BANDUNG-(IDB) : Dalam
dunia militer, alat komunikasi (Alkom) memiliki nilai penting bagi
keberhasilan suatu kegiatan operasi militer. Alat komunikasi dibutuhkan
antara lain untuk membantu pasukan yang ada di lapangan berhubungan
dengan unit-unit lainnya yang berada di tempat berbeda.
Alat komunikasi yang banyak dipakai pihak militer di dunia sekarang ini adalah yang mudah dibawah ke mana-mana dalam berbagai medan. Saat ini, kebanyakan alat komunikasi untuk kegiatan militer diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri. Tentunya harga jual yang dipatok juga tergolong mahal.
Namun saat ini, Indonesia juga sudah mampu memproduksi alat komunikasi untuk dunia militer yang tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk serupa buatan luar negeri. Adalah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang menggalang kerjasama dengan PT Len Industri (Persero) untuk membuat dan mengembangkan alat komunikasi untuk dunia militer. Kerjasama tersebut telah menghasilkan suatu produk alat komunikasi yang diberi nama Alkom Fiscor-100.
Kegiatan produksi Fiscor-100 telah mulai dilaksanakan PT Len Industri sejak Agustus 2010 lalu. Hingga Oktober 2010, sudah 30 unit yang diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Ke-30 unit Alkom Fiscor-100 itu telah diserahkan Menristek kepada Kementerian Pertahanan untuk dilakukan ujicoba oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di berbagai medan terhadap alat tersebut.
Menurut Nurman Setiawan, bagian pemasaran PT Len Industri, kegiatan ujicoba itu dilakukan agar user (pengguna) bisa mencoba alat komunikasi tersebut sebelum membeli dan diharapkan adanya masukan-masukan dari user mengenai kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada alat itu.
Selain itu, ujicoba di lapangan dengan berbagai medan juga diperuntukkan agar produsen bisa mendapatkan bahan masukan bagi pengembangan alat tersebut di kemudian hari. Kegiatan ujicoba diperkirakan memakan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lambat satu tahun.
Alat komunikasi yang banyak dipakai pihak militer di dunia sekarang ini adalah yang mudah dibawah ke mana-mana dalam berbagai medan. Saat ini, kebanyakan alat komunikasi untuk kegiatan militer diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri. Tentunya harga jual yang dipatok juga tergolong mahal.
Namun saat ini, Indonesia juga sudah mampu memproduksi alat komunikasi untuk dunia militer yang tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk serupa buatan luar negeri. Adalah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang menggalang kerjasama dengan PT Len Industri (Persero) untuk membuat dan mengembangkan alat komunikasi untuk dunia militer. Kerjasama tersebut telah menghasilkan suatu produk alat komunikasi yang diberi nama Alkom Fiscor-100.
Kegiatan produksi Fiscor-100 telah mulai dilaksanakan PT Len Industri sejak Agustus 2010 lalu. Hingga Oktober 2010, sudah 30 unit yang diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Ke-30 unit Alkom Fiscor-100 itu telah diserahkan Menristek kepada Kementerian Pertahanan untuk dilakukan ujicoba oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di berbagai medan terhadap alat tersebut.
Menurut Nurman Setiawan, bagian pemasaran PT Len Industri, kegiatan ujicoba itu dilakukan agar user (pengguna) bisa mencoba alat komunikasi tersebut sebelum membeli dan diharapkan adanya masukan-masukan dari user mengenai kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada alat itu.
Selain itu, ujicoba di lapangan dengan berbagai medan juga diperuntukkan agar produsen bisa mendapatkan bahan masukan bagi pengembangan alat tersebut di kemudian hari. Kegiatan ujicoba diperkirakan memakan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lambat satu tahun.
Miliki Keunggulan
Nurman menjelaskan, Alkom Fiscor-100 merupakan alat komunikasi yang dibuat oleh tenaga-tenaga ahli dari dalam negeri yang berasal dari Kemenristek dan PT Len Industri. Alat ini dibuat dengan mengkombinasikan teknologi yang ada pada alkom buatan Australia dan Prancis sehingga dipastikan Alkom Fiscor-100 lebih maju dari produk kedua negara tersebut.
Kandungan lokal yang dimiliki oleh alat itu kini telah mencapai 85%. Hanya komponen berupa handset, komponen elektronika dan conector yng masih harus diimpor. Menurut Nurman, kegiatan impor terhadap komponen-komponen itu terpaksa dilakukan karena di dalam negeri sendiri belum ada pabrik yang membuat komponen-komponen tersebut.
Karena dibuat oleh tenaga ahli dari dalam negeri, Alkom Fiscor-100 juga memiliki sejumlah keunggulan lainnya jika digunakan oleh pihak TNI. Keunggulannya itu antara lain siitem sekuriti nya bisa didesain oleh tenaga-tenaga lokal sehingga tidak sama dengan sistem yang digunakan di luar negeri. Alat ini juga bisa dicustomisasi sesuai keinginan.
