Pages

Rabu, Mei 15, 2013

Indonesia Turki Tandatangani MoU Joint Production Tank

JAKARTA-(IDB) : Setelah menjalin kerjasama erat dengan Korea Selatan, Indonesia kini juga mempererat hubungan kerjasama pertahanan dengan Turki. Dalam temu wartawan di Gedung Kemhan, Rabu (15/05) siang, Kementerian Pertahanan memastikan sejumlah kerjasama itu.  

Jumpa pers itu sendiri dilakukan oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan Pos Hutabarat, Dirtekind Dirjen Pothan Marsma TNI Darlis Pangaribuan, Serta juru bicara KKIP, Silmy Karim.


Salah satu yang menarik perhatian adalah kerjasama pembuatan tank antara Pindad dan FNSS Turki. Dari informasi yang ARC dapatkan sebelumnya, memang telah banyak komunikasi antara Indonesia dan Turki dalam bidang kerja sama pertahanan. Bahkan telah ditanda tangani pula MoU antara kedua negara. Namun, berbeda dengan Korea Selatan misalnya, belum ada satupun realisasi kerja sama antara Indonesia-Turki.


Kementrian Pertahanan selanjutnya menerangkan, kerjasama pembuatan Tank Indonesia Turki ini mirip dengan skema kerjasama pembuatan pesawat CN-235, yaitu dengan melakukan produksi bersama alias Joint Production. 

Pindad serta FNSS kini harus membuat proposal mengenai skema program dan pembiayaan, mulai dari desain hingga joint production. 

Dengan demikian bisa jadi tank Indonesia-Turki ini adalah jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, kemhan memastikan kelas tank yang dibuat ini dalam kelas Light hingga Medium Tank. Bagi Indonesia sendiri, Turki dipilih menjadi partner tak lain adalah untuk mengejar teknologi penggerak Tank. Dimana dalam hal ini, Pindad belum menguasainya.


Dalam catatan redaksi ARC, FNSS sendiri pernah mengirimkan Ranpurnya untuk dipelajari oleh Pindad. Ranpur ACV-300 itu bahkan diuji coba hingga ke waduk Jatiluhur. Namun, ditilik dari segi bobotnya yaitu sekitar 14 ton, ACV-300 termasuk ke dalam kelas Tank Ringan.





Sumber : ARC

KRI Patiunus-384 Patkor Dengan AL India

armabar-sub
SABANG-(IDB) :  Patroli terkoordinasi TNI AL dengan Angkatan Laut India dengan nama sandi  Patkor Indindo  digelar  yang ke 21 tahun 2013, TNI AL menugaskan KRI Patiunus-384, sedangkan angkatan laut India melibatkan kapal perang Indian Navy Ship (INS)  Mahish L 19 dan INS Bangaram T 65.

Patroli terkoordinasi 21/13 tersebut dilaksanakan di perairan wilayah perbatasan  negara masing-masing  negara guna melaksanakan operasi keamanan laut dan mengamankan jalur lalu lintas pelayaran internasional.

KRI Patiunus-384, dengan Komandan KRI Letkol laut (P) Tubagus Budi Wahyudi selama berada di Port Blair India  melaksanakan rangkaian kegiatan diantaranya kunjungan kehormatan, kunjungan kapal dan cocktail party  di geladak KRI .

Selain itu  KRI Patiunus-384 melaksanakan  latihan bersama diantaranya manuver taktis dan latihan komunikasi dengan kapal perang India pada saat memasuki dan meninggalkan wilayah perairan India.

armabar-tengah

Sedangkan pada saat dilaksanakan kegiatan coktail party di KRI Patiunus-384 di dermaga Port Blair India, dihadiri para pejabat Angkatan laut India  di Pulau  Andaman dan Nicobar, Ketua delegasi TNI AL Laksamana pertama TNI Laksma TNI Arusukmono Indra Sucahyo yang sehari-hari menjabat Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat, Atase pertahanan Indonesia  Kolonel laut (E) Arief Hananto dan  Komandan Satgas Kolonel laut (P) Nur Singgih yang sehari-hari menjabat Komandan Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat, serta perwakilan perwira dari angkatan laut India  dan  TNI AL.






Sumber : Poskota

Kri Frans Keisiepo -368 Dan KRI Kujang-642 Tiba Di Changi

CHANGI-(IDB) : Dua kapal perang Republik Indonesia (KRI), yaitu Kri Frans Keisiepo (FKO)-368 dan KRI Kujang-642, tiba di Changi Naval Base Pangkalan Republic of Singapore Navy (RSN) Senin (13/5) kemarin lusa. Kehadiran kedua kapal perang tersebut dalam rangka mengikuti IMDEX ASIA yang dilaksanakan di singapura mulai tanggal 13 Mei hingga 18 Mei 2013.

Kehadiran kedua kapal perang tersebut disambut Athan Indonesia untuk Singapua Kolonel Penerbang Asep Hasan Isruri dan Kolonel Laut (P) S.Tanjung. Kedatangan kapal perang tersebut juga disambut siswa siswi dari Sekolah Indonesia di Singapura dengan di tandai pengalungan bunga kepada Komandan KRI.FKO-368 dan Komandan KRI Kujang-642.


Para siswa ini merupakan sekolah Pramuka penegak Bantara, setingkat SMA, sedangkan setingkat SMP dinamakan Pramuka penegak Garuda. Selama bersandar di Changi, dua kapal perang Indonesia melakanakan IMDEX-2013.






Sumber : Koarmatim

3 Pesawat Tempur Super Tucano Mendarat Di Lombok

pesawat-sub
MATARAM-(IDB) : Tiga pesawat tempur taktis EMB 314 Super Tucano dari Skadron Udara 21 Lanud Abd Saleh mendarat untuk pertama kalinya di Bandara Internasional Lombok (BIL), Rabu (15/5).


Pesawat tempur taktis TNI AU tersebut mendarat di Lombok dalam rangka Latihan Gabungan TNI 2013 di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kedatangan Super Tucano ini dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb James Yanes Singal dan disambut oleh Komandan Lanud Rembiga Letkol Pnb Arief Hartono.


Ketiga pesawat Super Tucano ini landing untuk pertama kalinya di BIL, sebelumnya ketiga pesawat tempur taktis ini sempat fly pass diatas langit Kota Mataram.


