Kebijakan Industri Pertahanan Indonesia yang digelar Lembaga Kajian Pusat Studi Kebijakan dan Pendampingan Strategis (CPSSA) di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Kamis 23 Mei 2013. "Proyeksi masa depan adalah bagaimana membangun kemandirian industri pertahanan." kata Purnomo. "Kami ingin industri pertahanan Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri, tapi juga dapat ekspor ke luar negeri."

Menurut Purnomo, proyeksi pasar industri pertahanan di wilayah Asia Tenggara biaa mencapai capai US $ 25 Miliar. Potensi pasar ini, sebaiknya juga dimanfaatkan untuk mendorong kemandirian lokal dalam sektor industri pertahanan dalam negeri. Apalagi, ASEAN dalah pasar yang besar bagi industri pertahanan. Pasar industri ini melonjak signifikan dalam dua dekade terakhir.

Meski besar, namun kebanyakan negara anggota ASEAN setuju, transaksi di pasar industri pertahanan dikhususnya untuk peralatan bukan untuk perang atau untuk operasi militer selain perang. Selain itu, juga mulai dirasa pentingnya kolaborasi industri pertahanan di kawasan ASEAN. Kolaborasi itu mutlak diperlukan guna terciptanya kemandirian alutsista dan perluasan pembangunan ekonomi dna kemajuan kawasan ASEAN. "Harus ada yang bersedia membeli alutsista dalam negeri beserta kekurangan dan kelebihannya demi memajukan industri pertahanan dalam negeri sebelum berkolaborasi di ASEAN." kata Purnomo.

Purnomo mengatakan, mengatakan bahwa industri pertahanan RI yang berdiri sejak 1958 dengan menasionalisasi industri pertahanan bekas peninggalan asing seperti Inggris dan Belanda, runtuh pada tahun 1997 - 1998. Pada tahun 2010 pemerintah telah memprioritaskan pembangunan industri pertahanan hingga 2024."Tidak ada negara di dunia ini yang kuat kalau hanya ekonominya saja yang kuat," kata Purnomo

Ia mengatakan bahwa negara yang kuat itu tak hanya ditopang oleh ekonominya yang kuat namun juga harus memiliki industri pertahanan yang kuat pula dan pertahanan itu tidak bisa sukses hanya bergantung pada industri pertahanannya saja tetapi komitmen untuk mewujudkannya

Dalam presentasinya, Purnomo membeberkan peta dasar pembangunan Industri Pertahanan dalam negeri, selama 15 tahun ke depan menyusul diberlakukannya UU Industri Pertahanan nomor 16 tahun 2012. Terutama bagaimana rancang bangun peta kekuatan industri pertahanan di kawasan dan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan di dalamnya.

Sebelumnya dalam sambutan membuka acara itu, Ketua Centre for Policy Studies and Strategic Advocacy Luhut Panjaitan optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6% pada tahun ini dan diperkirakan dapat mencapai 8%-9% dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia seharusnya tidak sekedar menjadi pasar bagi negara lain tetapi harus sudah mencari pasar luar.

"Di industri pertahanan, Indonesia sebenarnya sudah punya industri dasar. Ini bisa dikembangkan. Tinggal dorongan kebijakan dari pemerintah," ujar Luhut.






Sumber : Tempo

Indonesia Harus Serius Kembangkan Inovasi Teknologi

SEOUL-(IDB) : Indonesia harus serius mengembangkan inovasi di bidang teknologi dan sains agar menjadi negara maju seperti Korea Selatan (Korsel). Kegagalan mengembangkan sektor ini bisa membuat Indonesia terus terperangkap sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap).

“Inovasi teknologi dan sains adalah satusatunya cara agar kita bisa berhasil menjadi negara maju,” kata Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung kepada Jakarta Globe, di Seoul, Korsel, Rabu (22/5).

Chairul memimpin delegasi Indonesia yang berjumlah 16 orang untuk mempelajari keberhasilan Korsel menjadi negara maju, termasuk bagaimana Negeri Ginseng itu berhasil lolos dari middle income trap.

