Pages

Jumat, Mei 17, 2013

Lanud Iswahjudi Terima Kunjungan Team KAI

http://lanud-iswahjudi.mil.id/galeri/img_gambar/668452.jpg       
MAGETAN-(IDB) : Pen Lanud Iwj, Magetan (15/5). Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., menerima kunjungan team dari Korea Aerospace Industries (KAI), terkait pemesanan 16 pesawat T-50i Golden Eagle, pemerintah Indonesia, untuk menggantikan pesawat HS Hawk MK-53 yang dioperasikan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Rabu (15/5). 

Tim dari Korea Aerospace Industries (KAI), yang terdiri dari Mr. Ki Bong Ko (Manager/Castomer Support KIA), Mr. Hee Shin Lee (Deputy Senior Manager/ Castomer Support Team), Mr. Byung Ick Seo (Deputy Senior Manager/ Castomer Support KIA), Mr. Jinho Lee Manager (Human Resources Management & Devolopment Team), melihat dan memastikan kelengkapan dan kesiapan Lanud Iswahjudi dalam penerimaan pesawat T-50 Golden Eagle.

Sementara Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., dalam menerima ke-empat team dari Korea Selatan, yang didampingi Kadispers Kolonel Nav Agus Priyanto, Kadislog Letkol Tek Hevryanto, serta kepala proyek pesawat T-50i Kolonel Tek Agus Risnadi, mengatakan bahwa terkait akan datangnya 16 pesawat T-50i Golden Eagle, Lanud Iswahjudi akan mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan serta menjamin keamanan personel dari Korea selama di Lanud Iswahjudi.

Keterangan Gambar : Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., saat menerima kunjungan Tim dari Korea Aerospace Industries (KAI), diruang kerjanya, Rabu (15/5).






Sumber : TNI AU

650 TNI Satgas Pamtas Tiba Di Nunukan

NUNUKAN-(IDB) : Sebanyak 650 prajurit TNI AD dari batalion infanteri 141/Aneka Yudha Jaya Prakosa Palembang, Sumatera Selatan tiba di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara dengan menggunakan KRI Teratai dengan nomor lambung 509.

Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Batalion 141/Aneka Yudha Jaya Prakosa Palembang Sumsel, Letkol Inf Feksi D Angin di Nunukan, Kamis menjelaskan keberadaannya di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan RI.

Ia juga mengatakan, sebagai prajurit TNI AD yang diberikan tanggung jawab dari negara menjaga keamanan negara selama enam bulan ke depan hingga November 2013.

"Ini tugas negara untuk menjaga wilayah perbatasan dan mempertahankan kedaulatan NKRI," tegasnya.

Feksi D Angin menambahkan, dari 650 prajurit yang tiba di Kabupaten Nunukan tiga diantaranya adalah Korps Wanita TNI AD (Kowad) yang akan membantu prajurit dalam bidang kesehatan.

Menurut dia, ketiga prajurit Kowad itu dua orang tenaga perawat dan satu orang dokter yang berpangkat letnan dua (letda).

Ke 650 prajurit tersebut, lanjut dia, akan bertugas menjaga 31 pos perbatasan Indonesia -Malaysia yang tersebar di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan dengan Sabah Malaysia dan Kabupaten Malinau Kalimantan Utara dengan Sarawak Malaysia. 





Sumber : Antara

Open Ship KRI Frans Kaisiepo-368 Di Imdex Singapura

CHANGI-(IDB) : Disela-sela mengikuti kegiatan International Maritime Defence Exhibition & Conference (IMDEX) Asia 2013 yang diselenggarakan di Singapura, KRI Frans Kaisiepo-368 mengadakan open ship selama satu hari, Kamis (16/5). 

Dalam open ship tersebut KRI Frans Kaisiepo-368 menerima kunjungan sebanyak 200 pelajar setingkat SD, SMP dan SMU Singapura-Indonesia. Mereka sangat antusias ingin mengenal lebih dekat tentang kapal perang tercanggih milik Indonesia saat ini.

Rombongan pelajar ini diterima dengan hangat oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Arif Badrudin di geladak hely dilanjutkan dengan penjelasan mengenai seluk beluk kapal perang klas SIGMA ini kepada para pelajar. 