Menurut Komandan Lanud Rembiga kedatangan Super Tucano ini, dimaksudkan untuk melakukan Bantuan Tembakan Udara (BTU) pada pasukan darat supaya dapat dengan mudah menempati kedudukannya pada Latihan Gabungan TNI 2013 yang ditempatkan di Bima NTB.


Lebih lanjut, Danlanud menambahkan kegiatan ini juga untuk memastikan kesiapan Lanud Rembiga sebagai pangkalan aju dalam mendukung operasi penerbangan udara.






Sumber : Poskota

TNI AU Dan AU Singapura Gelar Latma Manyar Indopura

riau-sub
PEKANBARU-(IDB) : Mulai hari ini latihan bersama antara TNI AU dengan Republic Singapore Air Force dengan sandi Manyar Indopura 11/2013 mulai digelar di Lanud Roesmin Nurjadin, Riau.


Datang dengan tiga pesawat helikopter Colibry dan satu pesawat Cinok,rombongan RSAF disambut oleh Paban III Lat Sop Mabesau, Kolonel Pnb Ismet Ismaya dan Kadisops Lanud Roesmin Nurjadin, Letkol Pnb Prasetya Halim di Apron Baseops Lanud Rsn.


Latihan Manyar Indopura merupakan latihan Search and Rescue dengan melibatkan dua pesawat Helikopter Colibry Lanud Surya Dharma, Kalijati dan tiga unit pesawat Colibry RSAF yang akan berlangsung hingga tanggal 30 ini. Dalam beberapa hari kedepan kedua angkatan udara akan melaksanakan latihan SAR pertempuran baik latihan dalam upaya pencarian korban dalam pertempuran maupun upaya penyelamatannya sehingga dapat dievakuasi ke tempat yang aman untuk mendapatkan pertolongan medis.

Pada pelaksanaannya selain melibatkan helikopter colibry dalam upaya evakuasi udara dan Escort udara latihan ini juga melibatkan pasukan Batalyon 462 Paskhas dan personel Rumkit. Selain bertujuan meningkatkan kemampuan prajurit kedua angkatan udara dalam hal pelaksanaan SAR pertempuran, latihan Manyar Indopura juga bertujuan meningkatkan hubungan baik antar kedua negara khususnya hubungan TNI AU dengan Republic Singapore Air Force. 5638.
Sumber : Poskota

Force Commander Minta Kontingen Garuda Jaga Profesionalitas

KONGO-(IDB) : Letnan Kolonel Wang Tao dari Force Engineer Pemelihara Perdamaian Wilayah Kongo berharap, Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XX-J tetap mempertahankan eksistensinya melalui kinerja yang profesional, untuk membangun infrastruktur wilayah dalam rangka memelihara perdamaian di wilayah Kongo.

Hal tersebut dikatakannya saat mengunjungi Kontingen Garuda XX-J yang tergabung dalam Mission de I’Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo (Monusco), Bumi Nusantara Dungu.


"Force Engineer Letnan Kolonel Wang Tao (China) dari Force Commander yang mengkoordinir kegiatan Kontingen Zeni di bawah otoritas Monusco berharap Kontingen Garuda XX-J tetap menjaga eksistensi melalui kinerja dan profesionalitas yang selama ini sudah sangat baik," kata Perwira Penerangan Konga XX-J/Monusco, Kapten Laut (P) Dimas Apriyanto, melalui rilisnya, Rabu (15/5).


Dijelaskannya, kunjungan Letnan Kolonel Wang Tao selama dua hari (13-14 Mei 2013) dalam rangka melakukan inspeksi terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Kontingen Indonesia selama ini.


"Kegiatan inspeksi tersebut diawali dengan paparan singkat Perwira Seksi Operasi Satgas, Kapten Czi Agus Ikwanto, dan dilanjutkan dengan peninjauan ke lokasi pekerjaan Satgas Kizi TNI di lapangan," imbuh Dimas Apriyanto.


Menurut Dimas, terdapat tiga titik lokasi pekerjaan yang ditinjau oleh Force Engineer, diantaranya pekerjaan jalan Dungu-Ngilima, pembuatan hanggar Kontingen Bangladesh dan lokasi pengaspalan taxiway Bandara Dungu.


Disela-sela kunjungan tersebut, Force Engineer menyempatkan diri untuk mengunjungi TOB (Temporary Operation Base) Indoengcoy di wilayah Kaka (Dungu – Ngilima).


"Sangat besar perhatian beliau kepada Satgas Kizi TNI, hal ini telihat pada keinginannya untuk memeriksa bahan makanan dan tempat tidur Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI yang berada di TOB," ujar Dimas Apriyanto.


Kegiatan kunjungan diakhiri dengan penyerahan cinderamata dari Komandan Satgas Kizi TNI Konga XX-J/Monusco, Letnan Kolonel Czi Irfan Siddiq kepada Force Engineer sebelum beliau bertolak menuju ke Bunia. 






Sumber : JPNN

Usai Latgab di Tarakan, Seluruh Pasukan Diangkut 5 Hercules


TARAKAN-(IDB) : Rangkaian Latihan Gabungan TNI di Tarakan telah selesai dilaksanakan, latihan gabungan yang digelar di Tarakan  berakhir dengan  ditariknya seluruh pasukan menggunakan 5 pesawat Hercules  C.130.

Latihan Gabungan ini disaksikan langsung oleh Kasum TNI Marsdya TNI Boy Sahril Qamar selaku Direktur Latgab TNI 2013 didampingi Dankodiklat TNI Mayjen TNI Chaidir S.S., selaku Wadir Latgab, Dankorpaskhas Marsda TNI Amarullah, Danpuslat Kodiklat TNI Marsma TNI Harpin Ondeh serta  Danlanud Tarakan Letkol Pnb Bambang Juniar D.,S.Sos.

Dalam Latihan Gabungan  TNI 2013 ini disimulasikan situasi keamanan di Kalimantan Timur tidak menentu. TNI menerjunkan pasukan Dalpur Paskhas TNI AU untuk menyusup ke daerah yang dikuasai musuh, penerjunan dilaksanakan pada pukul 01.00 WITA dini hari, di sekitar Juwata Tarakan, Kalimatan Timur. Pasukan Gabungan yang diterjunkan berhasil mendarat dengan selamat, selanjutnya bertugas menyiapkan lokasi yang aman untuk pendaratan Pasukan Gabungan yang akan melaksanakan Operasi Gabungan lanjutan.

