Pages

Rabu, April 24, 2013

TNI AU Akan Lengkapi CN-295 Full Satu Skadron

C 295 Uji Rudal Marte
C 295 Uji Rudal Marte
JKGR-(IDB) : Indonesia akan membeli 7 tambahan pesawat C 295 untuk melengkapi 9 pesanan terdahulu, sehingga total pesawat menjadi 16 unit. “Angkatan Udara membutuhkan tambahan 7 pesawat”, agar menjadi full skuadron 16 pesawat”, ujar  vice-president marketing and sales PT DI, Arie Wibowo.

Sebelumnya TNI AU telah menandatangani pembelian 9 pesawat C 295 di  Singapore air show, Februari 2012. Selain untuk TNI AU, PT DI juga menawarkan  C 295 s untuk  Densus 88 Polri, Malaysia dan Philipina.

Indonesia telah menerima 2 unit C 295 yang diterbangkan dari Airbus Military,  Seville- Spanyol. 5 pesawat lainnya akan disiapkan setengah jadi (green condition) oleh  Airbus Military Spanyol, untuk difinalisasi (customise) oleh PT DI di Bandung- Jawa Barat, sesuai permintaan TNI AU. Sementara 2 sisanya lagi akan dirakit di PT DI Bandung seutuhnya dengan menggunakan sebagian komponen dari Airbus Military yang kemudian dilanjutkan dengan 7 pesanan  C 295 lainnya.

CN 295M TNI AU
CN 295M TNI AU
Peran PT DI dalam pembuatan pesawat C 295 masuk kategori tier one, yang membuat bagian utama pesawat (main frame) termasuk: rear fuselage dan tail empennage.

Akhir- akhir ini konsep multirole (utility) bukan hanya dianut oleh helikopter, melainkan juga merambah ke dunia pesawat fix wing.  Pesawat twin-engined turboprop C 295 awalnya disiapkan sebagai pesawat angkut (Cargo) dan transport militer.  Namun para teknokrat militer terus mengembangkannya agar memiliki fungsi  lebih melebar,  menjadi pesawat peringatan dini AEW&C, Anti Kapal Selam dan Anti Kapal Permukaan.

Tujuannya tak lain untuk memangkas biaya operasi dan perawatan. Dengan mengelompokkan berbagai alutsista dalam satu platform, dana operasional akan dihemat cukup signifikan, terutama urusan perawatan pesawat. Persoalan ini biasanya dihadapi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

C 295 AEW&C
c295aew111.jpg
Awal tahun 2011, EADS CASA Airbus Military menandatangani kesepakatan dengan Israel Aerospace Industries (IAI), untuk mengembangan pesawat pendeteksi dini CN 295 AEW&C (Airborne Early Warning & Control system).  Pesawat itu kemudian diuji coba bulan Februari 2012, dan diklaim sukses. Dalam uji terbang itu, C-295 AEW atau AEW&C mampu terbang 8 jam lebih dengan maksimum altitude antara 20,000ft (6,100m) hingga 24,000feet.

C 295 ini diinstal perangkat “integrated tactical system mission” milik IAI/ Elta sebagai penyuplai  active scanned array radar, serta piranti pendukung lainnya. C-295 juga dilengkapi dilengkapi modul anti-surface dan anti-submarine warfare.

Pesawat AEW&C atau AWACS berfungsi sebagai:BVR Missile Guidance, Electronic Warfare (EW) dan Reconnaissance. Ia menjadi mata dan backbone informasi bagi armada tempur sebuah negara.

C 295 AEW&C kini sedang dipasarkan oleh Airbus Military dan mereka yakin Indonesia merupakan salah satu negara pembeli potensial. Jika Indonesia memiliki sekaligus bisa memproduksi C 295, tentu menjadi sebuah lompatan besar. Sebagai produsen sekaligus konsumen.

Tidak itu saja, Airbus Military juga terus mengembangkan kemampuan pesawat C 295.

C 295 Anti Kapal Selam dan Anti Kapal Permukaan

Saat ini  Airbus Military dan MBDA juga telah sukses mengujicoba instrumen Marte MK2/S anti-ship inert missile yang diinstal di bawah sayap C 295  maritime patrol.

C 295 Anti Kapal Permukaan
C 295 Anti Kapal Permukaan
Uji terbang dan “penembakan” ini merupakan uji terakhir dari rangkaian test performa kerjasama Airbus Military – MBDA untuk validasi integrasi aerodinamis dari rudal Marte di pesawat C 295. 

Keberhasilan ini membuat pesawat C 295 memiliki kemampuan baru dalam menjalankan misi militer. Marte MK2 merupakan rudal anti kapal kelas menengah dengan bobot 70 kg, flight altitude sea skimming untuk memburu kapal sejauh 25 km. 

Rudal buatan Italia dan Spanyol (MBDA) ini telah diinstal di helikopter Italia: AW-101 dan NFH (Naval NH90) serta sedang diintegrasikan di pesawat tempur Eurofighter Typhoon untuk jenis Marte ER.
C 295 Tembakkan Torpedo MK46
C 295 Tembakkan Torpedo MK46
Sebelumnya C 295 juga telah sukses mengujicoba peluncuran rudal anti-submarine warfare (ASW) torpedo MK46.