Banyak dari mereka yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kapal ini, baik persenjataannya, peralatan navigasi, akomodasinya dan lain sebagainya, terbukti banyak diantara mereka mengajukan pertanyaan tentang kondisi kapal kepada Komandan. 

Dengan senang hati dan penuh keakraban Komandan menerangkan semua pertanyaan yang dilontarkan para pelajar kritis tersebut.

Kemudian rombongan pelajar melanjutkan dengan melihat-lihat ruangan kapal dan anjungan, di setiap ruangan mereka mendapat penjelasan dari pemandu prajurit KRI FKO-368. 

Dalam kunjungan tersebut, para pelajar juga disuguhi peragaan busana khas TNI Angkatan Laut yang digelar di geladak Hely. 

Peragaan busana meliputi Pakaian Dinas Harian (PDH), Pakaian Dinas Harian Layar (PDHL), Pakaian Dinas Harian Khusus (PDH Khusus), Pakaian Angkatan Laut Internasional Black Navy serta pakaian khas milik Pasukan Katak TNI Angkatan Laut yang diperagakan oleh personel Kopaska yang on board di kapal. 






Sumber : Koarmatim

Lanal Ranai Dan Simelue Diperkuat Dua Kapal Patroli Baru

JAKARTA-(IDB) : Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ranai dan Lanal Simelue sebagai salah satu pangkalan jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat  memiliki tugas tanggung jawab di perairan yang berbatasan dengan negara tetangga diperkuat dengan unsur baru Kapal Angkatan laut (KAL) guna  operasi terbatas di sekitar pulau-pulau yang berbatasan dengan negara tetangga.
 
KAL Sinabang II-I-62 yang direncanakan untuk memperkuat Pangkalan Angkatan laut  Simelue dan KAL Sengiap II-4-55 direncanakan dioperasikan oleh Pangkalan Angkatan Laut Ranai saat ini telah siap operasi dan akan didistribusikan  dalam rangka memperkuat kegiatan operasi di wilayah kawasan yang menjadi tanggung jawab Lanal Ranai dan Lanal Simelue.
 
KAL Sinabang  saat ini telah diawaki dengan komandan kapten laut (P) Teguh Budi Santosa  dan anggota sejumlah 15 terdiri dari perwira , Bintara dan Tamtama. Sedangkan KAL Sengiap saat ini dengan komandan kapten laut (P) M Hadi P.
 
KAL Sinabang dan KAL Sengiap tersebut dibangun oleh salah satu mitra kerja di kawasan Bekasi Jawa Barat, memiliki kemampuan berlayar  dengan kemampuan terbatas  dan akan dioperasikan melaksanakan patroli terbatas di perairan-perairan dan selat di sekitar pulau-pulau.
 
Hal tersebut dilaksanakan guna menindak sejak dini terhadap tindak pelanggaran di laut khususnya yang terjadi di kawasan pantai dan perairan sekitar pulau-pulau perbatasan yang menjadi tanggung jawab Pangkalan Ranai dan Simelue sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 
Kegiatan operasional KAL  tersebut secara langsung dioperasikan oleh Pangkalan Angkaan Laut dan dalam kegiatan operasi dipadukan dengan gelar operasi yang dilaksanakan oleh Gugus Tempur Laut dan  Gugus keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat dalam rangka mengamankan perairan wilayah barat khususnya yang berbatasan dengan negara tetangga. 





Sumber : Koarmabar

Seminar Maritime Security Dalam IMDEX ASIA 2013

CHANGI-(IDB) : Dalam International Maritime Defence Exhibition & Conference (IMDEX) Asia 2013, juga diselenggarakan Seminar Maritime Security di Changi Citizen Convention Center, Singapura. Pembukaan seminar telah dilaksanakan kemarin, Rabu (15/5) dengan diikuti peserta IMDEX Asia 2013 dari negara-negara Asia Pasifik.