Pengiriman pasukan ini didasarkan perkiraan Intelijen TNI bahwa aliansi Negara Sonora berhasil membentuk dan membangun kekuatan separatis yang diberi nama “Gerakan Sumpit Merdeka (GSM)” di wilayah Kalimantan Timur dengan situasi demikian selanjutnya Panglima TNI atas persetujuan Presiden RI menggelar operasi militer untuk menghancurkan kekuatan musuh.

Pada Senin pukul 22.00 bertempat di Juwata sebanyak 60 orang Passus  yakni sebanyak 20 personel  Sat 81 Gultor AD , 20 personel Denjaka AL dan 20 personel Den Bravo AU yang terjun dengan selamat tanpa ada terjadi insiden apapun.    Selanjutnya melakukan  konsolidasi dan langsung menuju sasaran penyerbuan  bertempat di  Stasiun TVRI, Satrad 225 Mamburungan dan Pelabuhan Malundung.      Tepat pukul 05.00 jam “J” secara serempak   pasukan menyerang ketiga objek vital tersebut dan berhasil di kuasai serta dapat dioprasikan kembali.

Pada pukul 06.00 pasukan OP3U wing 1 Paskhas sebanyak 210 personel Paskhas diterjunkan  di Bandara Juwata Tarakan dipimpin langsung  oleh Dansatgas Paskhas, Kolonel Psk Taspin Hasan S.AP  langsung menyerang dan merebut  Bandara Juwata Tarakan.   Tidak berselang  lama 2 pesawat C.130  melaksanakan Air Landed dengan menurunkan kendaran Smart Hunter, Rudal QW-3 dan Triple Gun.






Sumber : Poskota

Turki Segera Diperkuat Helikopter Serang Produksi Dalam Negeri

ANKARA-(IDB) : Angkatan Darat Turki sedang dalam masa penantian untuk menerima helikopter serang pertama buatan dalam negeri "T-129 ATAK." Berbicara saat pameran pertahanan IDEF 2013 di Istanbul, perwakilan pabrik helikopter ini mengatakan bahwa Angkatan Darat Turki akan menerima pengiriman helikopter pertama dalam beberapa minggu ke depan.



Empat helikopter serang T-129A sekarang siap untuk secara resmi diserahkan kepada Angkatan Darat dan awalnya akan digunakan untuk melatih para pilot dan staf pemeliharaan. Selain empat helikopter ini, tiga helikopter lainnya saat ini tengah menjalani uji coba.



Turkish Aerospace Industries (TAI), kontraktor utama program helikopter serang ini, telah meningkatkan produksi helikopter T-129 menjadi satu helikopter per bulan, dan produksi akan terus meningkat hingga total pengiriman 59 helikopter selesai pada 2018.



Dua prototipe telah diproduksi dan akan dijadikan sebagai bahan penelitian untuk berbagai kemungkinan pilihan upgrade. Secara total, program helikopter serang ini telah mencapai 2500 jam terbang.


T-129, adalah helikopter serang dengan dukungan termasuk roket, senjata dan perlengkapan peperangan elektronik terintegrasi. Pengembangan terus dilakukan pada helikopter ini. Akhirnya muncul T-129B yang dilengkapi dengan integrasi rudal Cirit dan UMTAS. T-129B yang pertama akan memulai uji kualifikasi pada pertengahan 2013 nanti dan produksi penuhnya dijadwalkan akan dimulai pada 2014. Untuk tes IR-guided UMTAS dijadwalkan berlangsung pada bulan Juli.


T-129 ATAK
T-129 ATAK





Karakteristik Umum T-129 ATAK
Kru
2 (Pilot dan co-pilot/gunner)
Panjang
13,45 m
Diameter rotor
11,9 m
Tinggi
3,4 m
Maksimal lepas landas
5 t
Mesin
2 × LHTEC CTS800-4A turboshaft (masing-masing 1,361 shp)
Sistem rotor
5 blade (pisau/baling) di rotor utama

Performa
Kecepatan
269 km/jam
Jangkauan
561 km
Service ceiling
6, 096 km
Rate of climb
14 m/dtk

Persenjataan
Senjata
1x20 mm kanon tipe gatling tiga laras (500 rounds)
Roket
4 pods dengan
-       38x81 mm roket tanpa bimbingan (unguided)
-       76x70 mm roket tanpa bimbingan
-       12,7 mm pod senapan mesin
Rudal
-       8× AGM-114 Hellfire, BGM-71 TOW, Hydra 70, Spike-ER, UMTAS, rudal Roketsan Cirit anti-tank dan anti-lapis baja, dan Sura D/Snora
-      4-8× AIM-92 Stinger atau Mistral atau rudal anti-pesawat AIM-9 Sidewinder





Sebenarnya T-129 ini bukan murni desain Turki. TAI bekerjasama dengan pabrikan helikopter Agusta Westland (Inggris-Italia). Ini lebih kepada versi turunan dari Agusta A129 Mangusta. Dilihat dari tampilan, kedua heli ini hampir tidak memiliki perbedaan.
Sumber : Artileri

Saatnya Berpaling Ke Rusia Untuk Kepentingan Strategis Indonesia

ANALISIS-(IDB) : Yang perlu digarisbawahi, Rusia datang ke Asia Pasifik dan Timur Jauh, bukan untuk membuat konflik baru, melainkan ingin menghiasi konflik itu, semacam membuat interior design, sehingga konflik yang berlangsung selama ini bisa lebih mengarah ke tren yang lebih positif di masa depan. 

Dengan demikian, untuk ringkasnya, Indonesia harus memanfaatkan kemitraan strategis dengan Rusia, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi, khususnya di bidang perangkat keras di bidang Industri strategis khususnya milter, ruang angkasa, transportasi, pertambangan dan pertanian.


Dalam menghadapi forum ekonomi Asia Pasifik (APEC) maupun G-20, Indonesia harus cerdas, cerdik dan responsif dalam mengantisipasi pergerakan-pergerakan geopolitik negara-negara yang diperkirakan bakal memainkan peran strategis atau pemain-pemain utama dalam konstalasi global saat ini.