Desain operasional dan maintenance dibuat sederhana sehingga mudah bagi pengguna dan teknisi untuk melakukan kegiatan operasional dan perawatan. Selain itu, di kelas HF, Alkom Fiscor-100 memiliki kecepatan hoping yang sangat tinggi sehingga bisa dipilih kecepatan 5 hope/second, 10 hope/second, 20 hope/second dan 50 hope/second.
Keunggulan lainnya adalah soal harga jual. Menurut perhitungan PT Len Industri, harga jual satu unit Alkom Fiscor-100 berkisar antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Harga itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produk serupa buatan luar negeri yang mencapai Rp 250 juta hingga Rp 500 juta/unit.
Kemampuan Alkom Fiscor-100 untuk menembus pasar yang sangat potensial itu kini bergantung pada hasil ujicoba yang tengah dilakukan pihak TNI di sejumlah medan. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri juga memegang peranan penting bagi pengembangan Alkom Fiscor-100.(Sumber : Majalah Kina, Edisi 01 – 2011, Halaman 38-39)
Spesifikasi:
Technology Base: Software Based Radio
Security System Base: ISCOP100 (Integrated Secure Communication Protocol)
Hop Speed: Programmable 5/10/25/50/Random hop/sec
Frequency Range: 2-30Mhz
Channel Capacity: 100 programmable Channel
Modulation Mode: J3E (LSB;USB) ; J2A (CW); J2B (AFSK)
Tuning Step: 100Hz
Clarify Step: 10Hz
RF Output Power: Max 20W PEP
Sensitivity: -110 dBm for 10 dB S/N
Frequency Stability: 2ppm
Receiver Selectivity: 2.4kHz @-6db; 4kHz @-60dB
RF Connection: Whip with internal ATU (selecable WHIP : W1.5, W3.0, Wire) & Dipole @50 Ω
Supply Voltage: 12-16.8 VDC
Average battery life: 24 hour
Audio Output: 250mW @8Ohm
Temperature Range: -10C – 50C
IP Rating: IP67
Vibration: Ground Tactical
Immertion: 1 meter of water for 1 hour
Dimension: 250mm (width) x 90mm(deep) x 320mm (high)
Weight: 3.5kg (without battery pack), 5.5kg (with battery pack)
Standard: MIL-STD-810F shock, vibration, dust & amp; spray
Sumber : BUMN
Sudah bettle proven belum?? Atau ini tuk menghibur hati. Ano cinta republik indonesia
BalasHapusMoga dipake dulu buat TNI-POLRI,jangan sampe nunggu pak yusuf kalla nyuruh pake buatan dalam negeri.
BalasHapusYg dimaksud kualitas luar negri itu negeri mana? Maksudnya sekelas dg buatan Harris, Tadiran, atau kelas Kenwood?
BalasHapusBangga sih pasti karena ToT dg produsen luar berhasil sehingga muncul produk baru "Friscor" namun kan belum uji coba atau bahkan belum battle proven, sebaiknya kalau sdh lulus keduanya dan siap menuju production line untuk sekian ribu unit pesanan TNi nah baru di gembar gemborkan yg keras keluar. Ingat konsumen itu sangat kejam dan "Friscor" juga masih taraf menengah teknologynya di bandingkan dg Alkom Siskom yg sdh lebih modern teknologynya.
Lanjutkeun, jgn separo-separo kalo berjuang. Selamat...!!!!!
POLITIK
BalasHapusPKR dakwa pegawai SPR buka beg kertas undi
Mei 21 2013
Seorang pemimpin cabang Angkatan Muda Keadilan (AMK) mendakwa pegawai Suruhanjaya Pilihan Raya membuka beg mengandungi kertas undi yang disimpan di pejabat jajahan di Ketereh, Kelantan dalam kejadian pada 7 Mei tanpa kebenaran dari Mahkamah Tinggi.
Ketua AMK Ketereh Mohd Sukirman Mustafa memberitahu Malaysiakini, beberapa orang anggota parti dan orang awam membuat laporan polis berhubung kejadian itu pada 16 Mei.
Menurut Sukirman, pegawai SPR hadir bersama anggota polis dan mendakwa memperolehi arahan dari pegawai atasan untuk berbuat demikian, walau peraturan pilihan raya menetapkan bahawa beg kertas undi hanya boleh dibukan dengan perintah Mahkamah Tinggi.
Bagaimanapun, pegawai yang membuka materi keselamatan di beg berkenaan tidak mengeluarkan apa-apa daripada beg yang disimpan di pejabat Majlis Daerah Ketereh.
“Mereka hanya membuka beg dan menyelongkar sedikit, tapi tidak mengeluarkan apa-apa,” kata Sukirman.
Katanya cabang PKR di situ dimaklumkan oleh seorang individu yang memberitahu bahawa beg tersebut dibuka oleh pegawai SPR pada kira-kira jam 11 pagi pada 7 Mei.
Sukirman berkata anggota PKR merakam gambar pegawai SPR tersebut yang membuka beg berkenaan dan kini menunggu penjelasan mengenai perkara itu daripada SPR.
Parti berkenaan kini menimbang untuk mengemukakan kes tersebut ke mahkamah.-mk