Grup 2 Koppassus Kandang Menjangan Akui Pelaku Penyerangan Cebongan
JAKARTA-(IDB) : Misteri penyerangan Lapas Klas IIB Cebongan Sleman Yogakarta 23 Maret
lalu akhirnya terungkap. Ternyata para pelaku yang menggunakan penutup
kepala adalah para pasuka elit Kopassus grup 2 Kandang Menjangan.
Ketua Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono mengatakan bahwa sehari sejak kejadian, para pelaku sebenarnya sudah mengakui dengan jujur. "Para pelaku sudah mengakui tindakannya dengan jujur dan kesatria setelah sehari setelah kejadian," kata Unggul.
Ya, jenderal dengan satu bintang di pundak itu mengatakan bahwa kejadian itu merupakan lanjutan atas kematian seorang anggota Kopassus Sertu Heru Santosa yang tewas ditangan para tahanan yang mati ditembak di dalam sel anggrek itu.
Seperti diketahui, beberapa hari sebelum penyrangan Lapas Cebongan, Sertu Heru berseteru dengan para Deky Cs di cafe Hugo's. Nah, empat pelaku itu ditangkap dan akhirnya dititipkan di Lapas Cebongan hingga pada 23 dini hari diserbu para anggota Kopassus itu.
"Mereka seketika melakukan tindakan balas dendam karena jiwa korsa dan untuk membela kehormatan kesatuan," kata dia.
Serangan LP Cebongan Dilatari Jiwa Korsa
Penyerangan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, oleh oknum TNI AD adalah tindakan seketika yang dilatari jiwa korsa dan bela kehormatan kesatuan. Latar belakang penyerangan tersebut adalah pengeroyokan dan pembunuhan tragis, sadis, dan brutal terhadap Serka Santoso di Hugo's Cafe.
"Ini dilatari jiwa korsa yang kuat, yang merupakan roh setiap satuan militer. Namun, harus diakui bahwa penerapan jiwa korsa dalam penyerangan ke Lapas Cebongan adalah penerapan jiwa korsa yang tidak tepat," kata Ketua Tim Investigasi TNI AD terkait penyerangan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Brigjen TNI Unggul Yudhoyono, di Mabes TNI, Jakarta, Kamis (4/4/2013).
Menurut Brigjen Unggul, para pelaku menyatakan sepenuhnya sadar dan siap mempertanggungjawabkan perbuatan, apa pun risikonya.
"Hasil investigasi dan proses hukum selanjutnya akan dilakukan oleh Puspom TNI AD," kata Brigjen Unggul.
Sebelumnya, gerombolan bersenjata api laras panjang, pistol, dan granat menyerang lapas. Awalnya, mereka mengaku dari Polda DI Yogyakarta sambil menunjukkan surat berkop Polda. Mereka mengaku ingin membawa empat tersangka kasus pembunuhan Serka Santoso, anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus), di Hugo's Cafe, Selasa lalu.
Mereka mengancam meledakkan lapas ketika permintaan ditolak pihak lapas. Akhirnya, petugas membukakan pintu dan belasan orang memakai penutup mata masuk. Mereka menyeret petugas lapas menunjukkan empat tahanan yang dicari.
Empat tahanan tersebut akhirnya ditembak mati. Mereka yakni Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Mereka tercatat sebagai desertir anggota kesatuan Kepolisian Resor Kota Besar Yogyakarta. Sebelum kabur, mereka juga membawa rekaman CCTV. Aksi itu hanya berlangsung 15 menit.
Ketua Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono mengatakan bahwa sehari sejak kejadian, para pelaku sebenarnya sudah mengakui dengan jujur. "Para pelaku sudah mengakui tindakannya dengan jujur dan kesatria setelah sehari setelah kejadian," kata Unggul.
Ya, jenderal dengan satu bintang di pundak itu mengatakan bahwa kejadian itu merupakan lanjutan atas kematian seorang anggota Kopassus Sertu Heru Santosa yang tewas ditangan para tahanan yang mati ditembak di dalam sel anggrek itu.