Indonesia harus jeli dalam mencermati dan memanfaatkan peran strategis negara-negara seperti Rusia dan Cina yang bermaksud membuat satu gerakan untuk meninggalkan pola konservatisme yang diperagakan oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G-7. Dalam konteks ini, Indonesia harus menyadari bahwa Rusia memiliki kebijakan yang berbeda dengan negara-negara yang tergabung dalam G-7. Karena itu, dalam memetakan negara-negara maju saya lebih pas menyebut negara-negara G-7, bukan G-8.  Karena ini merupakan persekutuan strategis Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Dalam pandangan yang seperti ini, mengingat Indonesia dan Rusia sama-sama berada dalam forum yang sama di APEC, ASEAN Regional Forum, dan East Asia Community, maka dalam konteks APEC Indonesia bisa memaksimalkan peran diplomasinya, untuk meluruskan dan mengarahkan kembali tujuan APEC yang sudah melenceng jauh dari tujuannya semula. Karena sekarang APEC telah jadi ajang kepentingan negara-negara besar seperti Amerika, Eropa Barat, dan Jepang. Sekaligus juga agar Indonesia mampu mengoptimalkan kebijakan-kebijakannya terkait peningkatan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi.

Memanfaatkan Fokus Politik Luar Negeri Rusia ke Asia Pasifik

Ada banyak hal yang bisa kita manfaatkan dari Rusia mengingat kita punya hubungan sejarah yang panjang dengan Rusia. Apalagi pada 2004-2005 Presiden SBY sudah menandatangani Kemitraan Strategis dengan Rusia. Menurut data yang ada pada saya, Indonesia sudah memiliki sekitar 14 kemitraan strategis dengan beberapa negara, termasuk Rusia. Namun sampai hari ini tidak ada follow up atau tindak lanjutnya.

Menarik jika kita mencermati geopolitik Rusia. Kalau mengamati pola perubahan pergerakan geopolitik Rusia, yang menarik itu adalah filosofi lambang negara Rusia sendiri yaitu elang. Elang berkepala dua. Ini sepertinya Rusia hendak menyampaikan pesan bahwa mereka akan berpaling ke kiri dan ke kanan. Menoleh ke barat tapi juga ke timur.

Maka kalau kita pahami konteks kekiniannya, terutama di forum APEC Vladivostok tahun lalu, dan pada September 2013 nanti Rusia akan selenggarakan KTT G-20. Nah ini artinya, Rusia berusaha agar tidak kehilangan fokus dan arah dalam menekankan kebijakan politik luar negerinya. Rusia menoleh ke barat, karena bagaimanapun negara beruang merah tersebut merupakan bagian dari eropa. Menoleh ke timur, karena sebagian besar wilayah negara Rusia berada di kawasan Asia, Timur Jauh dan Pasifik. Ini satu fakta geopolitik yang harus kita perhitungkan.

Sejatinya, basis kekuatan sesungguhnya Rusia berada di Asia. Ketika Rusia menghadapi krisis atau depresi, Rusia selalu ingat punya daerah di sekitar pegunungan Ural. Ketika Perang Dunia II, Rusia punya beberapa tank yang cukup berkualitas, sehingga mampu mengalahkan kedigdayaan tank-tank Jerman. Sehingga akhirnya gagal lah serangan Nazi Jerman ke Rusia. Nah tank-tank Rusia ini dibuatnya di daerah Rusia yang masuk kawasan Asia. Itu Luar Biasa.

Selain itu, modalitas politik luar negerinya yang utama adalah, ketika Rusia berhasil merebut 4 kepulauan milik Jepang. Ini dianggap sebagai simbol kemenangan geopolitik Rusia terhadap Jepang. Kalau kita berbicara mengenai geopolitik di Asia Pasifik dan Timur Jauh, ada tiga paradigma politik luar negeri.

Pertama, Asia Pasifik dan Jepang. Kedua, Asia Pasifik dan Cina. Dan ketiga, Asia Pasifik dan Amerika Serikat. Lantas di mana posisi Rusia? Nah inilah makanya Rusia ingin menunjukkan eksistensinya melalui hegemoninya. Seakan hendak mengatakan, “Hey, kami ini juga hadir lho di Asia.” Pada 1941, Joseph Stalin pernah mengatakan “Kami (Rusia) adalah negara eropa dari di Asia.” Dengan demikian bangsa Rusia selalu ingin menegaskan bahwa Rusia tidak ingin dinafikan dari masa depan Asia Pasifik. Apalagi ketika sekarang ada tren pergeseran geopolitik dari Atlantik ke Pasifik.

Dengan demikian para penyusun kebijakan politik luar negeri Indonesia harus menyadari bahwa Rusia pun sekarang menekankankan fokus politik luar negerinya ke kawasan Asia Pasifik.

Tiga Referensi Transformasi Politik Luar Negeri Rusia Pasca Perang Dingin

Pertama. Kenapa Rusia begitu menaruh prioritas membangun rel-rel kereta api di Siberia? Sejak Vladivostok Consensus dibuat semasa pemerintahan Gorbachev, Rusia berupaya membangun kembali kesadaran tradisi Rusia terhadap Asia Pasifik. Berbicara soal Vladivostok, ini merupakan daerah baru yang dicita-citakan oleh para pengambil kebijakan di Rusia sebagai ibukota Rusia di Timur Jauh. Kita tahu ibukota Rusia kan Moskowa. Tapi ibukota Rusia kuno sebernanya di Ukraina dengan ibukotanya St Petersburg. Tapi kelak ibukota ekonominya ada Vladivostok.

Itulah sebabnya momentum Rusia sebagai tuan Rumah KTT APEC 2012 lalu memang jadi idam-idaman para petinggi pemerintahan di Kremlin. Karena dianggap sebagai cornerstone atau batu loncatan, menuju hegemoni Rusia di bidang ekonomi dan perdagangan.

Kedua, referensi transformasi politik luar negeri Rusia, Doktrin Primakov, mantan Perdana Menteri Rusia Yevgeny Maksimovich Primakov. Menurut doktrin ini, aliansi strategis yang diperlukan agar Rusia bisa menjadi kekuatan penyeimbang dalam konstalasi global, terutama untuk mengimbangi pengaruh Amerika Serikat dan Eropa Barat, maka perlu dibentuk poros Moscow, Beijing dan New Delhi (Rusia, Cina dan India). Oleh Primakov doktrin ini disebut Strategic Triangle.

