Pages

Sabtu, Oktober 19, 2013

Analisis : Menimbang Lampung

ANALISIS-(IDB) : Dinamika kawasan Asia Pasifik khususnya Laut Cina Selatan (LCS) setahun terakhir ini sangat mudah berganti warna. Pagi kelihatannya cerah, tiba-tiba tengah hari mendung dan suram, atau sebaliknya.  PM Cina Li Keqiang dalam pertemuan ASEAN di Brunai tanggal 10 Oktober 2013 yang lalu,misalnya, meminta sengketa LCS diselesaikan secara damai dan bersahabat. Padahal pernyataan dan kenyataan di medan air LCS berbeda tajam. Pernyataan adalah diplomasi, belum tentu kalimat ucap sama dengan kalimat hati.  Gerakan militer Cina yang berbaju kapal nelayan berteknologi selalu memantau situasi LCS setiap hari, termasuk gerakan kapal selamnya.



Dalam terminologi militer pesan “cuaca” yang mudah berganti itu harus disikapi dengan cara pandang kewaspadaan dan pantauan terus menerus.  Termasuk juga tiga tahun lalu belum ada pemikiran menoleh serius ke pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera.  Tetapi sejak Darwin, pulau Natal dan Cocos ada optimasi bertahap pengumpulan satuan militer dan persenjataan negara adidaya, maka mau tak mau kita harus menoleh dan mengantisipasi untuk berkalkulasi pertahanan diri. Salah satunya adalah membangun pangkalan militer setara Surabaya dan penempatan 1 skuadron Sukhoi generasi terbaru di lingkaran itu.

Tidak lagi harus terpusat di Surabaya


Pangkalan utama angkatan laut di selat Sunda tepatnya di teluk Lampung bisa menjadi pilihan strategis karena berada di mulut ALKI I. Jangkauan operasi kapal perang yang berpangkalan di teluk Lampung bisa menjangkau seluruh pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera dan LCS.  
Sementara untuk penempatan 1 skuadron Sukhoi salah satu pilihan bagus bisa ditempatkan di Lanud Radin Inten, Bandar Lampung.  Sama seperti pangkalan AL di Lampung, kehadiran Sukhoi di Bandar lampung bisa memberikan kawalan terhadap seluruh ALKI I, pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, selat Malaka dan LCS. Lebih dari itu memberi kepastian reaksi cepat mengawal ibukota dari ancaman jet tempur asing.



Program MEF(Minimum Essential Force) kedua diprediksi akan ada penambahan minimal 2 skuadron jet tempur diluar penggantian jet tempur F5E. Boleh jadi penggantian F5E dari F16 upgrade batch 2 sebagaimana yang pernah ditawarkan Obama setelah 24 F16 batch 1 tiba.  Sangat terbuka kemungkinan isian penambahan 2 skuadron itu dari Sukhoi Family.  Alokasi strategis penempatan 1 skuadron Sukhoi di wilayah Barat menurut pandangan kita sangat tepat berada di jalur ALKI I Selat Sunda yaitu di Lanud Radin Inten.  Sementara 1 skuadron yang lain bisa ditempatkan di timur Indonesia yaitu Biak. Jadi gambaran jelasnya ada 3 skuadron Sukhoi yaitu di Lampung, Makassar, Biak. Sebagai jet tempur kelas berat jelajah jangkau Sukhoi dari titik Lampung  akan mampu mengcover seluruh ALKI I yang meliputi Selat Sunda, Selat Malaka sampai Natuna. Termasuk mengawal Jawa dan Sumatera.  Yang paling penting dari semua pemikiran strategis itu adalah untuk mengawal ibukota.



Angkatan laut juga diharapkan tidak lagi menumpuk kapal perang di Surabaya.  Sebagaimana dikatakan Jendral Kiki Syahnakri di acara Sugeng Sarjadi TVRI dalam rangka menyambut HUT TNI 5 Oktober lalu.  Sudah saatnya pangkalan TNI AL tidak lagi dipusatkan di Surabaya.  Maka salah satu pilihan tentu saja pangkalan TNI AL di Teluk Lampung yang dulu sempat bergema kuat di era Pak Harto ketika heboh pembelian 39 kapal perang eks  Jerman Timur.  Bukankah di Piabung sudah ada satuan tempur Marinir setingkat brigade.  Benar pemikiran mantan KSAL Laksamana Slamet Subiyanto bahwa TNI AL jangan hanya memikirkan halaman dalam NKRI, tapi juga perlu kehadiran di halaman luar seperti pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera. Kehadiran pangkalan utama TNI AL di kawasan selat Sunda merupakan basis perkuatan untuk mengawal ALKI I di mulut botolnya langsung.

Jet Tempur Sukhoi, 3 skuadron mampu mengcover seluruh NKRI


MEF tahap 2 tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah kunci geliat perkuatan seluruh matra TNI.  Sebagai satuan pemukul NKRI dari ancaman asing, modernisasi persenjataan TNI di MEF 2 adalah keniscayaan yang harus dipertaruhkan dalam istiqomahisasi kebijakan meskipun struktur pemerintahan,  konspirasi kabinet dan parlemen sudah berbeda figur.  Sudah tentu menu utama dari adanya persebaran pangkalan AL dan skuadron jet tempur adalah pemenuhan dan penambahan jenis kapal perang berkualifikasi destroyer, fregat, kapal selam dan jet tempur berteknologi setara dengan ancaman yang datang dari selatan Jawa atau LCS. Khusus kapal selam selayaknya Indonesia harus memiliki minimal 12 kapal selam untuk mengawal jelajah perairan NKRI. Oleh sebab itu disamping 3 Changbogo yang sedang dalam proses pembangunan, opsi mengambil kapal selam dari Rusia sangat pantas dilakukan sebagai upaya percepatan kehadiran kapal selam yang merupakan alutsista strategis.