Seperti diketahui, beberapa hari sebelum penyrangan Lapas Cebongan, Sertu Heru berseteru dengan para Deky Cs di cafe Hugo's. Nah, empat pelaku itu ditangkap dan akhirnya dititipkan di Lapas Cebongan hingga pada 23 dini hari diserbu para anggota Kopassus itu.
"Mereka seketika melakukan tindakan balas dendam karena jiwa korsa dan untuk membela kehormatan kesatuan," kata dia.
Serangan LP Cebongan Dilatari Jiwa Korsa
Penyerangan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, oleh oknum TNI AD adalah tindakan seketika yang dilatari jiwa korsa dan bela kehormatan kesatuan. Latar belakang penyerangan tersebut adalah pengeroyokan dan pembunuhan tragis, sadis, dan brutal terhadap Serka Santoso di Hugo's Cafe.
"Ini dilatari jiwa korsa yang kuat, yang merupakan roh setiap satuan militer. Namun, harus diakui bahwa penerapan jiwa korsa dalam penyerangan ke Lapas Cebongan adalah penerapan jiwa korsa yang tidak tepat," kata Ketua Tim Investigasi TNI AD terkait penyerangan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Brigjen TNI Unggul Yudhoyono, di Mabes TNI, Jakarta, Kamis (4/4/2013).
Menurut Brigjen Unggul, para pelaku menyatakan sepenuhnya sadar dan siap mempertanggungjawabkan perbuatan, apa pun risikonya.
"Hasil investigasi dan proses hukum selanjutnya akan dilakukan oleh Puspom TNI AD," kata Brigjen Unggul.
Sebelumnya, gerombolan bersenjata api laras panjang, pistol, dan granat menyerang lapas. Awalnya, mereka mengaku dari Polda DI Yogyakarta sambil menunjukkan surat berkop Polda. Mereka mengaku ingin membawa empat tersangka kasus pembunuhan Serka Santoso, anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus), di Hugo's Cafe, Selasa lalu.
Mereka mengancam meledakkan lapas ketika permintaan ditolak pihak lapas. Akhirnya, petugas membukakan pintu dan belasan orang memakai penutup mata masuk. Mereka menyeret petugas lapas menunjukkan empat tahanan yang dicari.
Empat tahanan tersebut akhirnya ditembak mati. Mereka yakni Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Mereka tercatat sebagai desertir anggota kesatuan Kepolisian Resor Kota Besar Yogyakarta. Sebelum kabur, mereka juga membawa rekaman CCTV. Aksi itu hanya berlangsung 15 menit.
Libatkan 11 Anggota Kopassus
Tim investigasi TNI Angkatan Darat menyatakan pelaku penyerangan Lapas Kelas IIB Cebongan Sleman Yogyakarta adalah oknum anggota Grup 2 Korps Pasukan Khusus (Kopassus) Kartasura, Jawa Tengah. Penyerbuan lapas melilbatkan 11 oknum anggota Kopassus, dengan satu orang eksekutor, dengan dua orang berusaha mencegah penyerbuan.
"(Penyerangan) melibatkan 11 orang, terdiri dari satu orang eksekutor berinisial U, delapan pendukung, dan dua orang yang lain berusaha mencegah tindakan rekan-rekannya," kata Ketua Tim Investigasi Penyerangan Lapas Cebongan dari TNI AD, Brigjen Unggul K Yudhoyono, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (4/4/2013). Dari 11 orang itu, dia menyebutkan tiga orang berasal dari daerah latihan Gunung Lawu.
Kesebelas pelaku menumpang tiga kendaraan berbeda. Unggul menyebutkan pelaku penyerangan menggunakan Toyota Avanza berwarna biru dan Suzuki APV hitam. Sementara dua orang yang berusaha mencegah penyerangan menggunakan Daihatsu Feroza.
Penyerangan ke lapas ini terjadi pada 23 Maret 2013, pukul 00.15 WIB. Empat tahanan terbunuh, yaitu pelaku pembunuhan terhadap anggota Kopassus Serka Heru Santoso pada 19 Maret 2013 dan pembacokan mantan anggota Kopassus Serka Sriyono pada 20 Maret 2013.