Pada seminar Maritime Security ini,   TNI Angkatan Laut   turut andil sebagai pembicara yang dilaksanakan oleh Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal  Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana dengan didampingi  Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Ade Supandi serta Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut  (P) Arif Badrudin. Dengan adanya kegiatan seminar tersebut diharapkan dapat  memelihara dan meningkatkan hubungan kerja sama antar negara di Asia Pasifik, serta dapat mewujudkan stabilitas keamanan regional  kawasan Asia Pasifik,

Pada malam harinya  dilaksanakan acara Cocktail Party yang dilaksanakan di geladak Hely KRI Frans Kaisiepo-368. Acara dimeriahkan dengan tarian tradisional Indonesia  diantaranya Tari Saman  dan Tari Perang   serta hiburan Band yang dibawakan oleh prajurit KRI. 

Dalam acara Cocktail Party tersebut dihadiri Kepala Staf Angkatan Laut Singapura Ng chee Peng serta pejabat Angkatan Laut Indonesia dan para undangan pejabat Angkatan Laut berbagai negara yang terlibat Imdex Asia-2013. Pada kesempatan tersebut, Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut  (P) Arif Badrudin menyerahkan cindera mata kepada Chief of Staff Republic of Singapore Navy Ng Chee Peng sebagai ungkapan terima kasih atas kehadirannya.





Sumber : Koarmatim

Dibalik Sebab Alotnya Negosiasi ToT Kapal Selam Korea Selatan

Model Kapal Selam Changbogo
Model Kapal Selam Changbogo

JKGR-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro tiba tiba menyampaikan kabar mengejutkan terkait kontrak pengadaan tiga kapal selam Changbogo buatan Korea Selatan. Menurut Purnomo Yusgiantoro,  Korea Selatan meminta Indonesia tidak terlibat langsung  pembuatan kapal selam berbobot 1.500-1.600 ton tersebut, melainkan cukup melihat proses pembuatannya di  Galangan Kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korsel.

Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis mengatakan, dalam perjanjian alih teknologi itu, Indonesia meminta perwakilan PT PAL ikut serta dalam perakitan kapal selam. Tapi pihak Korea Selatan tidak setuju. “Mereka meminta Indonesia Learning by seeing atau cukup melihat proses pembuatan saja,” kata Rachmad. Korea beralasan, galangan kapal Daewoo dikejar target pemesanan kapal selam dari sejumlah negara. Mereka khawatir keterlibatan Indonesia dalam perakitan akan mengulur waktu.
Kok jadi begini ?

Dulu, ketika kontrak ditandatangani, Kementerian Pertahanan mengatakan, pembangunan tiga kapal selam menggunakan skema:  Kapal selam pertama dibangun di Korea Selatan. Kapal selam kedua juga di Korea Selatan namun bersama dengan  PT PAL Indonesia. Adapun kapal selam ketiga  digarap di galangan PT PAL Surabaya.

Indonesia rela membeli kapal selam KW 1 U-209 , karena ingin mendapatkan transfer teknologi. Jika tidak ada unsur transfer teknologi di dalamnya, tentu Indonesia akan membeli kapal selam yang sudah terbukti handal seperti Kilo / BNV Class buatan Rusia yang dijuluki  ”The Ocean Black Hole” karena kesenyapannya. Kapal selam Kilo juga mengangkut rudal Klub S yang memiliki jangkauan tembakan 300 km.

Kapal selam Kilo telah digunakan banyak negara, antara lain: China, India, Iran, Vietnam dan Rumania. Sementara Changbogo, hanya digunakan oleh Korea Selatan.  Ketangguhan kapal selam Kilo juga diakui petinggi TNI AL saat itu, dengan mengatakan: “Masak kita tidak ingin membeli kapal selam yang juga bisa melakukan pre-emptive strike, menyerang ke negara musuh, bukan hanya mutar-mutar di halaman rumah sendiri, seperti anjing kampung”.

Tender Kapal Selam

Loading Rudal Klub-S ke Kapal Selam Kilo
Loading Rudal Klub-S ke Kapal Selam Kilo
Dalam tender pengadaan 3 kapal selam waktu lalu, Rusia maju menawarkan kapal selam Kilo Class. Namun opsi pembelian kapal selam Kilo dibatalkan karena tidak ada unsur transfer teknologi, sesuai arahan Presiden SBY dalam pengadaan alutssita.