Kira- kira apa motif  TNI AU membeli 9 pesawat C 295 lalu kemudian menambahnya dengan 7 pesawat sehingga akan memiliki 16 pesawat C 295 ?. Apakah seluruhnya akan dijadikan pesawat angkut militer ?.  Tentu kita harapkan obsesi TNI AU tidak hanya segitu. Militer adalah alat pemukul negara terhadap gangguan asing.  Ketemu lawan (surveillance), sikat dan pulang, adalah kondisi yang ideal. 





Sumber : JKGR

51 komentar:

  1. Sebenarnya TNI -AU lebih memntingkan aspek peningkatan kemampuan tempur, effisien, cepat dan biaya yg relative murah.
    Untuk dukungan ke arah itu, tidak seharusnya TNI - AU dibebani dg aspek politis, karena akan menghalangi atau setidaknya mengurangi kemampuan sebagai prajurit profesional sebagai yg di amanatkan.
    Biarkan TNI -AU memilih dan menyeleksi mana Alutsista yg cocok untuk mendukung dan merealisasikan tujuan sebagai prajurit matra Udara yg handal guna melindungi Nusantara ini. Jangan di recoki dg bisnis pengadaan alutsista yg akan menyebabkan tujuan utama menjadi tidak terealisir.
    Contoh sudah banyak terjadi, pengadaan pesawat Hawk 100, 200, kemudian pilihan pesawat angkut C-17 "Spartan" diubah menjadi pesawat C-295 demikian juga dengan pesawat T-50 yg belum tentu dpt berfungsi sebagaimana requirement yg sebenarnya yg di tentukan oleh TNI-AU.
    Marilah kita mulai bersikap "legowo" dalam program pengadaan alutsista kita ini, cobalah menimbang bagaimana prajurit di lapangan yg menggunakan alutsista harus bersikap menghadapi material yg di operasikan ternyata tidak seperti yg di dapat di lembaga pendidikannya paling tidak kok tidak se ideal yg di harapkan.
    Lha kalau begini kapan mau profesional?

    BalasHapus
  2. Menggaris bawahi masalah "Integrated Tactical Mission System" mengapa kiat malu-malu memberikan informasi bahwa sistim itu produk Israel, sudahlah terus terang saja karena di dunia ini untuk produk sisitim apapun memang Israel jagonya dan di akui dunia. Contoh untuk sistim kendali senjata yg di miliki oleh TNI pun banyak yg buatan Israel, salah satu contoh Avionik di pesawat anyar TNI - AU "Super Tucano" adalah produk "Elbit" Israel. Sedang radar yg di pasang di "perut" CN - 235 MPA adalah buatan "Elta - Rafael" Israel dan bukan IAI.

    BalasHapus
  3. Mudah2an varian CN 295 AEW&C (Airborne Early Warning & Control system) masuk dalam salah satun yg diambil TNI-AU guna menunjang performa pertempuran BVR yg dimiliki Sukhoi kita.

    BalasHapus
  4. Bung boler justru dari kebijakan tersebut terlihat betapa pemerintah kita telah brusaha maksimal!! Bayangkan kalau pesawat PT DI tak ada yg dibeli TNI bukankah para pemerotes akan tertawa senang dan terus menghujat??? Juga kalau semua peralatan cangggih kita di katakan berasal dari israel?? Alangkah gaduhnya negeri ini??? Ingat penyelundupan senjata ke filipina yg melibatkan pindad dan israel??? Atau perusahaan telekomunikasi milik yahudi yg akan buka cabang di indonesia?? Mulai tukang sapu sampe anggota dpr ribuuuut!!

    BalasHapus
  5. seharusnya jadikan 5 Skadron ( 3 Skadron Angkut + 2 Skadron intai/strategis), tp sy yakin akan menuju kesana.... bravo

    BalasHapus
  6. Satu permasalahan yg hrs di prioritaskan adl menjaga kedaulatan NKRI dgn berdiri dikaki sndiri dn tdk puas dgn apa yg sdh dicapai saat ini. Trus blajar dn blajar dgn pihak yg mempunyai teknologi. Dn akhirnya suatu saat kita akan tampil sbg bangsa yg sanggup mengangkat wajah kita di hadapan kawan dn lawan kita.

    BalasHapus
  7. Stujuh kang ano sekalian!!!!!!

    BalasHapus
  8. gw suka dengan kalimat terakhir :

    "Militer adalah alat pemukul negara terhadap gangguan asing. Ketemu lawan (surveillance), sikat dan pulang, adalah kondisi yang ideal."

    begitulah seharusnya, memaksimalkan alutsista sebagai alat pemukul.

