Pages

Sabtu, September 07, 2013

Pindad Butuh Mesin Baru Untuk Tingkatkan Produksi Senjata

BANDUNG-(IDB) : PT Pindad (Persero) industri pertahanan terkemuka nasional mampu memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) nasional, asalkan diberi kesempatan dan kepercayaan.
 
PR Manager PT Pindad (Persero) Tuning Rudyati mengatakan hal itu dalam obrolan dengan tubasmedia.com di ruang kerjanya, Jumat. ‘’Kami siap memenuhi kebutuhan alat pertahanan kita, asal kami diberi kesempatan,’’ katanya.


Diakui oleh Tuning bahwa salah satu bukti kemampuan Pindad dan sudah teruji di dunia internasional adalah adanya Panser buatan Pindad sebanyak 20 unit di Libabon dan hingga sekarang Panser tersebut masih bertengger di Libanon.


Namun dia katakan produksi Pindad hingga kini masih terbatas, khususnya untuk produk senjata laras panjang. Penyebabnya, mesin untuk memproduksi senapan laras panjang dirasa sangat kurang membuat lini produksi menjadi sangat terbatas.


Menurutnya, ada niat untuk menambah mesin produksi. Akan tetapi mendatangkan mesin produksi senapan tidak segampang memesan mesin pemroduksi produk lain. Pasalnya, mesin pemroduksi senapan adaah mesin khusus dan harrus dipesan secara khusus pula.


Memesan mesin pemroduksi mesin pembuatan senapan menurutnya, paling cepat terealisasi dua tahun yang diimpor dari Belgia. ‘’Jadi untuk menambah kapasitas produksi harus menunggu waktu paling cepat dua tahun,’’ jelasnya.


Menjawab pertanyaan dikatakan kebutuhan senapan laras panjang mencapai 200.000 pucuk setiap tahun dan ini yang harus dilayani belum lagi permintaan pasar internasional seperti permintaan Thailand dan Singapura. Akan tetapi lanjutnya, pasar utama Pindad adalah dalam negeri dalam hal ini TNI.

Ditanya sekitar pengadaan bahan baku senapan laras panjang, dikatakan sepenuhnya masih didatangkan dari luar negeri berupa aluminium, baja dan plastik. ‘’Hampir semuanya kami impor sebab Indonesia belum bisa membuatnya,’’ jelas Tuning. 





Sumber : Tubas

7 komentar:

  1. Maju terus PT.PINDAD ditunggu Tank Mediumnya !

    BalasHapus
  2. lanjutkan pindad jgn ragu tuk melangkah....

    BalasHapus
  3. waaaaa ... ternyataaa kita belum bisa mandiri yaaaa??? tapi kok sudah gembar-gembor ...

    BalasHapus
  4. lha emangnya hasil tambang baja,aluminium,plastik indonesia dikemanakan????????????????

    BalasHapus
  5. Bukan masalah di kemanakan hasil tambang kita.. Masalahnya produksi pabrik baja di Indonesia Krakatau Steel & Cakra Tunggal Steel baru bisa sebatas produksi keperluan baja sipil (konstruksi & manufaktur)..sedangkan utk baja bahan senjata msh belum bisa produksi karena "racikan" campuran bahan baja belum bisa di peroleh secara akurat. Rata2 industri baja di luar negeri sangat pelit bagaimana membuat "racikan" bahan baku dan cara produksi utk baja senjata..

    BalasHapus
  6. Kita penghasil biji besi,timah ,alluminium.nikel tapi itu semua masih berupa pasir bro.Di export ke jepang,china,eropa.Masih ingatkan kapal sinar kudus yang di bajak.? itu kapal bawa bahan baku buat stainlesss steel.Di luar sana di olah lagi jadi setengah jadi dan bahan jadi siap digunakan.Indusri pengolahan itu kita yang belum ada.Makanya di beli dari luar.Rencana pemerintah mau melarang ekpor bahan tambang dan di olah di dalam negri sendiri.Tapi masih ribet,jepang malah mau protes ke wto,bila indonesia menerapkan pelarangan ekport bahan tambang.

    BalasHapus
  7. Bu Tuning, kalau delivery lead time nya dua tahun ya dipesan aja sekarang. In the mean time bisa outsource dulu sampai pesanan mesinnnya datang.
    Kalo mengeluh doang dan no action, masalah gak bakalan terselesaikan.

    BalasHapus