Di saat yang sama datang Korea Selatan menawarkan kapal selam Changbogo, turunan dari U-209 Jerman dan  siap melakukan transfer teknologi.

Di saat-saat terakhir, Turki juga mengajukan penawaran. Turki sangat percaya diri akan menjadi pememang karena mengantungi lisensi U-209 dari HDW Jerman  beserta teknologi AIP-nya. Tapi entah mengapa, Turki pun mental dalam tender ini. Kemungkinan karena dianggap terlambat mengajukan penawaran.

Masyarakat pun bertanya-tanya mengapa Korea Selatan tiba-tiba membatalkan transfer teknologi dari kapal selam itu ?.

Usut punya usut, muncullah pernyataan dari anggota Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin. Menurut Mantan Sekretaris Militer Presiden ini, kapal selam Changbogo Korea Selatan menggunakan teknologi Jerman, di mana Jerman hanya memberikan lisensinya kepada kepada Turki.
“Kita dapat surat dari pemerintah Jerman yang isinya mempertanyakan langkah pemerintah RI membeli kapal selam dari Korsel, yang menggunakan sistem teknologi yang dimiliki Jerman. Di mana, dalam surat tersebut disebutkan bahwa pihak Korsel tidak mendapat lisensi teknologi dari Jerman. Lisensinya hanya diberikan pada Turki saja,” tuturnya.
Menurut Mayjen purnawirawan TB Hasanuddin,  surat dari Jerman itu memperingatkan Indonesia agar hati-hati atas kapal selam yang dibeli dari Korsel . Hal ini mengingat tidak ada jaminan lisensi dari negara pemilik teknologinya. Secara etika, semestinya Korsel harus minta ijin dulu ke Jerman. Tapi sampai saat ini, Korea Selatan belum melakukannya.

Tampaknya tidak adil jika kita hanya menyalahkan pihak Korea Selatan. Yang juga perlu dikaji, bagaimana pihak Indonesia bisa menyetujui perjanjian itu bila terbukti tidak ada transfer teknologi di dalamnya. Jika Indonesia merasa yakin ada klausal transfer teknologi, tentunya akan percaya diri untuk menggugatnya. Apakah Indonesia akan menggugat Korea Selatan ?. Tanda tandanya belum terlihat.

Kita kilas balik sedikit tentang kasus pengadaan 4 Korvet Sigma dari Belanda. Saat itu digembar gemborkan bahwa korvet Sigma  bagian dari road map Korvet Nasional. Pembangunan terakhir Korvet Sigma akan dilakukan di Indonesia. Kontrak pun ditandatangani, namun semua korvet itu akhirnya di bangun di Belanda.

Apa sebenarnya yang terjadi atas kasus pengadaan kapal Selam Changbogo Kore Selatan dan Korvet Sigma Belanda tersebut ?.

Komisi Pertahanan DPR meminta Kementerian Pertahanan meninjau kembali nota kesepahaman kerja sama pembelian tiga kapal selam itu. “Jangan sampai teledor dan berujung negara merugi karena tidak maksimal mendapatkan transfer teknologi,” ujar anggota Komisi Pertahanan, Yahya Sacawiria.

Persoalan itu memang harus diselesaikan secara transparan agar tidak terulang kembali di masa depan.

Ada satu kisah menarik ketika saya berkendara sore hari di sebuah lapangan, di Mekah Arab Saudi. Saya disupiri oleh seorang warga Arab Saudi campuran Indonesia. Dia bercerita tentang lapangan yang sedang kami lalui. Lapangan  yang lebih rendah satu meter dari jalan raya itu, pernah dilanda banjir dan menewaskan seorang anak.  Kejadian ini membuat Raja Arab Saudi marah dan meminta dilakukan pengusutan mengapa bisa terjadi banjir. Kesimpulan dari pengusutan adalah, drainase di sekitar lapangan dan jalan raya, terlalu kecil, tidak bisa menampung debit air dan tidak sesuai dengan maket yang telah disepakati sebelumnya. Namun pembangunan drainase itu telah dilakukan puluhan tahun silam.