    BalasHapus
  9. kabarnya roket lapan yg terbaru bgm ya ...kok nggak pernah ada,apa sudah berhasil?terus dirahasiakan kayaknya bakal misteri jg neh

    BalasHapus
  10. wakakakaka...gak percaya blasss dg semua ini..road map pertahanan aja gak jelas....tuh 2 c295 belum dibayar...jangan kebanyakan hoax ,tapi akhirnya nooooool besar,lihat nasib apache?pkr yg senjatanya cemen,mana heli asw???koar2 aja gak ada kelanjutannya...mana tuh c705...semuanya preeeeeet

    BalasHapus
  11. Ano 10.54 ketawa lepas anda saya acungin jempol dua, karena sangat realistis yang CN - 235 saja jarang terbang karena kesulitan suku cadang, sedang C-295 saja blm ada suku cadangnya sekarang malah dijejelin agar nambah jadi satu skuadron. Mestinya TNI - AU tetap memilih C-27 "Spartan" yg lebih unggul dalam performance terbangnya sehingga fungsi F-27 "Troopship" dpt tergantikan dg baik. Kalau tetap memakai C-295 kan aspek bisnisnya yg di untungkan sedang aspek Hannya jadi berkurang.
    Skuadron angkut sedang gado-gado kan nggak masalah, malah saling menguatkan sambil menguji mana yg bagus after sales servicenya, kalau nggak salah pabrikan pesawat C-27 "Spartan" menyertakan program ILS atau Integrated Logistik Support, bagaimana dg PT DI dan Airbus Military?
    Kalau suku cadang saja belum muncul apa pengadaan pesawat C-295 tsb tidak menyertakan ILS? Sekarang jaman kemajuan mosok beli nggak pakai jaminan ILS?

    BalasHapus
  12. Kondisi seperti itu juga dialami tentara RRC. Mereka juga ingin alutsista yang buatan luar yang canggih2x dan kualitas bagus. Tapi demi industri nasional dan demi SDM lokal akhirnya mereka harus puas dengan alutsista buatan mereka sendiri. Contohnya, fregat buatan cina baru operasional beberapa bulan, tembak canon dan rudal sana-sini, setelah dicek ada struktur yang bengkok. Ternyata kualitas hull fregat belum memenuhi persyaratan militer.

    Kalau para jenderal kita memang niat beli alutsista terus2an ya sudah bubarkan saja pindad, ptdi, pal, dan industri strategis lainnya.

    BalasHapus
  13. Ano 11.57. China mempunyai budaya yg kental dg menghormati para leluhurnya, jadi apa yg sudah diusahakan dan diupayakan tentu tidak akan ditinggalkan begitu saja. China sekarang juga telah di dukung oleh industri penunjang yg lengkap, industri dasar, industri hulu dan industri penunjang yang lain. Sayang kalau potensi demikian harus membeli dari luar. Beda banget dengan kita, PT DI dan PT PAL atau PT PInDAd sekalipun tidak di dukung industri hulu dan industri penunjang untuk menghasilkan barang komplementer, semuanya masih import.
    Ini yg menyebabkan industri manufaktur kita harus hati-hati apalagi kalau memproduksi material strategis. Jadi jangan ngambek dulu, perhatikan dg seksama, kita sudah punya industri pendukung PT DI, PT PINDAd, PT PAL? Belum khan? Nah, itu yg harus dibuat dulu, jangan industri manufaktur dibubarkan salah besar itu.!
    Kan nggak mungkin PT PAL, PT DI, PT PINDAD harus membuat lembaran baja, mesin, roda, kabel, lampu, paku keling sendiri, yg dibuat tentu rekayasa engineeringnya, pasar yang akan menyerap, harga jual itu yg jadi PR industri manufaktur, bukan seluruh kompenen yg dibutuhkan harus dibuat sendiri malah nggak effisien.
    Namun material komplementer tadi seluruhnya masih tergantung impor, contoh ban "Anoa" masih buatan Korea, belum mesinnya, transmisinya, lain dg China atau India mereka sudah hampir 100 % membuat material yg dibutuhkan oleh industri manufaktur sehingga mereka dpt menekan harga jual, bersaing dg produk negara lain. Hal - hal tsb kita blm mempunyai. Kapan kita mempunyai industri material koplementer untuk mendukung PT PAL, PT DI, PT PINDAD? Ya, kapan-kapan saja deh!

    BalasHapus
  14. Kalau menurut bung boler pabrik material komplementer apa yg paling mendesak di bangun? Terus brapa lama? Brapa biaya? Dan sudah adakah sdm dan sda nya? Toh industri ban luar negeri bahan dasarnya sudah pasti dari indonesia!! Tak perlu mereka tanam karet terlebih dahulu tuk buat ban!! Mhn jelaskan lebih detil agar kami faham dan mungkin setelah faham kamipun akan ikut tertawa!!!

    BalasHapus
  15. Hidup industri strategis dalam negeri!! Memang begitulah seharusnya ditanamkan sejak dini 'kemandirian bangsa'seperti India sudah lama menanamkan prinsip 'swa' kemandirian sejak jaman Gandhi baru akhira2 ini menuai hasil sebagai negara yg maju dan mandiridalam tekhnologi. Bagus atau kurang, bangga memakai produk dalam negeri meskipun tidak semudah itu (lihat sejarah India)kita harus terus berusaha mandiri sebagai banggsa seperti contoh swedia sekarang dg SAABnya....meski kualitas masih kalah tp sy yaki dg mental 'bangsa mandiri'seperti India kita akan berbenah krn SDM kita sebenarnya tdk kalah cumandicekoki aja dg doktrin luar negeri sehingga lemah.....ental tempe konsumtif. Lihat Singapore dg kemandiriannya.....pelan2 kita akan bisa

