Pages

Kamis, Agustus 22, 2013

ASEAN Perkokoh Kerja Sama Dengan Mitra

JAKARTA-(IDB) : Para menteri ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers/AEM) melanjutkan konsultasi dengan negara mitra dialog yaitu Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Rusia, Kanada dan India, di Bandar Seri Begawan, Rabu, untuk makin memperkokoh kerja sama, terutama untuk meningkatkan perdagangan. Sebelumnya pada Selasa, AEM melakukan konsultasi dengan China, Korea Selatan, Jepang secara terpisah dan melakukan konsultasi "AEM plus three" (ASEAN dengan China, Jepan dan Korea Selatan).

Pertemuan tersebut merupakan rangkaian dari pertemuan AEM ke-45 yang berlangsung dari 19--21 Agustus. Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan menghadiri pertemuan pada 19 Agustus, lalu dilanjutkan oleh Wakil Menteri Perdagangan RI Bayu Krisnamurthi mulai 20 Agustus. 


Dalam pertemuan konsultasi tersebut mereka membahas perkembangan perdagangan serta upaya-upaya untuk meningkatkan perdagangan ke depan.

Wamendag Bayu Krisnamuthi dalam keterangan tertulis Kemendag mengatakan, tercatat kemajuan yang sangat baik dan positif dalam kerja sama ASEAN dengan negara-negara mitra dialog, khususnya dalam konteks mensinergikan berbagai langkah bersama oleh seluruh negara dalam mewujudkan integrasi ekonomi di kawasan.


"Sudah terbukti bahwa perekonomian semua negara ASEAN terus meningkat, termasuk nilai perdagangan dan investasi, khususnya dengan negara-negara mitra dialog tersebut. Bagi Indonesia kesempatan-kesempatan itu harus dimanfaatkan seluas-luasnya, termasuk meningkatkan kapasitas daya saing dan tingkat perekonomian nasional kita," tegas Wamendag.
 
Ia juga menghimbau pengusaha Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 karena sebenarnya kondisi persaingannya nanti tidak jauh berbeda dengan sekarang.

"Pengusaha Indonesia sebenarnya sudah berada dalam persaingan di tingkat ASEAN," kata Wakil Mendag Bayu Krisnamurthi, di Bandar Seri Begawan, Rabu, disela mengikuti Pertemuan Menteri-menteri ASEAN ke-45.


Salah satu pembicaraan utama pertemuan tersebut adalah perkembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN. 


Bayu mengatakan bahwa pengusaha Indonesia tidak kalah karena banyak yang sudah melakukan ekspor ke negara ASEAN. "Hanya mereka tidak tahu AEC (Asean Economic Community/MEA). Seolah-olah sesuatu yang menakutkan," katanya. 


Bayu mengatakan salah satu tantangan pengusaha Indonesia ialah membangun kepercayaan diri. Mereka, katanya, nyaman dengan pasar yang besar sehingga saat diajak untuk pasar yang lebih luas di ASEAN, seringkali tidak percaya dan ragu. 


Untuk itu, pengusaha Indonesia tidak usah takut, apalagi banyak negara yang sebenarnya kondisi daya saingnya lebih rendah dari Indonesia, katanya sambil menyebut beberapa negara.


"Ini pasar potensial," katanya, yang di dalamnya ada pasar yang bisa dimanfaatkan pengusaha untuk mengekspor produk yang sudah tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Hadapi Cina, Menhan AS Dekati ASEAN

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel Kamis (22/8) bertolak untuk lawatan ke Asia Tenggara guna mendukung hubungan militer AS dengan mitra regional yang menghadapi peningkatan kekhawatiran atas sengketa maritim dengan Cina. Hagel mengumumkan pada Selasa (21/8) ia akan terbang ke Malaysia, Indonesia, Brunei dan Philipina dalam kunjungan selama sepekan, dan menghadiri pertemuan para menteri pertahanan ASEAN pada 28-29 Agustus sebagai tujuan utama perjalanannya.

Klaim-klaim teritorial di Laut Cina Selatan diperkirakan akan menjadi agenda utama pada diskusi-diskusi ASEAN di Brunei pada Rabu dan Kamis depan, kata para pejabat. Sepuluh negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara bersumpah untuk bersikap bersatu guna meyakinkan Cina untuk menyetujui kode etik untuk menangani perselisihan di Laut China Selatan yang strategis itu.
 
Di Brunei, Hagel juga berencana untuk mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Cina, Jenderal Chang Wanquan, yang akan menghadiri sidang ASEAN. Pertemuan mereka akan terjadi sepekan setelah Chang melakukan kunjungan ke Washington dan disebut-sebut mencapai kemajuan dalam hubungan militer AS-Cina. Namun jenderal China memperjelas bahwa Beijing kukuh akan membela "kepentingan inti" dan "hak maritimnya."

Pernyataan Chang menggarisbawahi sikap tegas Cina terhadap hak teritorial di Laut China Selatan, yang diyakini menyimpan cadangan besar minyak dan gas alam. Negara-negara Asia Tenggara telah mencoba selama lebih dari satu dekade untuk mengamankan kesepakatan dari Cina mengenai kode etik yang mengikat secara hukum untuk Selat Malaka. Cina mengklaim hampir semua laut, bahkan air yang mendekati pantai negara-negara tetangga. Dan Beijing telah menolak menyetujui kode etik itu, dan waspada memberikan konsesi yang bisa melemahkan klaimnya.





Sumber : Irib

2 komentar:

  1. Kapan ya Indonesia punya Helikopter CH - 47 Chinook? :(

    BalasHapus
  2. Kalau kita memperhatikan kerjasama ASEAN, sebenarnya Indonesia sangat di rugikan dari aspek sumber daya alam, terutama pasir, timah, kayu dan ikan laut, serta gas alam.
    Betapa tidak sumber daya alam tersebut dapat menghidupi negara Singapura, Malaysia, Muangthai dan Vietnam.
    Sinagpura tambah luas daratannya akibat di timbun oleh pasir Indonesia, sehingga sampai saiki g mau menandatangani garis lintas batas kelautan.
    Disamping tetep ndableg g mau menandatangani perjanjian ekstradisi para koruptor.
    Malaysia menjadi terang benderang listriknya karena mampu beli murah gas alam dari Natuna, sedangkan Muangthai dan Vietnam jadi jagonya penguras ikan di perairan ZEE kita.
    Dan anehnya, Indonesia diam saja tanpa mampu berbuat apa. - apa.
    Qou vadis?

    BalasHapus