Memang di masa lalu Rusia pernah punya masalah dengan Cina. Namun Rusia juga menyadari sekarang harus menjalin hubungan baik dengan Cina. Sebagaimana juga Rusia sudah menjalin hubungan baik dengan India. Bahkan Rusia harus bisa menjadi agen yang mampu mendamaikan Cina dengan India. Sepertinya Rusia sangat berkeinginan untuk menjadi Katalisator dalam menegakkan Perdamaian. Inilah sebabnya mengapa Rusia ingin jadi juru damai antara Cina dan India.

Primakov meyakini bahwa dengan persekutuan Rusia, Cina dan India, konservatisme trans atlantik ini akan berhasil digeser di masa depan. Kita tahu, ketiga negara tersebut memiliki tradisi dan peradaban yang sangat tua. Tidak heran jika Amerika begitu segan kepada Cina dan India, karena peradabannya sudah berlangsung selama 4 ribu tahun. Sementara Amerika kan baru berdiri pada 1776. Rusia pun sudah berdiri sekitar 1200 tahun.

Itulah sebabnya Primakov memandang pentingnya aliansi strategis atau segitiga strategis Rusia, Cina dan India. Persekutuan strategis ketiga negara tersebut bisa menggabungkan sebagian besar dari pulau-pulau yang ada di dunia ini.

Ketiga, Rusia merujuk pada doktrin Nearby Approach. Kolapsnya Rusia, kita tahu, kemudian dimanfaatkan oleh musuh-musuh tradisional Rusia, dalam rangka merongrong kedigdayaan Rusia. Sejak Vladimir Putin tampil sebagai presiden, Rusia berhasil merobah 180 derajat, dari keterpurukan pasca runtuhnya Uni Soviet pada 1989, kembali jadi negara adidaya. Perlu kita ketahui bersama, Rusia tak akan bersedia melepaskan negara Turkistan, Kazakhtan, Kirgistan, dan sebagainya, yang kita tahu berada di kawasan Asia Tengah. Rusia juga tidak mau melepaskan pengaruhnya di semua sektor, termasuk energi dan pangan, di kawasan Caucasus seperti Azerbaijan, Armenia dan Georgia. Itulah sebabnya Rusia tetap menjalin kedekatan dengan negara-negara mantan satelitnya, termasuk Cina.

Itu sebab mengapa Rusia kemudian menjalin komitmen bersama Cina melalui Shanghai Cooperation Organization (SCO). SCO dipandang Rusia sebagai saluran atau kran untuk mengeluarkan atau membebaskan Rusia dari kepungan negara-negara barat. Baik dari Amerika maupun Uni Eropa. Dari barat, Rusia menghadapi rudal yang dipasang barat dari Polandia dan Chech.

Selain itu, Rusia memang punya visi Timur. Karena itu Cina harus jadi agenda pokok untuk membangun aliansi. Cina memang musuh masa lalu Rusia, tapi juga bisa jadi kawan masa kini. Inilah gunanya kesepakatan strategis Rusia-Cina melalui SCO.

Keempat. Presiden Putin menekankan ada tiga pilar diplomasi Rusia. Pertama, Kekuatan militer. Kedua, Ilmu dan Teknologi, termasuk industri. Dan Ketiga adalah energi. Dengan tiga pilar diplomasi ini, Putin yakin bisa kembali menjadi negara adidaya. Karena di era Perang Dingin, sebenarnya Rusia bukan negara superpower yang sebenarnya karena secara ekonomi Rusia masih lemah. Meski secara militer dan persenjataan Rusia memang termasuk negara superpower. Itulah sebabnya Rusia ingin mengembalikan kejayaannya seperti di masa silam.

Keunggulan Rusia
1. Militer
2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3. Sumberdaya Manusia
4. Sejarah dan Peradaban
5. Sumberdaya Mineral
6. Kepemimpinan, terutama di era Vladimir Putin

Kelemahan Rusia
1. Instabilitasi Politik di dalam negeri
2. Sistem Politik yang masih relative otoritarian
3. Masalah residual seperti kemiskinan.
4. Kemapanan ekonomi yang masih banyak yang harus ditanggulangi.

Peluang Rusia
1. Rusia sebagai kekuatan penyeimbang.
2. Persekutuan strategis bersama Cina, India, dan Afrika Selatan 

Ancaman dari dalam dan luar Rusia  
1. Ancaman dari dalam negeri seperti Terorisme dan gerakan separatism.
2. Ancaman paling berbahaya berada di kawasan Caucasus.
3. Ancaman dari luar tentu saja dari Amerika dan Uni Eropa. Sedangkan dari Asia berasal dari Jepang.

Prospek Kerjasama Indonesia-Rusia

Indonesia dan Rusia menurut saya memang harus sama-sama membangun kerjasama yang saling menguntungkan. Namun Indonesia harus punya visi yang jelas, sehingga dengan Rusia akan terjalin sebuah kerjasama yang equal/setaraf dan saling menguatkan. Selama ini kan Indonesia sepenuhnya didikte oleh kepentinga Amerika. Dengan Rusia kita jangan sampai tunduk begitu saja pada kepentingan Rusia. Harus ada take and give.

Kalau Indonesia saat ini belum bisa menentukan arah kebijakan politik luar negeri negara-negara lain, setidaknya kita harus bisa mencegah jangan samapi didikte negara-negara lain. Termasuk Rusia. Kalau kita merelakan diri di bandwagon negara lain, ya politik luar negeri kita tidak akan mandiri dan independen. Apalagi dalam menentukan keputusan-keputusan strategis di tengah konstalasi global seperti saat ini.

Dalam konstalasi global saat ini, praktek hubungan internasional yang ditekankan adalah transfer of power. Artinya, negara-negara yang ada dalam sistem internasional ini, berkeinginan mendirikan bank atau lembaga-lembaga keuangan. Bahkan lalu-lintas perdagangan yang sifatnya otonom. Transfer of power inilah yang diiginkan oleh Rusia.