    BalasHapus
  16. Kalo PTDI ga maju dan yg lain ga maju...tenaga ahli kita sudah banyak yg dipakai oleh malay....jangan menyesal kalo kita besok cuman jd penonton!! Kalo tidak mulai sekarang kita hrs berusaha mandiri dan mencari terobosan2 di bidang IPTEK, jangan mau jd kambing congek cuman pemakai sudah miskin bodoh pula!! India beberapa tahun lalu mercy atau yg lain-baju merek luar negeri-mesin dan apapun teknologi modern adalah barang mewah krn memakai barang produk dalam negeri adalah keharusan meski dg teknologi ndeso tp mereka kan punya otak utk terus berkembang berusaha sejajar dg produk luar negeri.....bravo kemandirian Indonesia!! *meski banyak korupsi-penyakit

    BalasHapus
  17. Jangan mimpi kita ToT gratis tanpa "nyogok".....paling tidak kita harus beli produk mereka seprti China dan Korea, semoga diplomasi pemerintah dan TBI berhasil utk ToT C-705 & Changbogo. Bravo Indonesia!!

    BalasHapus
  18. Ano 13.18 untuk memulai industri dasar kita perlu mempunyai industri hulu seperti pabrik "Pellet" biji besi.
    Peningkatan tanur tinggi di KS untuk mengolah "Pellet" jadi "Ingot" dari sini "Ingot" diolah menjadi apa saja, lembaran, atau bentuk apapun yg di kehendaki.
    SDA nya cukup melimpah ruah, dulu pernah akan didirikan di Kalimantan Selatan tapi dulu dan akan saja.
    SDM untuk itu banyak ahli metalurgi lulusan luar yg enggan pulang karena ilmunya nggak ada gunanya disini.
    Industri mesin perkakas dan CNC dapat memanfaatkan eks Texmaco di Subang yg mubazir, sayang sekali fasilitas di Texmaco itu tidak di manfaatkan.
    SDM untuk itu juga cukup banyak di negara kita.
    Perihal berapa lama, dan berapa biayanya mohon maaf saya tidak kompeten untuk menjelaskan, namun sebenarnya kita mempunyai uang dan SDA /SDM untuk membangun fasilitas industri dasar, hulu dan hilir se lengkapnya, yang kita nggak punya hanya niat, tekad saja.
    Budaya kita sudah dirubah dari budaya inlander, kemudian diarahkan untuk menjadi swa sembada, eeh akhirnya sekarang yg terjadi kita menjadi budaya konsumeritas alias beli saja nggak usah repot.
    Nah begitu kita punya Industri manufaktur dg muatan teknologi tinggi seperti PT DI, PT PAL dan PT PINDAD kedodoranlah kita karena produk industri komplementernya harus impor semua akibatnya industri teknologi tinggi dan bersifat strategis riskan untuk berkembang.
    Contoh untuk rantai kapal dan sauh saja kita masih impor apalgi mesin, transmisi dan lainnya sampai paku keling saja semua impor.
    Dengan demikian jangan mengumandangkan jargon, Kita pasti bisa! Kita akan jadi pembuat pesawat, tank dan kapal perang huebat!!!
    Mungkin yg bisa adalah rekayasa Engineeringnya, kita sudah jago dan di akui dunia, tapi kalau implementasinya dalam bentuk industri manufaktur, begitu baja high tensile impornya nggak datang molor deh KPR, kalau paku keling untuk pesawat terbang nggak datang pasti pesawat yg di bangun PT DI mangkrak. Untuk itu mohon dipahami jangan marah dikira kita nggak mendukung atau menghina. Padahal kenyataannya demikian.

    BalasHapus
  19. Betul bung boler dulu jaman sukarno kita blum bisa apa2 jaman suharto jg para pengkritik mengatakan pisau penyerut es batu saja import dr jerman!!!, hingga jaman kini. Kita juga blum bisa apa2!!! Para pemikir dan perancang industrialisasi negeri ini tentu konsep nya jauh lebih dalam dan matang dari pemikiran kita!! Tapi kita juga baru bisanya segini!!! Trus kalau kita berfikir dan berteori dengan idealisme dan ego masing2 kapan industri kita akan bangkit??? Betul kata ano di atas china pun gembar gembor nyiptain mesin jet terbaru, ternyata mesin sukhoi!