Pelaku Anak Buah Serka Heru Santoso
Penyelidikan dari Tim Investigasi TNI AD mendapatkan motif penyerangan Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah reaksi atas pembunuhan anggota Kopassus dan penyerangan mantan anggota Kopassus Serka Sriyono. Kedekatan pelaku dengan para korban juga menjadi latar belakang.
"(Dilakukan) setelah mendengar pengeroyokan dan pembunuhan tragis, sadis, dan brutal oleh preman di Yogyakarta atas anggota Kopassus Serka Heru Santoso," kata Ketua Tim Investigasi Penyerangan Lapas Cebongan TNI AD, Brigjen Unggul K Yudhoyono, Kamis (4/4/2013). Heru adalah atasan langsung pelaku penyerangan, ujar Unggul, yang juga pernah menyelamatkan pelaku saat menjalankan tugas operasi.
Penyerangan, tambah Unggul, juga dipicu penyerangan terhadap mantan anggota Kopassus, Serka Sriyono, oleh kelompok preman yang sama. "(Sriyono) adalah rekan pelaku saat latihan komando," ujar Wakil Komandan Pusat Polisi Militer TNI AD ini.
Sebelumnya, Unggul menyatakan penyerangan dilakukan 11 oknum anggota Grup 2 Korps Pasukan Khusus (Kopassus) Kartasura, Jawa Tengah. "(Penyerangan) melibatkan 11 orang, terdiri dari satu orang eksekutor berinisial U, delapan pendukung, dan dua orang yang lain berusaha mencegah tindakan rekan-rekannya," kata dia. Tiga orang dari 11 orang itu, berasal dari daerah latihan Gunung Lawu.
Heru tewas setelah dikeroyok di Hugo's Kafe pada 19 Maret 2013. Sementara Sriyono diserang pada 20 Maret 2013. Pelaku pengeroyokan dan penyerangan diduga adalah kelompok yang sma, termasuk empat orang yang tewas dalam penyerbuan ke Lapas Cebongan. Empat orang itu adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait.
Kopassus Serang Lapas Cebongan Pakai 6 Pucuk Senjata
Tim investigasi TNI Angkatan Darat menyatakan pelaku penyerangan Lapas Kelas IIB Cebongan Sleman Yogyakarta adalah oknum anggota Grup 2 Korps Pasukan Khusus (Kopassus) Kartasura, Jawa Tengah. Penyerbuan lapas melilbatkan 11 oknum anggota Kopassus, dengan satu orang eksekutor, dengan dua orang berusaha mencegah penyerbuan.
"(Penyerangan) melibatkan 11 orang, terdiri dari satu orang eksekutor berinisial U, delapan pendukung, dan dua orang yang lain berusaha mencegah tindakan rekan-rekannya," kata Ketua Tim Investigasi Penyerangan Lapas Cebongan dari TNI AD, Brigjen Unggul K Yudhoyono, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (4/4/2013). Dari 11 orang itu, dia menyebutkan tiga orang berasal dari daerah latihan Gunung Lawu.
Kesebelas pelaku menumpang tiga kendaraan berbeda. Unggul menyebutkan pelaku penyerangan menggunakan Toyota Avanza berwarna biru dan Suzuki APV hitam. Sementara dua orang yang berusaha mencegah penyerangan menggunakan Daihatsu Feroza.
Penyerangan ke lapas ini terjadi pada 23 Maret 2013, pukul 00.15 WIB. Empat tahanan terbunuh, yaitu pelaku pembunuhan terhadap anggota Kopassus Serka Heru Santoso pada 19 Maret 2013 dan pembacokan mantan anggota Kopassus Serka Sriyono pada 20 Maret 2013.
Pelaku Anak Buah Serka Heru Santoso
Penyelidikan dari Tim Investigasi TNI AD mendapatkan motif penyerangan Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah reaksi atas pembunuhan anggota Kopassus dan penyerangan mantan anggota Kopassus Serka Sriyono. Kedekatan pelaku dengan para korban juga menjadi latar belakang.