Delegasi yang terdiri atas pengusaha nasional dan ekonom itu di antaranya Raden Pardede, Aviliani, Didik J Rachbini, Hermanto Siregar, James T Riady, Peter F Gontha, Teddy Rachmat, dan Chris Kanter. Kedatangan mereka disambut Dubes RI untuk Korsel John Prasetyo. Chairul juga akan menyampaikan surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Korsel Park Geun-hye, Sabtu (25/5).

Menurut Chairul Tanjung, Korsel mampu bertransformasi dari negara berbasis pertanian menjadi negara industri, kemudian menjadi negara yang mumpuni di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Bahkan, Korsel kini berkembang menjadi salah satu negara terdepan di bidang produkproduk elektronik dan industri berteknologi tinggi. Keberhasilan tersebut dicapai Korsel hanya dalam dua dekade. “Itu berkat komitmen yang kuat dari pemerintahnya dalam mengembangkan teknologi dan sains,” ujar Chairul.

Di sisi lain, kata Chairul Tanjung, Indonesia yang berharap bisa mengikuti jejak Korsel masih menjadi negara berpendapatan menengah dengan produk domestik bruto (PDB) sekitar US$ 1 triliun. Namun, saat konsumsi terus tumbuh, ada kekhawatiran di kalangan pemerintah dan pebisnis bahwa per usahaan-perusahaan Indonesia tidak cukup berinvestasi di bidang inovasi dan teknologi.

Jika hal ini terus dibiarkan, perekonomian Indonesia bisa terperangkap terus menjadi negara berpendapatan menengah yang hanya menarik investasi dari kalangan industri dan pabrikan segmen bawah. “Investasi seperti itu tidak akan mampu meningkatkan posisi Indonesia menjadi negara maju,” papar Chairul.

Menurut kalangan ekonom, sekitar 95% negara berpendapatan menengah terperangkap dalam apa yang disebut sebagai middle income trap. Indonesia bisa pula terjebak dalam perangkap tersebut jika tidak segera mengembangkan inovasi di bidang teknologi dan sains.

Selain berdiskusi, delegasi RI akan mengunjungi perusahaan-perusahaan ternama Korsel, seperti Samsung, Hana Bank, LG, dan Korea Telecom. Delegasi RI juga berencana mengunjungi Kota Sejong yang tengah dikembangkan menjadi pusat riset, pendidikan, dan indistri berteknologi tinggi.

Beberapa dekade silam, Korsel tercatat sebagai negara ‘kebanyakan’ yang masih disejajarkan dengan Indonesia. Namun, belakangan, perekonomian Korsel maju pesat. Saat ini, pendapatan per kapita Negara berpenduduk sekitar 50 juta jiwa itu mencapai US$ 32 ribu dengan angka kemiskinan absolut 2% dan angka pengangguran 31,1%. (lihat tabel)

Kontribusi ICT
 
Chairul Tanjung mengungkapkan, saat ini sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information and communication technology (ICT) menyumbang 12% terhadap produk domestik bruto (PDB) Korsel senilai US$ 1,2 triliun. Sedangkan kontribusi TIK di Indonesia hanya 0,5% terhadap PDB.

“TIK adalah konvergensi informasi, komunikasi, dan teknologi. Sebagai sebuah bangsa, kita harus berinvestasi lebih banyak di bidang teknologi dan jaringan telekomunikasi 4G,” ujar dia.

Dia mencontohkan, Korsel telah menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi secara gratis untuk segenap rakyatnya serta perusahaan- perusahaan, sehingga membantu meningkatkan perdagangan dan mendorong lahirnya industri-industri baru. Sebaliknya, Indonesia masih menjadi negara dengan biaya koneksi internet termahal di dunia. Dengan biaya koneksi internet yang mahal, rata-rata orang Indonesia, termasuk para petani, semakin terpinggirkan dan tidak punya akses kepada perekonomian global. “Pola pikir pemerintah harus berubah sepenuhnya kalau kita ingin menghindari middle income trap,” tandas Chairul.

Perusahaan-perusahaan Korsel saat ini aktif mengembangkan pasar produk TIK. Di sisi lain, Indonesia memiliki daya tarik yang alami. “Hal itu bisa menjadi peluang terjalinnya kemitraan saling menguntungkan bagi kedua pihak,” ujar dia.