    BalasHapus
  20. Lanjut untuk Ano 13.18, belum lagi peralatan atau perkakas, untuk industri manufaktur dg teknologi tinggi seluruh peralatan dan perkakas harus mempunyai sertifikasi international, misalnya Obeng yg dipakai harus mempunyai sertifikasi apalagi tourch wrench sebagai kunci pas presisi tinggi harus mempunyai sertifikasi kemudian peralatan pengelasan, kelistrikan apa itu mesin bubut semuanya harus mempunyai sertifikat, sedang kita pula belum mempunyai pabrik yg demikian.
    Apalagi untuk tester mis peralatan AVO (automatic voltage) dan tester lain pasti memakai tester yg sudah bersertifikat dan presisi tinggi jangan coba memakai AVO murahan nanti begitu melewati proses audit peralatan pasti di diskualifikasi produknya.
    Jadi banyak yang harus disiapkan untuk menuju swa sembada industri manufaktur yang bersifat strategis, nah ini yang kadang tidak terlintas di pikiran ano-ano bahwa industri startegis itu konskwensinya sangat tinggi dan perlu ke hati-hatian karena kita sebenarnya hanya modal SDM doang dan berani vivere - vere coloso samanthe.
    Lebih bagus tiru Israel dengan kemampuan olah pikir SDMnya dia memulai industri dg yg sederhana dg cara mengoprek produk yg ada kemudian di tingkatkan kemampuan performancenya, contoh F - 16 jadi terkenal karena ulah Israel yg ngoprek pesawat tsb akhirnya berhasil mengobarak abrik fasilitas nuklir Irak, hasilnya F - 16 melejit namanya.
    Di Indonesia mas Budi Santoso itu jagonya ngoprek sehingga menghasilkan senapan SS yg terkenal karena ngoprek senapan FNC dari Belgia sampai hampir tertembak sendiri pada waktu kegiatan ngoprek dilakukan di malam hari.
    Kalau itu dilakukan saya meyakini alutsista kita yg lama akan gahar banget.
    Mis. Frigatte v Speik itu CMS nya di oprek dg membuat control baru tanpa merusak sistim control lama. Dilengkapi dg FLIR dan optronic yg mudah di dapat dan tidak kena embargo karena bersifat cots, mesinnya diganti dg turbin diesel yakin saya Frigatte tersebut tidak akan dikenali sebagai Frigatte "baru" yg jauh lebih gahar dari Frigatte lawas.
    Begitu pula dg tank, meriam dan semuanya, tapi belum belum sudah ada yag teriak anti tidak effisien, kuno ya kuno, lebih baik beli baru dsbnya.
    Padahal dg sitim oprek tadi atau retrofitting, refurbishment kita dapat ToT secara langsung, hemat anggaran dan Hit Probability Alutsista kita meningkat.
    Kecuali kalau kita kaya monggo kalau mau belanja, banyak toko yg jualan dan pasti dapat "Susuk" alias komisi pembelian!

    BalasHapus
  21. Saya kira kita disini sepakat dan sejalan semoga org2 poliTIKUS dan org2 BUMN dan yg semuanya adalah org dg jiwanasionalis yg tinggi punya visi kedepan dan tidak kerdil jiwanya. Cuman urusan perut dan dibawah perut aja yg dipikirin baru kompak baru sinergi tp utk rakyat bangsa dan negara serta anak cucu semuanya setan budeg. Adaorg idealis sedikit dipotong krn rebutan komisi.....tidak ada kontol nurani. Cita2 itu tidak gampang dan mudah pasti sulit dan lewat pengorbanan seperti para pejuang kemerdekaan kita dari penjajah dulu membebaskan Indonesia yg kaya sejagad ini.....sekarang giliran kita utk merdeka dr jajahan ekonomi dan pengkerdilan bangsa lain kuncinya ya kita bebas dl dr mental kerdil utk urusan perut dan dibawah perut sendiri. Bayangkan utk korupsi Djoko sj yg terendus sisanya 100 milyar lebih baru 1 org dan yg hidup sekarang bayangkan dikalikan dg jumlah DPR aj yg 1000 apalagi ditambah dg pejabat2 daerah tambah dg TNI dan oknum2 yg lain ribuan udah berapa ratus trilyun.....itu dah bs membangun industri strategis dan beasiswa org2 pinter berapa banyak??? Ya Tuhan YME ampunilah kita semua bangsa Indonesia....atas dosa2 pada leluhur kita yg kita khianati dan rakyat Indonesia semua dan anak cucu kita kelak

    BalasHapus
  22. Yang penting kita tidak tertinggal di segala bidang ada yg kita bisa....memang utk mesin apalagi mesin pesawat yg up to date tidak semua negara industri maju bisa bikin apalagi kita??? Cobalah kita contoh India atau naik China ga usah yg muluk2 dulu bikin mesin pesawat tempur.....itu MIMPI!!! Jd kita bisa jd pemain dibidang yang lain meski cuman Industri Rekayasa atau apapun yg penting bisa dijual dan kita tidak tertinggal disemua bidang....kalau semua negara maju dan bisa bangun Industri maju yg komplit sendiri2 siapa yg mau beli??? Pasti ada kelebihan masing2 atau paling tidak ada sesuatu bidang yg kita bisa dan kita jual..... *kami dari Indonesia*