Apa yang terjadi…?. Raja Arab Saudi memerintahkan Polisi untuk memburu mandor dan para pekerja yang membangun drainase itu. Sebagian dari mereka sudah kakek-kakek karena membangun drainase itu puluhan tahun yang lalu. Namun mereka tetap dimasukkan ke penjara dengan hukuman yang bertingkat karena lalai dalam melakukan pekerjaannya. Kisah ini menyebar luas ke seluruh warga. Dan tentunya anda sudah bisa menduga, apa yang terjadi dengan proyek-proyek pembangunan di Arab Saudi setelah peristiwa itu. Tidak ada yang berani main-main atau teledor.







Sumber : JKGR

Berita Foto : Pameran Alutsista Di Bandung Sambut HUT Kodam Siliwangi

BANDUNG-(IDB) : Kota Bandung Jawa Barat, tepatnya di lapangan Gasibu, tiba-tiba dipenuhi berbagai peralatan tempur. Mulai dari Tank, Panser, Meriam hingga Helikopter semuanya berkumpul disitu. Tak perlu kuatir, ini bukanlah persiapan perang. Kedatangan alutsista TNI-AD tersebut dalam rangka pameran menyambut HUT Kodam Siliwangi.


Dari beberapa alutsista yang sudah tiba, diantaranya adalah heli Nbell-412, Nbo-105, Tank Scorpion, Tank AMX-13, serta berbagai jenis meriam. Tidak ketinggalan produk kebanggaan nasional yaitu panser Anoa dan Komodo. Nah, jika anda berakhir pekan di Bandung, sempatkanlah menengok ke Lapangan Gasibu.  






Sumber : ARC 

Kembali 2 Flanker Pesanan TNI AU tiba Di Makassar



MAKASSAR-(IDB) : Hari Kamis (16/05), sekitar pukul 18:00 WITA pesawat raksasa AN-124 mendarat di Lanud Hasanuddin Makassar. Pesawat ini membawa tambahan 2 buah Su-30MK2 tambahan pesanan Indonesia, dari 6 yang dipesan. 2 buah sebelumnya sudah tiba pada februari lalu, dan kini TNI-AU tinggal menunggu 2 buah lagi yang diperkirakan datang pada bulan Juni. Berikut adalah foto kedatangan pesawat AN-124 di Makassar. Pesawat Su-30Mk2 sendiri kini dalam proses diturunkan. Tunggu foto-foto penampakan berikutnya di www.arc.web.id



Detik-detik Kedatangan Su-30Mk2 TNI-AU 


Seperti sudah dijanjikan sebelumnya, ARC akan mempersembahkan detik-detik kedatangan 2 buah pesawat Su-30MK2 di Makassar. Dan inilah dia...! Namun kami mohon maaf, karena yang kami tampilkan bukanlah foto, melainkan video.



Dengan video, anda bisa menyaksikan secara jelas proses penurunan jet tempur kebanggaan TNI-AU tersebut. Dengan kedatangan 2 pesawat ini, total sudah ada 14 buah jet Sukhoi mengisi skadron udara 11 di Lanud Hasanuddin Makassar. 2 pesawat tambahan akan tiba diperkirakan pada bulan Juni. psssttt... dalam waktu dekat, persenjataan untuk sukhoi juga akan tiba.







Sumber : ARC

Lockheed Martin Ready To Commit To Help KFX Project

SEOUL-(IDB) : Lockheed Martin’s F-35 Joint Strike Fighter (JSF) is seen as one of strongest candidates to win the FX (Fighter Experimental) III project thanks to its stealth function. However, some critics are expressing concerns about the foreign military sales (FMS) program.

They say that should the U.S. aerospace and defense giant win the 8.3-trillion-won ($7.5 billion) bid, Korea will not be able to take advantage of the most-expensive procurement deal in history.

That’s because unlike direct commercial sales (DCS), the government-to-government FMS in which Washington would broker a contract between Seoul and Lockheed Martin is likely to restrict the U.S. company from transferring technology, which Korea plans to use in the project aimed at replacing its aging fleet of F-4s and F-5s.

However, Randy Howard, Lockheed Martin’s director of the Korea F-35 campaign, says Lockheed Martin is open to technology transfer and willing to make strong and solid commitments to help Korea with the project on the back of its track record.