Chairul menambahkan, berdasarkan riset, setiap 10% penambahan penetrasi internet bisa meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 1,4%. Sedangkan setiap penggandaan kecepatan internet bisa menambah 1% PDB.

Agar Indonesia bisa meningkatkan status nilai tambah ekonominya, menurut Chairul Tanjung, pemerintah perlu menciptakan regulasi yang tepat dan membuka pasar bagi produk telekomunikasi, pelaku telekomunikasi, dan broadband baru. Apalagi saat ini pasar telekomunikasi nasional masih didominasi pemain generasi kedua dan ketiga, yang menghalangi operator 4G untuk masuk ke pasar.






Sumber : Investor

Panglima TNI : Tanpa "National Power" Sulit Wujudkan Kepentingan Nasional

Secara ekstrim dapat dikatakan, tanpa national power adalah hampir mustahil bagi sebuah negara dapat mewujudkan kepentingan nasionalnya.

SURABAYA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, mencermati paradigma militeristik, keamanan negara pada dasarnya dipandang sebagai keadaan di mana rakyat Indonesia secara penuh harus dilindungi pada setiap aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan pemanfaatan sumber daya nasional dalam rangka menciptakan kesejahteraan bangsa. 


"Usaha pertahanan negara harus pula diarahkan untuk menciptakan situasi aman dan kondusif bagi keberlangsungan pembangunan nasional itu sendiri," ujar Panglima TNI ketika menutup Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Divisi tahun 2013 dengan upacara militer, di Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jawa Timur, Jum’at (24/5/2013).
Menurut Panglima TNI, persoalan pertahanan keamanan bukanlah konsep yang mutually exclusive, yang dapat dipisahkan secara hitam-putih.


Namun merupakan kesatuan usaha dari segenap komponen bangsa untuk membangun kekuatan TNI, kekuatan pertahanan, dan ketahanan nasional, dihadapkan kepada tantangan dan ancaman yang bergulir seiring perkembangan lingkungan strategis.


Kebutuhan paling hakiki dari sebuah negara adalah eksistensi, yang harus diperjuangkan dan dipertahankan sehingga menjadi pijakan bagi suatu bangsa dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya.


"Pada konteks kepentingan mempertahankan eksistensi itulah, maka Latihan Gabungan TNI tahun 2013 telah dilaksanakan selama lebih kurang 40 hari," terangnya.


Gelar kekuatan dan kemampuan TNI yang telah kita latihkan ini merupakan salah satu national power, yang ditujukan guna menjamin keberlangsungan hidup bangsa Indonesia di tengah persaingan global yang ketat dan kompetitif.


Secara ekstrim dapat dikatakan, tanpa national power adalah hampir mustahil bagi sebuah negara dapat mewujudkan kepentingan nasionalnya.


Terlebih, dalam konteks hubungan internasional, national power menjadi suatu hal yang kemudian sifatnya sangat esensial, karena national power tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan nasional.


"Selamanya akan menjadi modal pokok bagi negara agar dapat menjadi pemeran utama di dalam hubungan internasional, khususnya dalam penerapan soft power diplomacy," imbuhnya.






Sumber : PelitaOnline

Panglima TNI Resmi Tutup Latihan Gabungan 2013

SURABAYA-(IDB) : Latihan gabungan (latgab) TNI 2013 resmi ditutup secara militer. Latgab selama 40 hari itu berjalan sesuai meski ada beberapa rangkaian latihan yang harus ditingkatkan.

"Sebelum ditutup diadakan kaji ulang atau evaluasi. Dari semuanya itu tujuan dari latgab bisa dicapai. Semua aspek yang dipenuhi ada beberapa hal yang ditingkatkan," kata Laksamana Agus Suhartono kepada wartawan usai upacara militer penutupan Latgab di Dermaga Ujung Koarmatim, Jumat (24/5/2013).

Panglima TNI ini memberikan contoh, rangkaian latihan yang perlu ditingkatkan diantaranya, adanya kendala prajurit saat melakukan terjun payung saat malam hari. Kata Agus, para prajurit mengeluh tidak dapat melihat sesama prajurit karena terlalu gelap.

"Kalau kita beri lampu pasti akan terang dan terlihat sehingga menjadi sasaran empuk. Kedepan akan kita ciptakan dan memodifikasi sebuah alat sehingga prajurit yang melakukan terjun malam hari bisa melihat kawan tanpa terlihat musuh," ungkapnya.