    BalasHapus
  23. Bro ano 16.19, nggak usah meratap dan menangisi nasib, itu bukan jiwa pejoang namanya, yg sudah ya sudah, mari kita menatap ke depan dg mu lai dari diri kita sendiri.
    Hal ini semua terjadi karena memang ada yang menghendaki agar bagsa kita terus tergantung dg pihak luar dan agar SDA kita yg berlimpah ruah dpt dikeduk sebanyak- banyaknya untuk kepentingan luar.
    Yang salah ya kita semua, maunya di suap maunya di tipu, sehingga pihak luar kalau untuk menganeksasi ladang SDA berupa minyak harus
    mengucurkan biaya, nyawa dan teknologi senjata terkini, maka untuk di negara kita mereka cukup menganeksasi dengan mobil "Avansa" sudah cukup dan SDA kita dikuasai mereka.
    Tata aturan perundangan yg mengimplementasi UUD'45 sudah jauh melenceng dari cita-cita pendiri Republik ini, perhatikan dg UU pertanahan, sumber air, dan tembakau jelas ada campur tangan asing.
    Dg tonomi daerah yg tadinya dimaksud untuk pemberdayaan daerah malah dijadikan ajang untuk rebutan lahan baik darat maupun laut karena telah terjadi tumpang tindih kepentingan.
    Asas musyawarah mufakat sudah dibuang jauh yang ada adalah voting akibatnya sistim transaksional yang berlaku asal "Wani Piro" karena menganut asas Demokrasi bukan asas Pancasila lagi.
    Semoga di masa yang akan datang, kita berani instropeksi bahwa ternyata Demokrasi yang kita lakoni sekarang ini telah menyebabkan yang satu menjadi terpecah belah, kita kembali ke khitah yg luhur semangat juang '45.

    BalasHapus
  24. Bung boler sy kira fikiran anda aja yg njlimet!!! Industri kita dah dpt kepercayaan lisensi tentu mulai peralatan dan sdm telah sesuai dg kriteria pabrik asal!!! Kedua tuk ngoprek suatu produk jg harus seizin si empunya karya!!! Jd sami mawon prosedurnya dg buat sendiri!!! Trus yg ketiga produk karya negeri ini tentu tak serta merta orientasi pasar internasional, pakai dulu sama kita sambil lihat kekurangan di situ orang akan tahu kwalitas produk kita seperti anoa dan senjata ss nya pindad dan lain2 !!!

    BalasHapus
  25. Ano 17.09 sesuai permintaan Ano sebelumnya saya harus njlimet kalau dg ano 17.09 yg sudah pinter ya saya mundur, yang jadi pertanyaan ok karena dpt lisensi tentu sudah di audit kan, untuk keperluan bahan bakunya apa juga sudah ada di Indonesia, tentu kalau belum ada pasti tergantung luar, ringkasnya kita hanya jadi tukang jahit kan?
    Untuk retrofitt nggak ada ijin dari pabrik asal, saya yg sudah mengikuti proses retrofitt tiga material alutsista nggak ada ijin-ijinan dari pihak pabrik asal, karena itu barang kan sudah milik kita, mau kita apakan itu hak kita.
    Terus mengenai produk kita saya tidak menyinggung senjata dan lainnya saya khusususon hanya memberikan penjelasan semampu saya bahwa untuk produk manufaktur kita masih memerlukan dukungan industri dasar dan industri komplementer. Jangan di pleintar pelintir dong, maklum ano 17.05 orang sangat puinter berdalih jadi ya begitu tidak terima komen orang bodoh kaya saya begini.
    Tabik.

    BalasHapus
  26. Saya setuju dengan om Boler.
    Kalau dirunut dari sejak info2 beginian masih adanya di majalah TSM dan sebangsanya memang masalahnya selalu berulang itu-itu lagi.
    Semakin ke sini semakin kepingin melihat suatu "loncatan" luar biasa di industri militer kita, jadi banyak berharap. Apa mau dikata, kadang harapan mengaburkan kenyataan. He3...
    Jadinya kalau ditunjukin kenyataannya sama om Boler, rasanya memang muangkel tenan, he3...

    BalasHapus
  27. kesipulanya indnesaaia ga kan maju untuk slamanya.jagonya korupsi kLu korupsi suah ada maufacturnya

    BalasHapus
  28. He...he...he...ya itu manufaktur yang paling gampang apalagi kalau berjamaah. Semprul tenan.

    BalasHapus
  29. Betul bung boler, intinya kalau ngikuti alurmu itu industri kita tak kan pernah berdiri sendiri!! Pesawat terbang aja awalnya di buat oleh penciptanya di garasi rumah, masa bodoh dengan bahan komplemen nya atau standar dan keselamatan yg penting bisa mabur titik, nah makin ke sini makin terstandar sesuai tuntutan!! Dan kenyataan sekarang industri kita dah lumayan kan dah berdiri walau masih banyak kekurangannya

    BalasHapus
  30. Alur dari manapun yg pentinhg niat....mau alur kaya Indonesia dg habibinya atau kaya malaysia atau singapore yg memang pada awalnya ga punya ahli aeronuetika yg handal jd mereka dr manufaktur dl krn bisanya itu ahlinya....nah kita sudah punya ahli aeroneutika tinggal bikin Industri pendukung hrsnya lebih bisa....tp khusus utk industri baja yg khusus seperti standard yg dipakai kapal perang Sing atau Mal aja lom bisa, ini masalah niat n kebijakan wong besinya ada dikita....masak semuanya hrs dipikir ahli rekayasa enginering semua atau habibi yg ahli aeronautika???. Ini masalah kebijakan dan mental yg kata habibie ga bs bikin nilai tambah cuman ekspor barang mentah. Kalo masalah diatas yg didiskusikan sy ingat perseteruan antara Habibie yg diserang Sri bintang pamungkas.....mana sekarang sri??? Ambles asal ngomong dan nyalahin org saja....untung2 ada industri strategis anak2 bangsa jd pinter n belajar....nah industri pendukung ato manufaktur??? Ya gimana kebijakan jangan hanya BUMN korupsi tok....rugi melulu buat sapi perah kaya KS dahulu kapan mau mikir ke depan??? Yg dipikirin perut n dibawah perut doang. Terima kasih habibie anda adalah bapak teknologi Indonesia tinggal kita2 yg meneruskan strategi anda utk membikin industri pendukung yg handal dll... Krn sebenarnya industri dasar atau hulu itu malah yg susah itu paling dirahasiakan krn riset yg panjang baik ilmu metalurgi,rekayasa kimia dll. Coba tolong sebutkan brp negara yg ilmu metalurgynya tergolong maju selain Jerman,inggris, n AS?? Sy kebetulan org Metalurgy kuliah dulu