“Lockheed is offering a robust industrial participation, offset, and technology transfer program. The offer includes the opportunity for the Korean industry to participate as a best value global supplier in the F-35 program, manufacturing the center wing and horizontal and vertical tails of the plane,” the American told The Korea Times.

“We’re also offering a robust technology transfer program for Korea’s KF-X indigenous fighter program. This offer includes a large contingent of Lockheed Martin engineers to assist in the design and development of the aircraft as well as an extensive amount of technical data drawn from the company’s existing fighter aircraft programs.”

He cited the T-50 as the firm’s proven track record of delivering on its offset commitments, saying the training jet, manufactured by the Korea Aerospace Industries (KAI), is the product of a program that delivered technology transfer and an industrial partnership as part of the F-16 Korea Fighter Program (KFP).

Currently, along with the F-35, Boeing’s F-15 Silent Eagle (SE) and the European Aeronautic Defense and Space Company’s (EADS) Eurofighter Typhoon are competing to win the FX contract that will purchase a high-end fleet of 60 combat aircrafts and start deploying them from 2016. The Defense Acquisition Program Administration (DAPA) plans to come up with a winner by the end of June.

There is negative public sentiment about the F-35 due to the FMS, under which details of the plane’s sale must meet U.S. government regulations.


However, Howard said there is no difference between the FSM and DCS, given the export of the technology process is the same for both.


“It is the same offices, same people, same restrictions, same enablement, and the fact that it is FMS has no additional bearing on potential export or non-export of the technology to Korea. For both FMS and DCS, they both have to go to the same State Department and the same offices have to approve the transfer,” he said.


In addition, he stressed that Lockheed Martin has been very successful in getting approval and working with the U.S. government under the FMS program.


“It’s important to have a contractor who knows how to sit down and work with the U.S. government to describe the programs and get the approvals for the export of technology,” he said.


“Lockheed Martin has done this better all around the world. We set licensed co-production of F-16s here in Korea. We worked with the Japanese industry for the production of their aircraft, the F-2. We have licensed co-production for F-16s in Turkey. So all around the world we have successfully established indigenous production programs based on the F-16 and other products.”

Along with technology transfer, the cost of the high-end fleet of fighter jets is expected to play a key role.


But the Defense Security Cooperation Agency (DSCA) notified the U.S. Congress in March of a potential FMS of 60 F-35 conventional takeoff and landing (CTOL) aircraft and associated equipment, parts, training and logistical support for an estimated cost of $10.8 billion, which is way beyond DAPA’s expectations.


Howard is confident that the final cost of an F-35 program for Korea will go down, calling it a “cost ceiling.”


“The production cost of the F-35 has been reduced by 50 percent from the first year of production to the fifth year of production,” he said.


“We are in final negotiations with the U.S. government on the sixth and seventh production lots and further cost reductions will be realized. The final cost of an F-35 program will be based upon discussions that occur between the Korean and U.S. governments.”


Among the three candidates, the F-35 is the only fifth-generation multirole fighter and the director said it provides a quantum lead in capability over all fourth-generation ones.


“2G phones are functional. You can do two things ― make phone calls and get email. But it does not have any apps. It’s limited in how it functions in today’s world and for the future. It’s at the end of its production life. That is a very similar analogy to a fourth-generation airplane. It’s at the end of its production and has limited functionality, and its future is not very bright,” he said.


“And yet, smartphones change how you live your life. You can do so many more things with a smartphone: You can put new software on it because there are applications out there which you can plug and play very easily. Smartphones are multitasking and this is what the F-35 does. It multitasks.


“If I came to you and said I want you to buy 60 2G phones, and I will give you all the software that goes with it. Would this be a good deal for you? The real point I’m making is that, Korea already has the vast majority of the software, capabilities, and technology to build fourth-generation aircraft.”






Source : KoreaTimes

Parlemen Korsel Optimistis KF/IF-X Project Jalan Terus

SEOUL-(IDB) : Wakil Ketua DPR Korea Selatan, Park Byeong-seug, mengaku optimistis proyek kerja sama pembuatan pesawat tempur canggih Korean Fighter Xperiment (KFX), akan kembali berjalan setelah sebelumnya ditunda.