Mantan KSAL ini menambahkan, latgab yang diikuti 16.745 prajurit TNI tiga unsur ini dinilai sangat penting karena merupakan national power yang dibutuhkan Indonesia.

"National Power sangat penting untuk melangsungkan pembangunan Indonesia dalam menyongsong era globalisasi. Dan latgab sendiri sangat berperan penting selain untuk makin meningkatkan keahlian prajurit untuk menjaga kesatuan NKRI," tandas Agus.

Dalam penutupan latgab yang dilakukan secara militer, Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono melepas tanda pita secara simbolis kepada perwakilan prajurit peserta latgab TNI 2013. Dalam upacara ini seluruh prajurit peserta latgab hadir termasuk beberapa peralatan tempur yang digunakan.






Sumber : Detik

Coming Soon : Panser Canon Tarantula TNI AD

Panser Canon Tarantula

JKGR-(IDB) : Doosan DST Korea Selatan akhirnya menyelesaikan produksi Panser Tarantula berbobot 18 ton yang dilengkapi canon 90 mm serta senjata mesin 7,62mm/ 12,7mm. Panser Tarantula (Korsel: Black Fox) merupakan kendaraan tempur beroda 6 yang dioperasikan tiga orang (sopir, kkomandan, petembak) yang melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam serta 8 km/jam di dalam air.


Menurut Doosan DST, Panser Tarantula telah disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia, sehingga dibuat lebih ringan dan memiliki kemampuan amphibi. Dengan senjata meriam 90mm dan senapan mesin, Tarantula didisain untuk bisa menyerang lawan yang memiliki kemampuan penuh ataupun bertempur dengan tank musuh. Panser ini juga memiliki kemampuan operasi gerilya: search and destroy.
Chasis Black Fox dengan turret CSE90 Belgia
Chasis Black Fox dengan turret CSE90 Belgia
tarantula2
Blackfox / Tarantula versi APC
Blackfox / Tarantula versi APC

Tahun 2009, TNI AD memesan Panser Canon Tarantula ke Doosan DST Korea Selatan. Panser 6×6 ini memasuki tes operasional, uji menembak dan uji manuver lapangan sejak November 2011. Setelah lulus inspeksi, panser mulai diproduksi Korea Selatan pada awal tahun 2012. Tanggal 5 Mei 2013, Doosan DST mengumumkan telah menyelesaikan produksinya untuk dikirim ke Indonesia.


Tanpa menyebutkan jumlahnya, pihak Cmenyatakan segera mengirim sejumlah Panser Tarantula ke Angkatan Darat Indonesia. Dalam pembuatan panser ini Doosan DST bertanggung jawab membangun panser dan pemasangan turret meriam. PT Pindad juga akan melakukan perakitan semi-knocked-down (SKD) di Indonesia. Menurut catatan SIPRI 2012, Indonesia memesan 22 Black Fox/ Tarantula ke Korea Selatan dan 11 diantaranya akan dirakit di Indonesia.


Masih menurut SIPRI 2012, turret dari Panser Tarantula adalah CSE 90 mm buatan CMI Defence Belgia. Turret ini mengusung meriam Cockerill MkIII 90 mm, senjata mesin 7,62mm / 12,7mm serta pelontar granat. Meriam utama dikendalikan secara elektronik dan mampu menembak sasaran di malam hari. CSE90 mm dilengkapi penjejak laser jarak jauh untuk menembakkan amunisi APFSDS-T, serta berbagai jenis amunisi lainnya.

Defence-Cockerill-CSE-90LP-01

Dengan munculnya informasi dari Doosan DST Korea Selatan ini, menunjukkan road map kendaraan tempur TNI semakin jelas. Setelah Panser Anoa, akan muncul Panser Canon Tarantula lalu disusul Tank Kerjasama FNSS Turki dan PT Pindad.

Indonesia merupakan pengguna pertama Panser Canon Tarantula Korea Selatan, sehingga belum diketahui sejauh apa ketangguhan dari Panser ini. Diharapkan Indonesia bisa mengembangkan disain dan kualitas panser ini, karena TNI AD hanya memesan 22 Panser Tarantula.






