Pages

Minggu, Desember 08, 2013

Normalisasi Hubungan, Australia Harus Jalankan Syarat RI

BANGKALAN-(IDB)  : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Pemerintah Australia menjalankan enam syarat yang diajukan Pemerintah Republik Indonesia (RI), baru berbicara tentang normalisasi hubungan RI-Australia. 

Enam syarat yang disampaikan RI, di antaranya perlu dibentuknya kode etik dan protokol yang mengatur kesepakatan hubungan RI-Australia menyusul ketegangan hubungan diplomatik akibat skandal penyadapan oleh Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap telepon seluler SBY, istrinya, dan sejumlah menteri pada 2009.


"Itu prinsip, kita tidak bisa maju tanpa adanya saling menghormati, saling mempercayai," ujar Presiden saat memberikan keterangan pers di Pendopo Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Jumat (6/12).


Presiden mengaku telah melakukan pembicaraan telepon selama 30 menit dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Marty secara eksplisit menjelaskan kepada presiden mengenai pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop di Bali, Kamis (5/12).


Pada pertemuan itu, lanjut Presiden, Bishop secara terbuka menyampaikan penyesalan mendalam atas skandal penyadapan telepon sejumlah pejabat tinggi negara. Namun, rasa penyesalan itu belum cukup hingga Pemerintah Australia menjalankan persyaratan yang ditetapkan RI.


"Biarlah mengalir dulu sampai Indonesia yakin. Saya yakin, bahwa ke depan tidak ada lagi hal seperti itu dan kita bisa menjalin kerja sama dengan baik," kata presiden.


Dia menyatakan bahwa bagi Indonesia, menyadap pembicaraan Kepala Negara sahabat berarti tidak mempercayai dan menghormati. Oleh karena itu, RI berkeinginan untuk membangun suatu hubungan baru dengan kesepakatan bahwa semuanya harus memiliki penghormatan dan kepercayaan kepada mitranya.


"Sikap kita jelas dan tegas, penyadapan ini suatu yang serius dan kita tidak bisa dianggap berlangsung begitu saja,"kata presiden.


Menurut Presiden, pada pertemuan dengan Menlu Marty Natalegawa, Bishop menyatakan bahwa Australia konsekuen untuk menghormati kedaulatan dan keutuhan NKRI.


"Tapi bagaiman pun harus kita selesaikan dulu masalah penyadapan ini sampai beres, kemudian kita siap melaksanakan normalisasi hubungan bilateral kedua negara," katanya.




Sumber : BeritaSatu

7 komentar:

  1. Pak SBY udah diamkan saja itu Ozterali ,,, yang penting bapak percepat tuh datangnya Kapal Selam, pesawat tempur SU 35 dan Rudal S-500 ,,, kalau perlu tukar aja dengan Konsesi MIGAS pak ,,, biar Rusia juga nambang di Papua mengimbangi AS ,,, akakakakakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener tuh. di banding amrik, gak ada manfaat nya sama sekali. malah keruk bumi papua.. bagusan kita suruh rusia nambang aja di papua dg konsesi peralatan tempur canggih.

      Hapus
  2. Baru kali ini setelah bung Karno, Indonesia menggertak negara yg. kuat secara militer. Mantaps.

    BalasHapus
  3. wkwkwk
    keliatan kan siapa yg di atas angin
    ausi mah cetek
    haha

    BalasHapus
  4. indonesia beraninya ama cambera doang ....padahal kita tqhu ausi hanyalah jogos...nya usa .

    BalasHapus
  5. Lht saja kalo presiden amrik dtg,heli pad pun di buat baru,nampak kale angkat telor nya....wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya terus lu mau kita lawan AS sekarang?
      Irak dan Libya yang lebih kuat alutsistanya dari kita aja hancur,,, gimana tuh?
      Indonesia akhir-akhir ini lagi membangun kekuatan walaupun TNI 10 tahun dikucilkan oleh DPR ,,,
      ya wajarlah kita harus lihat situasi dulu ,,, nanti kalau sudah kuat baru kita main keras!!!
      ini bukan bola nih modal nekat doang ,,,

      Hapus