Hal itu bisa terjadi karena kerjasama yang terjalin antara parlemen Indonesia dengan Korsel semakin mendalam sehingga mempermudah proses komunikasi di antara kedua belah pihak. "Kami meyakini dengan komunikasi yang lebih lancar di antara kedua pihak akan menyelesaikan semua masalah yang tengah dialami," ujar Byeong-seug.

Ditemui usai menghadiri seminar bertajuk Indonesia-Korea Forum 2013: enhancing the Korea-Indonesia Middle Power Partnership, Byeong-seug yakin dengan semakin dekatnya hubungan kedua negara, maka akan mempercepat titik temu untuk solusi berbagai masalah, termasuk proyek pesawat jet tempur tersebut.

Dia juga meminta bantuan media massa untuk terlibat dalam proses penyelesaian masalah yang dialami Korsel dengan Indonesia. "Karena hal ini tentunya untuk kebaikan Indonesia sendiri," ujar Byeong-seug.

Sebelumnya Indonesia dan Korea Selatan telah menyepakati pengembangan bersama pesawat tempur KF-X pada 15 Juli 2010 silam di ibukota Seoul. Pesawat jet tempur KF-X sebetulnya merupakan proyek lama "Republic of Korea Air Force" (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang.

Proyek ini sudah digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada Maret 2001, untuk menggantikan pesawat-pesawat yang sudah tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger. Dibandingkan F-16, KF-X diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistem "avionic" yang lebih baik serta kemampuan anti-radar .

Dalam kesepakatan itu, kedua pihak menyepakati 80 persen pembiayaan ditanggung negara mitra dan 20 persen ditanggung Indonesia. Kerja sama pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 itu dilakukan dalam tiga tahapan, yakni pengembangan teknologi sepanjang 2011-2012, tahap engineering dan manufacturing dan tahap ketiga adalah produksi.

Penundaan tiba-tiba terjadi di tahap kedua  karena Parlemen Korea belum menyetujui anggaran untuk tahap Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase) Program. Padahal Indonesia sudah mengeluarkan dana sebesar Rp1,6 triliun untuk proyek tersebut.






Sumber : Vivanews

Tidak Sesuai Spec, TNI AU Tolak Hibah Pesawat F-5 Korea Selatan

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara menyatakan menolak tawaran hibah pesawat tempur F-5 Tiger dari Korea Selatan lantaran tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

"Kami menolak tawaran hibah karena spesifikasi pesawat F-5 milik Korea Selatan berbeda dengan yang dimiliki Indonesia," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, usai menghadiri penutupan Sidang Umum dan Kongres Dewan Olahraga Militer Internasional atau Conseile International du Sport Militaire (CISM) Ke-68, di Jakarta, Kamis.


Menurut dia, pesawat F-5 milik Indonesia sudah banyak dimodifikasi, baik persenjataan atau avioniknya. Sedangkan, pesawat yang ditawarkan Korea Selatan minim modifikasi. "Perbedaan spesifikasi ini justru menjadi beban di biaya perawatannya. Kalau bisa kami diberi pesawat yang sama dengan yang kami punya," katanya.


KSAU mengaku, pihaknya telah menyampaikan kajian itu kepada Kementerian Pertahanan (Kemhan).


Sebelumnya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mengaku masih mempertimbangkan tawaran hibah pesawat F-5 dari pemerintah Korea Selatan karena harus meminta keputusan dari TNI AU selaku pengguna pesawat tempur.


DPR Dukung TNI AU Tolak F-5 Korea Selatan

Anggota Komisi Pertahanan DPR, Mayor Jenderal Purnawirawan Yahya Sacawiria, mendukung penolakan TNI AU terhadap hibah pesawat F5 Korea Selatan. "Sebab, yang tahu detil spesifikasi pesawat itu kan TNI AU," ujarnya, Kamis, 16 Mei 2013.


Menurut dia, TNI AU memang memiliki hak untuk menerima atau menolak tawaran pesawat dari Kementerian Pertahanan. Sebab, "TNI AU yang bakal mengoperasikan pesawat itu," katanya.


