Pages

Kamis, Februari 14, 2013

Komisi I Minta Kasus Terbakarnya KRI Klewang Tak Terulang Lagi

JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR Hayono Isman meminta peristiwa terbakarnya kapal perang pesanan TNI Angkatan Laut, KRI Klewang-625 di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jatim September 2012 lalu tidak boleh terulang lagi.

Apalagi status kapal tersebut belum menjadi milik TNI Angkatan Laut karena belum diserahterimakan. Namun ia juga berharap, kapal jenis itu tetap dapat diproduksi kembali sebagai upaya modernisasi alutsista TNI AL khususnya.

"Kita sampaikan apresiasi terhadap investor yang mau membuka pabrik pembuatan kapal bagi TNI yang dibangun di Banyuwangi, Jatim tersebut. Meskipun ya mamang kita prihatin dengan terbakarnya kapal perang KRI Klewang itu, tetapi bukan berarti perusahaan itu divonis mati," ujar Hayono Isman di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (13/2).

Hal ini disampaikan Hayono terkait hasil RDP dengan sejumlah Industri Pertahanan untuk membahas sejumlah hal dukungan untuk modernisasi alutsista TNI dari produksi dalam negeri sendiri. RDP dihadiri jajaran pejabat PT PAL, PT DI, PT Dahana, PT Pindad, PT Dok Koja Bahari (DKB), dan dari swastanya PT Lundin Industry Invest," tuturnya.

Hayono juga meminta perusahaan yang mengerjakan kapal perang KRI Klewang itu tetap diberi kesempatan untuk berkembang dan melanjutkan kontrak pengadaan kapal perang lainnya.

Menyikapi terbakarnya KRI Klewang itu sendiri, Komisi I menyerahkan sepenuhnya pada TNI untuk melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab dari terbakarnya kapal itu.

"Kalau soal penyebab kebakarnya kapal itu sendiri saya tidak paham, karena teknis sekali penjelasannya. Komisi I DPR intinya hanya minta, kondisi itu diperbaiki agar jangan sampai terulang kembali. Kalau kapal perang mudah terbakar seperti itu, kan repot kita," tegasnya.

KRI Klewang 625 ini didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon. PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat denga kecepatan hingga 30 knot.

Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009 yang didanai dari APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar. Namun sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.





Sumber : Jurnamen

11 komentar:

  1. Kalau dicermati sungguh luar biasa perusahaan satu ini dlm menentukan jati dirinya sebagai entreprenur lewat karya cipta kapal trimarannya.
    Fighting Spiritnya dpt ditiru oleh anak negeri, disamping memang ada kemudahan dukungan modal penggerak usaha.
    Kalau di hitung dipastikan modal yg sudah digelontorkan pada proyek ini bukan kecil untuk ukuran saya yg usaha warung kelomtong saja jatuh bangun, mungkin produk perdna yg terbakar dimassukan pada pos R&D.
    Semoga semangat dan tekad yang tidak mengenal menyerah dpt menghasilkan produk handal, bagus performancenya dan membantu program bela negara secara tidak langsung. Ngemeng-ngemeng dia masih expatriat atau sdh WNI? Bravo Lundin......

    BalasHapus
  2. Ya betull... harus diberi kesempatan dan klo bisa dibantu permodalan oleh negara... klo status, seingat saya, dia sudah WNI, Mbah Ros!...
    Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berperikemanusiaan dan beradab mulia...
    Dengan rasa hormat saya berharap, pt lundin mampu bertahan dan kuat dalam menghadapi cobaan, berkarya dan berkarya untuk membangun kekuatan militer dan ekonomi Bangsa Indonesia.

    BalasHapus
  3. sy setuju banget klo PT.Lundin di berikan kesempatan dan di bantu permodalannya untuk berkarya...klo kita lihat produknya berupa kri klewang itu merupakan karya yg luar bisa yg sangt sedikit perusahhan lain yg mampu melakukan terobosan teknologi di kawasan kita. dengan hasil yg luar bosa tsb lalu terjadi musibah..dan bagiaman hasilnya nanti klo klemahan2 itu di perbaiki dalam karya klewang NG ??
    kalou kegagalan adalh keberhasilan yg tertunda maka mari dan berikan kesempatan kpd Lundin invest untuk berkarya..dan sekalian pemerintah membantu permodalannya...dan dengan bijaksana.

    BalasHapus
  4. Indonesia kebanyakan KOMISI, sampai-sampai KPK disebutnya KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI...., ya bagaimana bisa membrantas korupsi lha kalo namanya saja harus diberi KOMISI dulu baru diberantas....;

    walah..walah...cung..ndang dituntasne kasus se...piye toh iki...

    BalasHapus
  5. Pemerintah perlu memberikan bantuan kepada setiap anak bangsa yg mampu membuat riset teknologi terkini, supaya bisa maju dan tdk tergantung oleh bangsa lain

    BalasHapus
  6. Memangnya yg kebakar dulu itu Kelewang yg mana sih ? Katanya bahannya FIBERCARBON. tapi yg kebakar kemarin kayaknya KELEWANG yang dari FIBERGLASS....trus KELEWANG yg FIBERCARBON kemana ?

    BalasHapus
  7. Ano 12.37. Cung jungok sik, ko tak wenehi menyok gendruwo., titeni engko mesti tuntas, tas....tas.....

    BalasHapus
  8. lha menyok gendruwo iku lak mangane, trus ngombene teh arab cung..., pastine waras kabeh ku utek manungso sing nang gedhong ijo...

    BalasHapus
  9. yo wis ngono ae yo..., mugo-mugo kabul kajate..., ben ndang waras kabeh.

    BalasHapus
  10. Kata orang malaysia kapal itu trimaran indonesia terbakar atas operasi hususnya paskal!!!! OooooH takyuuuut di sodomi ane!!!

    BalasHapus
  11. Komisi 1 nihh cuma ngomong aja.
    Dia gak tau kondisi di lapangan nya kayak apa.
    Untung aja pt.lundin tuh perusaan hebat.
    Semoga aja trimaran yg kedua ndak ada masalah lg.

    BalasHapus