Sumber : JKGR

Alkom Fiscor–100 Alat Komunikasi Produk Dalam Negeri Kualitas Luar Negeri

BANDUNG-(IDB) : Dalam dunia militer, alat komunikasi (Alkom) memiliki nilai penting bagi keberhasilan suatu kegiatan operasi militer. Alat komunikasi dibutuhkan antara lain untuk membantu pasukan yang ada di lapangan berhubungan dengan unit-unit lainnya yang berada di tempat berbeda.

Alat komunikasi yang banyak dipakai pihak militer di dunia sekarang ini adalah yang mudah dibawah ke mana-mana dalam berbagai medan. Saat ini, kebanyakan alat komunikasi untuk kegiatan militer diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri. Tentunya harga jual yang dipatok juga tergolong mahal.


Namun saat ini, Indonesia juga sudah mampu memproduksi alat komunikasi untuk dunia militer yang tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk serupa buatan luar negeri. Adalah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang menggalang kerjasama dengan PT Len Industri (Persero) untuk membuat dan mengembangkan alat komunikasi untuk dunia militer. Kerjasama tersebut telah menghasilkan suatu produk alat komunikasi yang diberi nama Alkom Fiscor-100.


Kegiatan produksi Fiscor-100 telah mulai dilaksanakan PT Len Industri sejak Agustus 2010 lalu. Hingga Oktober 2010, sudah 30 unit yang diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Ke-30 unit Alkom Fiscor-100 itu telah diserahkan Menristek kepada Kementerian Pertahanan untuk dilakukan ujicoba oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di berbagai medan terhadap alat tersebut.


Menurut Nurman Setiawan, bagian pemasaran PT Len Industri, kegiatan ujicoba itu dilakukan agar user (pengguna) bisa mencoba alat komunikasi tersebut sebelum membeli dan diharapkan adanya masukan-masukan dari user mengenai kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada alat itu.


Selain itu, ujicoba di lapangan dengan berbagai medan juga diperuntukkan agar produsen bisa mendapatkan bahan masukan bagi pengembangan alat tersebut di kemudian hari. Kegiatan ujicoba diperkirakan memakan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lambat satu tahun.


Miliki Keunggulan


Nurman menjelaskan, Alkom Fiscor-100 merupakan alat komunikasi yang dibuat oleh tenaga-tenaga ahli dari dalam negeri yang berasal dari Kemenristek dan PT Len Industri. Alat ini dibuat dengan mengkombinasikan teknologi yang ada pada alkom buatan Australia dan Prancis sehingga dipastikan Alkom Fiscor-100 lebih maju dari produk kedua negara tersebut.

Kandungan lokal yang dimiliki oleh alat itu kini telah mencapai 85%. Hanya komponen berupa handset, komponen elektronika dan conector yng masih harus diimpor. Menurut Nurman, kegiatan impor terhadap komponen-komponen itu terpaksa dilakukan karena di dalam negeri sendiri belum ada pabrik yang membuat komponen-komponen tersebut.

Karena dibuat oleh tenaga ahli dari dalam negeri, Alkom Fiscor-100 juga memiliki sejumlah keunggulan lainnya jika digunakan oleh pihak TNI. Keunggulannya itu antara lain siitem sekuriti nya bisa didesain oleh tenaga-tenaga lokal sehingga tidak sama dengan sistem yang digunakan di luar negeri. Alat ini juga bisa dicustomisasi sesuai keinginan.

Desain operasional dan maintenance dibuat sederhana sehingga mudah bagi pengguna dan teknisi untuk melakukan kegiatan operasional dan perawatan. Selain itu, di kelas HF, Alkom Fiscor-100 memiliki kecepatan hoping yang sangat tinggi sehingga bisa dipilih kecepatan 5 hope/second, 10 hope/second, 20 hope/second dan 50 hope/second.

Keunggulan lainnya adalah soal harga jual. Menurut perhitungan PT Len Industri, harga jual satu unit Alkom Fiscor-100 berkisar antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Harga itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produk serupa buatan luar negeri yang mencapai Rp 250 juta hingga Rp 500 juta/unit.