Dengan demikian Amerika bisa dihentikan posisi dan perannya sebagai kekuatan dominan satu-satunya di dunia internasional. Inilah yang sedang diupayakan oleh negara-negara berkembang seperti Brazil, India dan Afrika Selatan. Memang kita belum tahu kapan tercapainya kesetaraan atau equality. Yang jelas, Rusia berusaha menipiskan jarak atau gap dengan Amerika sebagai dominator global. Terbukti bahwa ketika Amerika dilanda krisis ekonomi, Amerika melakukan pendekatan kepada Cina. Ini bukti adanya transfer of power.

Adapun pergerakan strategis Rusia dalam kerangka regionalisme ini adalah di APEC, East Asia Community, ASEAN Regional Forum (ARF), dan G-20.

Terkait dengan G-20, meski ada beberapa pakar yang menganggap sebagai perpanjangan tangan Amerika, namun tetap harus dipandang sebagai entitas tersendiri. Namun sebelum bisa memaksimalkan peran Indonesia di forum G-20, terlebih dahulu Indoenesia harus memaksimalkan perannya di forum ekonomi Asia Pasifik di APEC, ARF maupun East Asia Community.

Karena Indonesia lebih memungkinkan membangun keseimbangan di APEC, ARF dan East Asia Community. Namun demikian, kalaupun tetap ingin memainkan peran di G-20, para stakeholders kebijakan luar negeri kita harus bisa lebih cerdas dan cerdik dalam memaksimalkan perannya. Artinya, Indonesia harus tahu diri tapi juga mampu memotivasi diri. Jadi keikutsertaannya sebagai anggota negara G-20 itu bukan sekadar ikuta-ikutan atau sekadar ingin dapat pengakuan.

Para pemangku kebijakan luar negeri hendaknya menyadari bahwa jangkauan geopolitik Rusia terhadap negara-negara luar itu adalah sebagai berikut:
1. Timur Tengah.
2. Asia Tengah
3. Asia Pasifik
4. Timur Jauh

Kita tahu Suriah di Timur Tengah, merupakan faktor kunci yang tidak pernah dilepaskan oleh Rusia. Asia Tengah, jelas sudah saya singgung tadi, apalagi ada banyak negara-negara eks satelit Rusia di kawasan tersebut.

Lantas di kawasan Asia Pasifik, Rusia bagaimanapun juga tergabung di forum APEC. Juga Rusia ada di East Asia Community. Rusia juga terlibat di ARF. Seperti itu.

Sedangkan interaksi primer Rusia, saat ini tetap dengan Amerika Serikat. Lalu dengan Cina. Ketiga dengan Uni Eropa. Lalu dengan Jepang, India dan baru kemudian dengan ASEAN.

Indonesia Harus Mantap Dulu di ASEAN

Sehubungan dengan konteks hubungan bilateral Indonesia dan Rusia, khususnya dalam memanfaatkan kemitraan strategis dengan Rusia, Indonesia harus mantap dulu di forum ASEAN. Indonesia harus mampu menjadikan dirinya sebagai inisiator yang hebat di kalangan negara-negara ASEAN. Harus mampu jadi pemegang remote control di ASEAN. Jangan malah Indonesia kemudian ditinggalkan oleh Singapore atau negara-negara ASEAN lainnya. Baru setelah Indonesia punya landasan dan modalitas yang kuat di ASEAN, baru kemudian kita punya daya tawar yang kuat dengan Rusia. Tanpa modalitas dan posisi yang kuat dari Indonesia di ASEAN, saya yakin Rusia juga tidak akan menganggap penting Indonesia.

Indonesia harus mampu meyakinkan Rusia apa yang bisa didapat Rusia dari Indonesia maupun ASEAN. Karena bagaimanapun juga di ASEAN ada 600 pasar dan modal, dan ini akan menarik bagi negara manapun, termasuk Rusia. Makanya Indonesia harus merebut dulu sebagai pemegang remote control-nya dulu di ASEAN.

Namun ada hal berharga yang harus kita pelajari dari keberhasilan Rusia dalam memanfaatkan tiga piranti politik luar negerinya. Rusia seperti yang saya sebut tadi modalitas politik luar negerinya: Militer, IPTEK dan Energi. Juga ada budaya dan warisan sejarah.

Dari ketiga piranti politik luar negeri yang ditekankan Vladimir Putin, yang perlu kita cermati dalam memandang prospek kerjasama dengan Rusia adalah di bidang militer. Kenapa sih Indonesia selama ini selalu tergantung pada Washington? Meski kita tetap menjalin hubungan kerjasama dengan Washington,saya kira kita perlu juga menoleh ke negara-negara lain yang kiranya juga akan bisa membawa keuntungan yang lebih nyata. Daripada sekadar beli senjata dengan murah, tapi kemudian kita ditekan oleh Washignton. Seperti dalam bidang Demokrasi dan HAM.

Kenapa kita tidak menyerap inspirasi dari The Beijing Consensus? Yang mana dalam hubungan bilateral sebuah negara, ditegaskan agar tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing negara. Yang ditekankan adalah kepentingan strategis dari negara-negara yang terlibat dalam kerjasama bilateral tersebut. Maka itu, dalam menjalin kerjasama strategis dengan Rusia, bidang militer kiranya bisa jadi pertimbangan yang cukup penting.

Ini penting karena selama ini selain Amerika, kita sebagai negara besar juga mendapat rongrongan dari Malaysia, Singapura dan Australia. Karena ingin melemahkan kekuatan strategis kita. Karena itu saya yakin kelemahan dari BUMN industri strategis kita seperti PT PAL, PINDAD dan PTDI, bukan karena kita tidak mampu mengelola manajemennya secara professional. Melainkan karena adanya campurtangan dari negara-negara yang secara geopolitik memiliki kepentingan langsung dengan Indonesia. Terutama Malaysia, Singapore, Australia dan Amerika. Kita tidak menafikan kemungkinan adanya konspirasi.

Sehingga kemandirian strategis kita akan selalu diganggu sampai kapan pun. Maka itu, satu hal yang bisa dilakukan Indonesia untuk mengembalikan fungsi-fungsi industr strategis adalah dengan Menggandeng negara-negara seperti Rusia. Kenapa tidak?
Kita sebenarnya punya bargaining position yang kuat. Kita punya PTDI, kita punya PINDAD, kita punya PAL, kita punya Krakatau Steel. Kita punya lembaga aerotika nasional. Kita punya itu semua. Mulai dari dinamit bahan peledak, senjata, kereta api, semua ada. Dan Rusia punya itu semua. Kenapa kita tidak memanfaatkan itu.