Ia meminta pemerintah tidak memaksa TNI AU untuk menerima hibah pesawat tersebut. Jika dipaksakan justru bisa merugikan. "Sebab, bakal jadi beban buat TNI AU yang sebelumnya menyatakan keberatan merawat pesawat itu," kata politikus Partai Demokrat itu.


Karena itu, katanya, Komisi I DPR RI mendukung sikap TNI AU. "Keputusan KSAU ini kami (Komisi I) dukung."


Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan menerima tawaran hibah pesawat F5 langsung dari pemerintah Korea Selatan. Purnomo mengaku sedang mempertimbangkan tawaran ini. Salah satu pertimbangan itu, yakni meminta keputusan dari TNI AU selaku pengguna pesawat tempur. Namun, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Ida Bagus Putu Dunia menolak tawaran tersebut. Dia beralasan ada perbedaan spesifikasi pesawat F5 milik Korea Selatan dengan Indonesia. Perbedaan itu berpotensi jadi beban dalam biaya pembiayaan.






Sumber : Republika

Akuisisi Leopard Tingkatkan Daya Tawar Indonesia Di Kancah Internasional

JAKARTA-(IDB) : Pakar hubungan internasional, Teuku Rezasyah, mengatakan, kesediaan Jerman menjual tank Leopard kepada Indonesia meningkatkan daya tawar Indonesia secara global, sekaligus membuka kesempatan kerja sama dengan berbagai alternatif kemitraan lebih menguntungkan.

"Itu menunjukkan posisi tawar Indonesia, sekaligus memperluas sumber pembelian persenjataan mutakhir," kata Rezasyah, di Jakarta, Rabu.

Pekan lalu, Kanselir Jerman, Angela Merkel, telah memberikan lampu hijau bagi produsen senjata Rheinmetall AG di Duesseldorf, Jerman untuk menjual 104 tank Leopard 2A4 termasuk versi evakuasi dan jembatan bergerak, dan panser angkut personel militer ke Indonesia.

Secara keseluruhan, Jerman pada pekan lalu setuju menjual 164 tank kepada Indonesia.

"Ke depan, akan memudahkan kita mengajukan opsi seperti imbal beli, kerja sama riset dan pengembangan, termasuk mekanisme pelayanan purna jual, dan keterlibatan industri strategis," katanya.

Lebih lanjut, kata dia, kemitraan ini juga harus dimanfaatkan baik dengan berbagai inisiatif dari pemerintah seperti adanya alih teknologi yang melibatkan perusahaan nasional.

"Ini bisa dipadukan dengan alih teknologi melibatkan industri strategis Indonesia, di antaranya PT Pindad," katanya.
Sumber : Antara

Leopard Diharapkan Datang Sebelum HUT TNI Tahun Ini

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan bahwa 164 tank yang dipesan dari Jerman akan tiba di Indonesia sebelum 5 Oktober 2013.

"Pengadaan tetap berjalan sesuai dengan rencana, kita harapkan pada tahun ini akan datang,... sebelum 5 Oktober alat-alat sudah datang," katanya di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, seusai mengikuti rapat terbatas bidang pertahanan.

Pada penghujung tahun 2012, Kementerian Pertahanan resmi menandatangani kontrak pengadaan main battle tank Leopard dengan sebuah perusahaan asal Jerman, Rheinmettal.

Pembelian tank seberat 63 ton ini juga sudah dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang ditandatangani pada November 2012 lalu. Rencananya, Indonesia akan membeli Leopard Ri dan A24 beserta tank sedang Marder seberat 33 ton.

Sementara itu seorang juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman sebagaimana dikutip AFP pekan lalu menyebutkan bahwa harga keseluruhan transaksi itu adalah sekitar 3,3 juta euro.

Pengiriman itu termasuk 104 tank Leopard 2 dan 50 kendaraan tempur infanteri Marder 1A2 serta amunisi dan kendaraan untuk medan pegunungan, pemasang jembatan dan penggusur tanah lapis baja.

Indonesia pertama kali membahas rencana pembelian tank itu pada kunjungan Merkel ke Indonesia pada 2012.

Juru bicara Merkel, Steffen Seibert, menyebut Indonesia mitra penting merujuk pada pernyataan Merkel yang memuji Indonesia sebagai teladan untuk keragaman agama.






Sumber : Antara