Kemampuan Alkom Fiscor-100 untuk menembus pasar yang sangat potensial itu kini bergantung pada hasil ujicoba yang tengah dilakukan pihak TNI di sejumlah medan. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri juga memegang peranan penting bagi pengembangan Alkom Fiscor-100.(Sumber : Majalah Kina, Edisi 01 – 2011, Halaman 38-39)



Spesifikasi:

Technology Base:  Software Based Radio

Security System Base:  ISCOP100 (Integrated Secure Communication Protocol)

Hop Speed:  Programmable  5/10/25/50/Random hop/sec

Frequency Range:  2-30Mhz

Channel Capacity:  100 programmable Channel

Modulation Mode:  J3E (LSB;USB) ; J2A (CW); J2B (AFSK)

Tuning Step:  100Hz

Clarify Step:  10Hz

RF Output Power:  Max 20W PEP

Sensitivity:  -110 dBm for 10 dB S/N

Frequency Stability:  2ppm

Receiver Selectivity:  2.4kHz @-6db; 4kHz @-60dB

RF Connection:  Whip with internal ATU (selecable WHIP : W1.5, W3.0, Wire) & Dipole @50 Ω

Supply Voltage:  12-16.8 VDC

Average battery life:  24 hour

Audio Output:  250mW @8Ohm

Temperature Range:  -10C – 50C

IP Rating:  IP67

Vibration:  Ground Tactical

Immertion:  1 meter of water for 1 hour

Dimension:  250mm (width) x 90mm(deep) x 320mm (high)

Weight:  3.5kg (without battery pack), 5.5kg (with battery pack)
Standard:  MIL-STD-810F shock, vibration, dust & amp; spray






Sumber : BUMN

Berita Foto : Korvet Kelas Parchim TNI AL


JAKARTA-(IDB) : Beberapa waktu lalu, ARC memergoki sekumpulan korvet kelas Parchim tengah sandar di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.



Penasaran, kami pun mendekati dan meminta izin komandan kapal untuk naik. Alhamdulillah, izin diberikan. Jadilah kami tur mendadak di Korvet asal Jerman Timur ini.

Secara umum, bisa dibilang korvet ini dalam kondisi baik serta rapi. Menurut Komandan Kapal, semua senjata juga berfungsi baik. Bahkan beberapa persenjataan sudah mengalami modifikasi serta penambahan. Diantaranya penambahan meriam anti serangan udara kaliber 20mm pada belakang super structure kapal.





Di jajaran Armada Barat, Korvet kelas parchim tergabung dalam satuan eskorta. Tugas utamanya selain mengawal konvoi adalah memburu kapal selam. Penasaran seperti apa isi Korvet Parchim?, silahkan nikmati jepretan ARC'ers berikut ini.









Sumber : ARC

Ekspedisi Merajut Indonesia Di Miangas

MIANGAS-(IDB) : Suara debur ombak dan desau angin sesekali mengiringi upacara Hari Kebangkitan Nasional ke-105 yang berlangsung di lapangan Desa Miangas, Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Senin (21/5).

Seolah-olah mereka turut bersenandung merayakan kegembiraan masyarakat pulau yang menjadi etalase Indonesia di bagian paling utara itu.

Hari itu masyarakat Miangas berkumpul di lapangan satu-satunya Desa Miangas yang berhadapan langsung dengan laut untuk mengikuti upacara bendera.

Para pelajar berbaris rapi sambil memegang satu persatu Bendera Merah Putih yang diikatkan di tiang bambu. Mamak-mamak dan bapak-bapak berkerumun di sekitar lapangan.

Rentetan pohon kelapa menjadi latar upacara yang dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang serta pejabat pemerintah daerah terkait.

"Di sini kami hadir bersama-sama untuk menancapkan semangat kebangkitan nasional di titik terdepan Indonesia. Ini adalah pulau kebanggaan Indonesia. Pulau ini sempat diklaim Filipina, di sini Merah Putih masih tegak berdiri dan Miangas bukan pulau terluar Indonesia tetapi terdepan," ujar Roy Suryo, disambut gemuruh tepuk tangan warga.

Kehadiran pemerintah memang bagaikan cambuk semangat bagi sekitar 700 penduduk yang mendiami pulau seluas 3.2 km tersebut. Seperti yang disampaikan Bupati Kepulauan Talaud Constantine Ganggali, hal ini sebagai penegasan kepada dunia bahwa Miangas adalah milik Indonesia dan menjadi pulau kebanggaan.