Sekarang bagaimana prospek kerjasama strategis Indonesia dan Rusia di bidang energy? Sekarang ini Pertamina mulai belajar lagi. Setelah sekian tahun dalam posisi mapan, maka tak ada salahnya Indonesia mulai mendekati perusahaan-perusahaan energi Rusia. Karena bagaimanapun juga Rusia berpengalaman dari segi teknologi dan sebagainya. Indonesia sangat berkepentingan dalam hal ini.

Karena seperti halnya Rusia, piranti politik luar negeri yang membuat Rusia kuat dan diperhitungkan adalah kemampuan teknologinya. Dan saya yakin Rusia mau bersedia membantu, meski saya yakin Rusia juga meminta beberapa konsesi. Namum saya yakin tidak akan seserakah Amerika lah. Karena dalam hubungan internasional, tidak mungkin lepas dari adanya kerjasama timbal-balik. Take and Give.

Di bidang Pendidikan dan Kebudayaan, kerjasama dengan Rusia juga bisa dimaksimalkan kemanfaatanya. Mengapa kita tidak mengirim para pelajar dan mahasiswanya ke Rusia. Jangan kita terlalu terkagum-kagum dengan Yale atau Harvard University di Amerika. Padahal di Rusia ada Patricia Lumumba dan sebagainya. Yang pamornya pun tidak kalah menarik.

Satu hal yang saya perlu tekankan, Rusia ini jago dalam penguasaan Ilmu Murni. Karena itu tak heran meski pernah kolaps, Ilmu Pengetahuan dan Teknologinya tetap Berjaya. Rusia tidak pernah ketinggalan dengan Uni Eropa dan Amerika. Rusia tak pernah ketinggalan dari Boeng atau Airbus. Sehingga mereka bisa memproduksi pesawat-pesawat sipil yang dari segi teknologi tidak kalah canggih.

Indonesia, Rusia dan G-20

Indonesia punya 4 channel untuk mengakses kerjasama dengan Rusia. ARF, East Asia Community, dan APEC. Kita harus bisa meyakinkan Rusia bahwa Indonesia juga pasar potensial bagi Rusia. Indonesia juga bisa menyediakan bahan mentah yang bagus. Buruh yang affordable dan terjangkau. Selain itu kita punya kemitraan strategis dengan Rusia.

Karena itu langkah strategis Indonesia, adalah memperkuat komitmen dalam menerapkan kemitraaan strategisnya baik dengan Cina maupun India. Dalam konteks BRICS, Indonesia sudah saatnya menjalin berbagai peluang kerjasama dengan Afrika Selatan, meski secara kawasan jauh dari wilayah Indonesia. Di Afrika Selatan mereka punya South African Development Cooperation. Kenapa Indonesia tidak masuk ke sana? Padahal Cina, Malaysia, India, sangat agresif menjalin kerjasama dengan Afrika Selatan. Negara-negara tersebut memandang Afrika sebagai Promising Land dari segi kesempatan.

Dalam bidang kelautan, perikanan, pariwsita dan transportasi, layak diperhitungkan. Apalagi ada fakta jumlah turis dan investasi Rusia di Bali, ada gradasi meningkat. Sekadar catatan, meningkatnya investasi Rusia secara agresif di India, ternyata menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal di India. Karena itu Indonesia seharusnya memaksimalkan kerjasama dengan Rusia di bidang pariwisata.

Tentu saja dalam menjalin kerjasama dengan Rusia, tidak dibuat dengan meniru karakter perjanjian kerjasama Indonesia dan Amerika yang sangat berat sebelah. Harus setaraf dan saling menguntungkan.

Rusia punya beberapa agenda strategis yang perlu diketahui Indonesia sebagai latarbelakang untuk menyusun konsepsi kerjasama strategis dengan Rusia. Yaitu:
1. Mengembalikan Rusia sebagai Negara Superpower.
2. Menjadi Penyeimbang Global.
3. Keluar dari Cengkraman Amerika dan Negara-Negara Barat.
4. Menjadikan dirinya sebagai Peace Conflict Catalisator

Yang menarik, Rusia sekarang sedang berusaha untuk menciptakan konsepsi perdamaian yang berada di luar skema pemahaman Amerika dan Uni Eropa. Jadi lebih merujuk pada Scandinavian School. Sehingga negara-negara otonom seperti Rusia dan Cina berusaha menciptakan konsepsi perdamaian tidak sebagaimana dipaksakan oleh Amerika dan Uni Eropa.

Kehadiran Rusia di APEC maupun G-20, karenanya harus dipandang sebagai momentum Rusia untuk menjadikan dirinya sebagai negara adidaya di bidang ekonomi. Karena sewaktu perang dingin, Rusia sebenarnya hanya sekadar Diabled Superpower. Selama 70 tahun Rusia Cuma jadi negara superpower tanpa kekuatan ekonomi dan keuangan.

Prestasi Rusia di bidang ekonomi adalah berhasil melunasi semua hutang-hutangnya kepada IMF hanya dalam waktu kurang dari satu dekade. Pertumbuhan ekonominya juga meningkat secara signifikan. Ini jelas harus jadi inspirasi buat Indonesia. Karena dari segi sumberdaya manusia, kandungan kekayaan sumberdaya alamnya, luas wilayah secara geografis dan jumlah penduduk, Indonesia dan Rusia sebenarnya tidak terlalu jauh perbedaannya.

Jadi kalau Rusia bisa, kenapa Indonesia tidak. Karena itu yang harus jadi inspirasi adalah, membangun formasi dan formulasi kepemimpinan nasional kita. Vladimir Putin itu harus jadi inspirasi bagi Indonesia. Setidaknya Rusia di bawah kepemimpinan Putin, bangsa Rusia sekarang kembali punya martabat dan kebanggaan nasional. Sehingga Rusia memiliki nilai tawar yang cukup tinggi di hadapan negara-negara lain.

Karena itu, Indonesia harus menyadari bahwa forum APEC dan G-20 merupakan manifestasi dari pembuktian kapasitas ekonomi dan perdagangan Rusia. Melalui APEC dan G-20, Rusia bermaksud unjuk kekuatan sekaligus success story bahwa Rusia punya asset menarik dan berharga sebagai dasar untuk tawar-menawar.