Menimbang Lampung adalah kalkulasi sederhana, masih dalam konteks mengawal Jawa sebagai jantung Indonesia dan sekaligus membuka kawalan baru sebagai akibat munculnya perkuatan militer di selatan Jawa dan barat Sumatera.  Hitung cepatnya, memperpendek jarak jelajah KRI dan memastikan ruang udara Sumatera Jawa ada dalam genggaman Sukhoi.  Meski katanya Cocos dan Darwin untuk menghadapi militer China tetapi tetap saja akan melewati teritori NKRI, tetap saja akan mengacak-acak ruang udara NKRI.  Kehadiran Skuadron Sukhoi dan pangkalan besar KRI di Lampung setidaknya akan memberikan langkah hati-hati bagi pihak manapun untuk tidak sembarangan melanggar kedaulatan teritori Indonesia.
Sumber : Analisis

14 komentar:

  1. Setuju sama analisis di atas. . .

    BalasHapus
  2. Analisis yang harus menjadi perhatian para petinggi militer, Nusakambangan juga harus dipikirkan untuk menjadi pangkalan utama TNI AL dengan menempatkan beberapa Fregat dan KS, lapangan terbang Gading di Gunung Kidul DIY dapat menjadi homebase flanker dan arhanud jarak jauh, bisa juga dibangun Silo untuk rudal jarak jauh macam Yakhont atau S-300 supaya AS dan aussie berpikir lagi kalau mau mendaratkan pasukannya

    BalasHapus
  3. Wah... TNI lebih berfokus pengembangan kekuatan militer di area sekitar ALKI 1 dan ALKI 2,ditunggu juga pak pembangunan kekuatan militernya di sekitar area ALKI 3 nya.
    By. Cougar

    BalasHapus
  4. Wah Lampung ? terlalu dekat dengan Krakatau pak,,,, meledak Krakatau musnahlah pangkalan Lampung,,,, baiknya taruh di Selatan Banten atau di Pelabuhan Ratu, memang agak terbuka ke samudera Hindia yang gelombangnya cukup besar,,, tapi ya itulah resiko TNI AL,,, ayo TNI AL jangan milih pelabuhan yang terlindung terus ga ada ombaknya dooong,,, moso' kalah sama Nelayan pantai Selatan ???

    BalasHapus
  5. wakakakaka....kalau mau geser pangkalan al di sekitar papua....makanya beli kapal destroyer yang besar buat atasi ombak besar....soal sukhoi kalau cuma 3 skuadron itu sangat cemen dan cuma buat jaga pagar rumah....gimana atasi jet negara lain yg rata2 berjumlah ratusan????...kalau fight gimana atasi dengan cuma 3 skuadron?????....berfikir haruslah macam kita tempur lawan dengan negara lain....minimal jet utama sekelas su 35 bm itu 150 buah......yah kayak jepanglah

    BalasHapus
  6. istiqomahisasi,,,,,, halah.. halah......

    BalasHapus
  7. penguatan Cocos dan Darwin untuk menghadapi militer China cuman alasan terselubung yg selubungnya sudah pada robek-robek. memperkuat pangkalan militer di filipina yg notabene adalah sekutu amerika adalah keputusan tepat jika amerika ingin berhadapan dengan china.

    ngapain harus di cocos n darwin, amerika merespon ketakutan oztrali dgn memindahkan pangkalan nya ke tempat tersebut..........

    BalasHapus
  8. analisis yang bagus dari IDB. 3 skuadron Sukhoi untuk menjaga 3 jalur ALKI. tapi perlu penambahan satuan satuan radar baru pula.

    BalasHapus
  9. Analisis bagus....tapi bandara raden inten tll kecil untuk 1 skuadron Su-35 BM, tepat dipinggir jalan lintas sumatera, rawan sabotase (pesawat parkir bisa ditembak dr pinggir jalan hanya menggunakan RPG/penghancur tank). Sebaiknya di bandara Int'l SMB II Palembang yg lebih representatif n akses jauh dr jalan utama...Backup ALKI oke, back up LCS juga oke.

    BalasHapus
  10. Di lampung memang dah ada pangkalan rahasia AL, jgn coba2 mendekat pasti di sergap!!! Nelayan dah banyak yg kena damprat karena masuk ke wilayah tsb!!! Sebagai kamuflase di buat resort yg katanya milik tomi winata!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ojo banter" lambemu wah ..
      Silent reader anak buah LSM asing bisa laporan k bos nyaaa...
      Piss

      Hapus
    2. Tempat itu memang benar dikelola sama TW. Tdk ada yg rahasia. Nelayan didamprat karena di area tsb tdk boleh ada penangkapan ikan, termasuk wilayah hutannya, tdk boleh ada pembabatan hutan dan perburuan liar. Soalnya TW dpt konsesi area tsb dr perhutani dg syarat harus dijaga kelestarian alamnya. Tdk ada yg rahasia bro, hanya privat. Janga bikin cerita serem2 ah (f)

      Hapus
    3. Kok yang jaga tentara? Kok ada lapter juga? Kok pejabat aja susah masuk? Kok gak pernah di ekspose?

      Hapus
  11. markas tni al di lampung mah udah bukan rahasia lage udah banyak orang yg tau... tapi kalo mau naro pesawat tempur jgn di bandara raden intan tapi di pangkalan tni au di kabupaten tulang bawang lampung ntu lokasi yg blm banyak orang tau...

    BalasHapus