"Kehadiran pemerintah pusat dan provinsi akan memberi semangat bagi masyarakat di sini untuk menyerukan kepada dunia bahwa Miangas merupakan milik NKRI dan diperjuangkan bersama-sama oleh masyarakat Indonesia," kata Constantine Ganggali.

Pulau Miangas merupakan pulau terdepan di bagian utara Indonesia. Namun, jaraknya yang lebih dekat dengan Pulau Davao, Filipina (sekitar 48 mil laut) kerap membuat Miangas dimasukkan sebagai bagian dari negara Filipina, yang hingga kini masih ditampilkan oleh aplikasi jejaring Google Maps.

"Perjuangan kita belum selesai untuk pengakuan internasional bahwa Miangas masuk wilayah Indonesia. Karena di dunia maya, Miangas masih masuk negara Filipina. Mari sama-sama berjuang sampaikan kepada dunia bahwa Pulau Miangas ini masuk dalam negara Indonesia," ujar Roy.

Terisolasi

Pulau Miangas yang terletak di tepi Samudera Pasifik, membuat pulau tersebut bagaikan terisolasi. Jika gelombang laut sedang tinggi, masyarakat hanya bisa berdiam di pulau. Begitu juga sebaliknya, kapal-kapal pun urung merapat ke sana. Bahkan kalau air pasangnya tinggi bisa menjangkau hingga 200 meter ke daratan.

Padahal warga Miangas harus berlayar ke kota untuk berbelanja kebutuhan hidup. Mereka harus menempuh semalaman suntuk jika ingin berbelanja ke Tahuna, Kabupaten Kepulauan Talaud. Dan kalau ingin berbelanja ke Manado, mereka bisa menghabiskan waktu hingga empat hari.

Alternatifnya, warga yang kebanyakan nelayan itu pun berbelanja di Filipina sembari mencari ikan.

"Biasanya kami barter barang. Tetapi di sini kan juga ada kantor konsulat Filipina (Border Crossing Agreement), jadi bisa juga tukar uang peso untuk belanja di sana," kata salah satu penduduk, Reni.

Namun, Reni menampik bahwa barang-barang yang digunakan masyarakat kebanyakan dari Filipina.

"Mungkin itu dulu, sekarang banyak juga ambil dari kota karena diimbau Pak Camat untuk menggunakan produk negara sendiri," tambahnya.

Persoalan lainnya, kapal perintis Melikunusa yang menjadi angkutan satu-satunya penyambung Miangas dengan wilayah lainnya hanya singgah dua minggu sekali.

"Sebenarnya ada dua kapal perintis lainnya, Kapal Berkat dan Kapal Sangian. Tetapi kalau angin kencang atau gelombang sedang tinggi, dua kapal itu tidak bisa menembus sama sekali. Padahal cuaca di sini suka berubah," kata Alim, salah satu polisi militer yang bertugas berjaga di Pulau Miangas bersama sembilan rekannya.

Maka, untuk mengantisipasinya Alim bersama rekan-rekannya yang menempati Pos Marinir di Pulau Miangas itu biasanya langsung berbelanja kebutuhan selama sebulan di Tahuna.

"Masalah di sini selain transportasi juga komunikasi dan penerangan," tambah Alim.

Tertinggal

Fasilitas yang serba terbatas memang membuat Pulau Miangas yang terbentang jauh sekitar 320 mil laut dari Kota Manado, Sulawesi Utara, akhirnya tertinggal.

Harga BBM yang mahal, kapal yang hanya dua minggu sekali singgah, sinyal telepon yang tersendat-sendat, dan listrik yang belum 24 jam menyala adalah "makanan sehari-hari" warga di sana. Akibatnya pergerakan ekonomi di sana pun menjadi terseok-seok. Padahal, Miangas sangat berpotensi untuk menjadi tujuan wisata dan penghasil kopra.

Selain itu, pelajar di Miangas juga belum mengenal komputer. Pulau Miangas memiliki masing-masing satu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah kejuruan kelautan.