Tersirat bahwa Rusia, juga tertarik untuk menjalin kerjasama di Timur Jauh. Hadir di Kawasan Asia Pasifik. Mengimbangi kehadiran Amerika dan Jepang. Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia. Karena itu kita harus bisa secara cerdas memanfaatkan negara-negara seperti Rusia untuk kepentingan strategis Indonesia. Kita harus menumpang “ajian” Rusia.

Selain itu para pemangku kebijakan strategis Indonesia juga harus menyadari bahwa forum APEC dan G-20 menjadi ajang interaksi dan upaya untuk melakukan konstruksi mekanisme balance of power. Sehingga sekaligus juga menciptakan ruang baru bagi manajemen kepentingan dan manajemen strategis terkait dengan kepentingan geostrategis yang tadi saya sampaikan.
Yang perlu digarisbawahi, Rusia datang ke Asia Pasifik dan Timur Jauh, bukan untuk membuat konflik baru, melainkan ingin menghiasi konflik itu, semacam membuat interior design, sehingga konflik yang berlangsung selama ini bisa lebih mengarah ke tren yang lebih positif di masa depan.

Dengan demikian, untuk ringkasnya, Indonesia harus memanfaatkan kemitraan strategis dengan Rusia, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi, khususnya di bidang perangkat keras di bidang Industri strategis khususnya milter, ruang angkasa, transportasi, pertambangan dan pertanian.

Dalam bidang peningkatan kapastias SDM, sudah selayaknya mempertimbangkan kerjasama bidang riset dengan Rusia. Maupun peningkatan anggaran beasiswa baik dalam skema Bappenas maupun Pemerintah Rusia.

Pengadaan Alutsista/Alat Utama Sistem Persenjataan dan Perangkat Keras. Sehingga Indonesia harus memperluas jaringan pasarnya ke Afrika, Asia Tengah dan Caucasus.






Sumber : Global

CMS Canggih Produksi PT. LEN

JAKARTA-(IDB) : PT LEN Industri (Persero) memiliki kemampuan mengembangan sistem keamanan canggih untuk militer. BUMN teknologi ini telah memproduksi peralatan radar untuk kapal perang TNI Angkatan Laut (TNI AL).

Peralatan radar ini, mampu menangkap kapal musuh hingga kemudian kapal berhasil dihancurkan.


"Kita membuat, Combat Management System (CMS) untuk sistem mengatur bagaimana radar menangkap, me-lock target sampai menembak target. Berapa banyak musuh yang mengancam, itu terekam. Kita sudah bangun," tutur Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Abraham Mose dalam diskusi kebangkitan BUMN, di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (14/5/2013).


Abraham menambahkan, peralatan radar yang dibuat di Bandung tersebut, telah dikembangkan sejak 2011. Alat ini, bisa dipasang pada kapal perang berjenis Van Spijk dan Parchim class


"Sudah ditahun 2011 mulainya 2012, kemudian 2013. Kapal Van Spijk dan Parchim class, itu KRI," jelasnya.





Sumber : Detik

AL Iran Akan Diperkuat Rudal Jelajah JArak Menengah

Uji coba rudal Iran
Uji coba rudal balistik Iran
TEHRAN-(IDB) : Angkatan Laut Iran akan menerima rudal jelajah baru dengan jangkauan lebih dari 300 kilometer, direktur Organisasi Aerospace Kementerian Pertahanan Iran mengungkapkan pada hari Minggu, 12 Mei 2013. "Rudal-rudal baru ini super canggih dan sudah ditingkatkan presisinya," ujar Brigadir Jenderal Mehdi Farahi seperti yang dikutip Press TV.

Pada akhir April lalu, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan rencananya untuk mengungkapkan rudal balistik dan rudal jelajah baru serta berbagai prestasi militer lainnya yang dicapai oleh Iran dalam lima bulan ke depan.

Iran sebelumnya telah berhasil menguji tembakkan rudal balistik jarak menengah dari pantai ke laut di Teluk Persia serta tiga rudal permukaan-ke-permukaan baru yang diproduksi dalam negeri. Ini merupakan uji tembak rudal Naze'at 10 dan Fajr 5 saat latihan militer pada pertengahan Maret lalu. Fajr 5 adalah roket artileri jarak jauh, dengan jangkauan maksimum 75 kilometer, sedangkan Naze'at 10 adalah rudal balistik jarak menengah yang mampu memukul sasaran dalam radius 100 hingga 300 kilometer.

Para pejabat militer Iran telah berulang kali menekankan bahwa semua uji coba dan pelatihan angkatan bersenjata Iran hanya ditujukan untuk tujuan pencegahan dan pertahanan diri.

Penembakan rudal Naze'at 10
Penembakan Rudal Naze'at 10
Pada tanggal 10 Februari, Iran berhasil menguji coba rudal udara-ke-udara "Fakour" dan pada tanggal 31 Desember 2012 juga berhasil menguji coba rudal permukaan-ke-udara Ra'd (guntur), Press TV melaporkan.

Pada bulan Juli tahun lalu, Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengumunkan kemajuan dalam pengembangan dan pembuatan sistem rudal pertahanan udara canggih yang mirip dengan sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia. 

Pejabat militer Iran mengatakan bahwa sistem rudal pertahanan udara yang disebut dengan Bavar (kepercayaan) 373 tersebut lebih kuat dan lebih modern daripada sistem S-300 Rusia. Dan akhirnya pada April lalu sistem pertahanan udara ini resmi diluncurkan.

Kontrak senilai US$800 juta untuk memasok sistem rudal ke Iran ditandatangani bersama Rusia pada akhir tahun 2007, di mana Rusia memasok lima batalyon S-300PMU-1 ke Teheran. Namun pada tanggal 22 September 2010, Presiden Rusia berikutnya yaitu Dmitry Medvedev menandatangani sebuah dekrit yang mengakhiri kontrak dengan Iran karena terganjal Resolusi Dewan Keamanan PBB 1929, yang melarang pasokan senjata konvensional ke Iran termasuk rudal dan sistem rudal, tank, helikopter serang, pesawat tempur dan kapal perang. 






Sumber : Artileri