    BalasHapus
  31. indonesia ini rupanya proses nya kalo di negara2 lain dari hulu ke hilir tapi indonesia dari hilir ke hulu... hehehe unik sih tapi ya gak masalah sih dgn proses nya toh sah2 aja yg penting nantinya, ending nya punya pesawat full 100% buatan sendiri...

    BalasHapus
  32. Waduh . . . komennya ano-ano tadi semuanya buaguus

    BalasHapus
  33. Kita dulu kebetulan punyanya Habibie sbgai ahli aeroneutika...jdnya ya Industri Hilir lebih khusus lg PT. DI dan lainnya....kalo dulu habibie ahli nuklir beda ceritanya...kita dah bisa bikin Nuklir meskipun tabung bajanya import krn ga ada ahli metal yg handal n ga ada dukungan pemerintah, kalo dulu kita dapatnya ahli metallurgy ya beda...mungkin kita bisa bikin plat baja khusus untuk kapal perang....ga usah diributin antara industri hulu atau hilir dulu itu sah-sah sj yg salahkan yg ngurusin industri manufaktur dan dasar yg tdk berkembang jalan di tempat, bikin mesin bubut aja ga bisa....mending beli dr china malah skrg krn lebih untung drpd buat di Indo, ini masalah kompleks ga usah dibahas....gobloknya kita sendiri

    BalasHapus
  34. Rusia nggak masuk negara maju di bidang metallurgy ya Bro 18.47?
    Padahal produk manufaktur Rusia yg sudah pernah kita pakai sampai sekarang membuktikan bahwa kualitas metallurgy Ruskie sangat bagus. Contoh Tank Amphibi PT dan BTR masih utuh dan jadi tulang punggung Korps Marinir TNI - AL kita.
    Lagian yg dibahas perihal industri pendukung industri manufactur strategis yg kita punya, tapi komen yg lain melebar kemana-mana. Ampun deh, aing!!

    BalasHapus
  35. Industri Hulu itu yg susah....itu ilmu yg palinhg dasar dan riset yg dasar sekali....itu rahasia yg paling dikunci rapat2 oleh yg punya....lah kalo bocor semua bisa bikin dong??? Bikin nuklir sendiri. bikin mesin pesawat sendiri serta material khusus lainnya dg merancang mesin pengolah sendiri.....yang bener man???? Semuanya jdnegara Industri maju dong!!!! Coba pertamina atau petronas bisanya skrg dari hulu ke hilir atau hilir ke hulu???? Kalo hulu negara maju berarti n berarti negara maju akan miskin krn teknologinya tidak bisa dijual semua bisa dan mereka tdk punya sumber daya lam sendiri....mati Jerman dll bos!! Ygmasuk akal aja yg penting terus berkembang.... Hidup Metalurgy!!! Kalo indo bisa pasti maju ga butuh impor mesin n tetek bengek bisa bikin mesin secvanggih apapapun........mau mesin pesawat dll krn yg susahkan bikin materialnya yg than suhu tinggi sesuai yg dibutuhkan????kalo rancang bangun mesin sih Indo pasti bisa kalo mesin pesawat biasa.... Hidup Metalurgy!!!

    BalasHapus
  36. Tuh bisa nyebutin Rusia....anak sy jg bisa, selain Jepang. Industri dasar atau hulu hanya dikuasai oleh negara2 dmn riset dan universitasnya maju n mandiri....itu saja...itu pun butuh dana besar n riset yg panjang......yg bisa bikin mesin pesawat terbang bs dihitung dg jari tangan sebelah aja ga habis....!!

    BalasHapus
  37. Teknologi cor atau casting aja kita ketinggalan jauhhhh...gausah ngomong bikin material khusus. Krn ilmu casting masuk manufaktur tp dasar ilmunya dr Metallurgy. Kalo kita teknologi cor utk material yg biasa aja/bersi yg standard kita mampu kita sudah sejajar dg taiwan manufaktur kita bahkan China ga usah muluk2 bikimmaterial khusus.....utk mesin pesawat dll, itu aja. Ilmu metallurgy lah hambatan kita di manufaktur....kalo teknology casting/cor kita sudah maju mau bikin apapun bisa sejajar dg china.... Hidup Metallurgy!! Wong kita ngecor utk produk manufaktur aja ga bisa kalah ama china??? Kok china Singapur n India....kita bisa bikin mesin bubut sendiri yg murah dg kualitas bagus kalo teknology casting kita kuasai, bisa bikin mesin mobil, mesin apapun dan keling atau plat baja apapun kalo teknology Metallurgy kita kuasai. Kita pasti menjadi negara maju...... Kebetulan sy dulu kuliah Metallurgy dan menyebrang ke dunia kerja rekayasa engineering utk kontruksi dll. Metallurgy itu susah....ilmu riset!!