"(Dilakukan) setelah mendengar pengeroyokan dan pembunuhan tragis, sadis, dan brutal oleh preman di Yogyakarta atas anggota Kopassus Serka Heru Santoso," kata Ketua Tim Investigasi Penyerangan Lapas Cebongan TNI AD, Brigjen Unggul K Yudhoyono, Kamis (4/4/2013). Heru adalah atasan langsung pelaku penyerangan, ujar Unggul, yang juga pernah menyelamatkan pelaku saat menjalankan tugas operasi.
Penyerangan, tambah Unggul, juga dipicu penyerangan terhadap mantan anggota Kopassus, Serka Sriyono, oleh kelompok preman yang sama. "(Sriyono) adalah rekan pelaku saat latihan komando," ujar Wakil Komandan Pusat Polisi Militer TNI AD ini.
Sebelumnya, Unggul menyatakan penyerangan dilakukan 11 oknum anggota Grup 2 Korps Pasukan Khusus (Kopassus) Kartasura, Jawa Tengah. "(Penyerangan) melibatkan 11 orang, terdiri dari satu orang eksekutor berinisial U, delapan pendukung, dan dua orang yang lain berusaha mencegah tindakan rekan-rekannya," kata dia. Tiga orang dari 11 orang itu, berasal dari daerah latihan Gunung Lawu.
Heru tewas setelah dikeroyok di Hugo's Kafe pada 19 Maret 2013. Sementara Sriyono diserang pada 20 Maret 2013. Pelaku pengeroyokan dan penyerangan diduga adalah kelompok yang sma, termasuk empat orang yang tewas dalam penyerbuan ke Lapas Cebongan. Empat orang itu adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait.
Kopassus Serang Lapas Cebongan Pakai 6 Pucuk Senjata
Penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman pada 23 Maret 2013 lalu oleh 11 oknum TNI AD yang menewaskan 4 tahanan, menggunakan 6 senjata api.
Ketua Tim Investigasi TNI AD, Brigjen Brigjen Unggul Yudhoyono dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (4/4/2013) menyebutkan, 6 senjata yang dipakai untuk menyerang Lapas Cebongan antara lain 3 jenis senjata AK47, 2 pucuk AK47 replika dan satu pucuk pistol sig sauer replika. Menurut Unggul, tiga pucuk senjata api AK47 tersebut dibawa dari pelatihan di Gunung Lawu.
Dia membeberkan aksi penyerangan Lapas Cebongan pada pukul 11.15 itu dilakukan oleh 11 oknum anggota Kopassus yang terdiri dari 1 eksekutor berinisial U, 8 orang pendukung dengan menumpangi 2 unit kendaraan, masing-masing Toyota Avanza biru dan APV hitam. Terdapat dua orang anggota di dalam mobil Feroza yang hendak mencegah aksi penyerangan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Tim Investigasi TNI AD terkait penyerangan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Brigjen TNI Unggul Yudhoyono, mengakui bahwa oknum Grup II Kopassus Kartosuro adalah pihak penyerang empat tahanan terkait pembunuhan Serka Santoso.
"Bahwa secara kesatria dan dilandasi kejujuran serta tanggung jawab, serangan LP Cebongan, Sleman, pada 23 Maret 2013 pukul 00.15 WIB diakui dilakukan oleh oknum anggota TNI AD, dalam hal ini Grup II Kopassus Kartosuro yang mengakibatkan terbunuhnya empat tahanan," kata Wakil Danpuspom TNI AD Brigjen Unggul K Yudhoyono, yang juga ketua Tim Investigasi kasus tersebut di Mabes TNI AD, Jakarta, Kamis (4/4/2013).
Brigjen Unggul mengatakan, penyerangan ini berhubungan dengan pembunuhan terhadap Serka Heru Santoso, yang juga anggota TNI AD, pada 19 Maret 2013 dan pembacokan terhadap mantan anggota Kopassus Sertu Sriyono pada 20 Maret 2013 oleh kelompok preman di Yogyakarta.
Sumber : JPNN