"Sebenarnya semangat pendidikan di sini tinggi, hanya kendalanya dalam media pembelajaran. Ketika mereka harus mengenal alat-alat canggih seperti komputer atau laptop, di sini belum ada. Maka saya berharap sekali kepada pemerintah untuk pengenalan media komputer dan internet," kata Kepala Sekolah SD Miangas Rita Matama.

Rita menambahkan tenaga pengajar di sekolah Miangas juga belum ada yang sarjana.

"Dengan pendidikan sekarang, seorang pengajar harus sarjana. Tetapi kendalanya kalau kami mau kuliah juga jauh dari kabupaten," ujar Rita yang telah mengajar selama 20 tahun.

Harapan

"Di sini kapal saja susah apalagi kalau sudah musim angin kencang," kata salah satu warga Dorkas Lantaah yang biasa menjual kopra Manado setiap tiga bulan ke Manado.

Dorkas menjual kopra seharga Rp3500 per kilo. Penghasilannya tidak seberapa ditambah lagi jika cuaca sedang buruk. Angin kencang dan gelombang laut yang tinggi memang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Miangas. Namun bukan itu yang mereka keluhkan. Bagi Dorkas dan warga lainnya, transportasi yang memadai adalah mimpi mereka untuk bisa merasa lebih dekat dengan wilayah Indonesia lainnya, bukan Filipina.

"Mudah-mudahan kapal diperbanyak ya," harapnya.

Secercah harapan dengan rencana dibangunnya bandara perintis pun bisa menjadi cambuk semangat masyarakat Miangas.

"Kami akan meningkatkan fasilitas perhubungan di Miangas. Tahun ini akan dibangun landasan perintis sehingga nantinya ada penerbangan di sini," kata Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.

Pembebasan lahan landasan perintis seluas 1200x175 meter persegi di atas areal kebun kelapa saat ini masih berlangsung. Menurut Kepala Desa Miangas, Suwardi Padeng, pembangunan rencananya dimulai Agustus tahun ini.

"Semoga ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Miangas," ujar Suwardi, kepala desa yang berusia 28 tahun itu.

Suwardi juga berharap pemerintah memberikan fasilitas beasiswa kepada pelajar Miangas yang ingin melanjutkan universitas sehingga nantinya mereka akan kembali ke Miangas dan membangun bersama-sama pulau yang menjadi benteng Indonesia di ujung utara itu.

Sehingga nantinya, Pulau Miangas akan menjadi pulau terdepan yang tidak tertinggal. Dan meskipun jauh di tepi Samudera Pasifik, Miangas tetap terasa "tetap" dekat dengan Indonesia.

"Sekalipun di ujung, kami tetap cinta Indonesia," tambahnya.



Penjaga Perbatasan Miangas 




Dua prajurit Korps Marinir melakukan patroli di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Senin (20/5). Pulau Miangas merupakan pulau terdepan bagian utara Indonesia yang dijaga sepuluh prajurit marinir dan merupakan salah satu dari 92 pulau terdepan Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga. 

Ekspedisi Merajut Indonesia 

Sejumlah penduduk memperhatikan KRI Slamet Riyadi yang singgah di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Senin (20/5). KRI Slamet Riyadi menyertai rombongan Ekspedisi Merajut Indonesia yang digagas Kementerian Pemuda dan Olahraga ke pulau-pulau terdepan Indonesia salah satunya Pulau Miangas yang terletak di bagian paling utara timur Indonesia.


Pulau Miangas 




Sebuah rumah tidak lagi ditinggali di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Senin (20/5). Pulau Miangas merupakan pulau terdepan bagian utara Indonesia yang kerap terisolasi jika terjadi gelombang laut yang ganas dari Samudera Pasifik. Air pasang yang tinggi bisa menjangkau 100 hingga 200 meter ke wilayah daratan.



Ekspedisi Merajut Indonesia 



Prajurit TNI-AL awak KRI Slamet Riyadi melakukan "peran muka belakang" usai melakukan perjalanan Ekspedisi Merajut Indonesia ke Pulau Miangas, ketika akan bersandar di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, Selasa (21/5). Kapal perang bekas AL Belanda buatan tahun 1963 itu biasanya bertugas sebagai armada patroli ke wilayah perbatasan Indonesia.







Sumber : Antara