    BalasHapus
  38. Dan riset itu butuh dukungan pemerintah 100% !!!! Butuh dukungan koruptor jg!! Supaya bisa terwujud.....
    Kalo anda sebut manufaktur...teknology metallurgy kita yg payah. Krn urusan mesin atau barangrekayasa apapun yg berhubungan dg metal kita bisa tembak desainnya lngsung asal teknology casting/Metallurgy kita mampu, seperti china atau taiwan awalnya mereka cuman nembak desain untuk dicetak....masih ingat motor china yg booming di indo dulu?????? Tidak ada rekayasa enginering semua nembak motor jepang....

    BalasHapus
  39. Wow..wow..wowww

    Salam hormat sy pd semua komentator.. Diskusinya semakin produktif, kritis, kreatif & konstruktif. Sy sgt simpatik pd semua komentator...

    Kok kalau disimpulkan, ujung2nya yg lemah adalah komitmen & konsisistensi Pemerintah & DPR selaku pemegang kebijakan. Rakyat sdh berpikir maju, tapi kebijakannya yg tdk efektif. Apa terlalu byk kepentingan ya dlm kebijakan negara kita, yg pd akhirnya kita lambat tuk maju...

    Trus bagaimana mendorong kebijakan negara kita agar lebih baik. Ada budaya yg slh & tanpa kita sadari melemahkan kita utk berfikir kreatif. Heheheheee...anak muda kita sgt bangga jika punya HP yg paling trendi di dunia ini, apalagi mahal harganya, lumayan bisa ngangkat gengsi & harga diri walaupun tidak bisa apa. Tapi anak muda di negeri sebrang akan merasa lebih bangga jika bisa membuat HP sendiri walaupun kecanggihannya hrs trus dibangun. Heheheheheeeee....

    Lanjutkan diskusi ini tuk lebih produktif & kreatif...salam hormat pd semuanya...

    BalasHapus
  40. Stuju ano 18.47 industri kita baru mau bangkit!!! Kalo yg di katakan bung boler itu industrinya dah mapan alias punya negara maju!!! Dan tentu suatu saat kita akan mencapai itu!!

    BalasHapus
  41. wah...wah...wah...komen2 sob2 ano semua emang huebatt banget dan kompak semua. Bisa buat nambah wawasan dan iptekku.

    BalasHapus
  42. kita musti total football dlm membangun industry, baik pertahanan maupun industri umum.ingat industri pertania juga perlu ditigkatkan krn basis kita sbg neg agraris.
    betul kata mbah bloer kita sdh maju di tingkat rekayasa perlu didukung industri komplemennya sehingga paripurnalah produk yg dihasilkan. untuk itu segala lini musti terlibat n dilibatkan.pendidikan,dunia perbanka, duniausaha da bumn strategis.

    BalasHapus
  43. Nyiemmmaaqq aj dew

    BalasHapus
  44. ayo TNI-AU beli C-295 yang ada rudalnya, buat nembak kepalanya boler
    wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwk

    BalasHapus
  45. ano 08.37: nembak kepala boler yang meledak kepala kamu. HAHAH!

    BalasHapus
  46. ano 09.39: kebanyakan nonton film kamu.

    BalasHapus
  47. film BF pula yg ditonton..., kacau nih makluk...

    BalasHapus
  48. Sesama komen ya jgn saling menyalahkanlah lbh baik benarkan dan luruskan yg dianggap krg benar.
    Klo sy utk menanggapi program pemerintah dalam meremajakan alutista tni trimatra hanya berharap pemerintah berkomit yg kuat serta bnr2 berfikir dlm penguatan pertahanan n buat Pak Pur (MeNHaN) hrs befkr TNI hrs dikembalikan kejayaannya jgn mengekor di belakang kawasan, klo soal perlombakan alutista itu sdh resiko dan pastinya ditiap2 negara punya konsep sendiri2.
    Lihat aja Malaysia selalu mengawasi dan mengikuti dalam belanja Alutista apa2 yg dibeli Indonesia, bagaimana mungkin sprt yg disampaikan Pak MeNHan mau menyetarakan klo yg month di setarain aja ga mau malah ikut belanja alutista baru, pesan buat Pak MeNHaN dlm belanja Alutista hrp di prioritaskan yg bertehnologi terbaru Pak Pur buat apa memprogram peremajaan klo ternyata yg dibeli barang Lawas (lama)

    BalasHapus
  49. mikirnye bule minded,kenape nga nyalon jadi presiden aj,koment trus

    BalasHapus
  50. Buat skadron CN - 295 pembom, dg pengawalan sukhoi 27/30 /F-16 dan dipersiapkan di bandara kalimantan/medan. Utk memotong blokade serangan malaysia, singapura, australia dan roket2 yg sdh kita buat dimasukkan ke CN - 295 utk menghanjar ke tiga negara tsb. Miris......indonesia punya skadron pembom CN - 295 bahalul

    BalasHapus