Pages

Jumat, Desember 14, 2012

BASARNAS Beli Dauphin Dari PT.DI

ARC-(IDB) : Badan SAR Nasional akhirnya menjatuhkan pilihannya atas pengadaan helikopter terbaru mereka. Badan SAR memutuskan membeli helikopter dari PT.Dirgantara Indonesia alias PT.DI. Namun yang mengejutkan adalah, helikopter itu adalah dari jenis AS-365N3+ Dauphin. Jadi nantinya PT.DI lah yang akan membuat 2 buah helikopter Dauphin untuk Basarnas. Kepastian jenis helikopter itu sendiri sudah dikonfirmasi Humas PT.DI.


Dalam kontrak senilai hampir 270 Miliar rupiah tersebut, PT.DI akan membuat 2 buah heli Dauphin. Dengan pengadaan ini, komitmen Basarnas menggunakan produk dalam negeri terlihat jelas. Satu hal yang patut diacungi jempol. PT.DI sendiri sudah memiliki MoU dengan Eurocopter untuk memproduksi heli buatan eropa tersebut.


Namun demikian, dalam kontrak pengadaan, Pabrikan Agusta juga masuk sebagai cadangan. Apabila, PT.DI wanprestasi, maka helikopter dari Agusta akan masuk mengisi arsenal Basarnas.

Di Indonesia, heli Dauphin telah dipakai oleh Polisi Udara. Heli sejenis juga dipakai oleh US Coast Guard dan berperan sebagai heli SAR. Dengan demikian, Heli Dauphin dipastikan cocok dan tangguh untuk operasi SAR.

Pemberdayaan Sang Pengawal Pantai




Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki bentang garis pantai terpanjang di dunia. Sayangnya, koordinasi pengamanan aset tersebut masih sangat lemah, atau bahkan boleh dibilang tumpang tindih.

Faktanya, garis pantai dan perairan litoral yang dicakupnya memiliki potensi dan ancaman yang besar. Banyaknya sumber daya alam bahari di perairan litoral adalah kekayaan alam terbarukan yang sepatutnya dijaga untuk memakmurkan rakyat Indonesia. Di sisi lain, ancaman yang bisa menyelusup lewat perairan pun juga tak kalah banyak. Pembajakan kapal dagang, teroris yang menggunakan pantai yang tak terjaga untuk menyelundupkan orang dan senjata, sampai yang paling sering terjadi, penyelundupan narkotika. Kata orang, belajarlah sampai negeri Cina, maka kami sajikan pengalaman Amerika Serikat dengan kesatuan US Coast Guard dalam menanggulangi salah satu masalah terbesar yang terjadi di perairan litoral, yaitu penyalahgunaan narkotika.

Penyalahgunaan narkotika merupakan akar kejahatan terbesar yang ada di seluruh dunia. Berdasarkan laporan PBB, nilai narkotika yang diperdagangkan di muka bumi ini mencapai USD 400 miliar setahunnya, jauh melebihi anggaran Departemen Pertahanan AS. Masalahnya, nyaris setengah dari jumlah tersebut mengalir ke AS sebagai negara makmur dan bebas. Berbagai upaya sudah dilakukan AS untuk memberantas peredaran narkoba ini, mulai dari operasi khusus anti narkotik di tanah AS yang dilaksanakan DEA (Drug Enforcement Agency), sampai melancarkan operasi pemberantasan kokain di Kolombia dengan meminjam tangan pemerintah melalui proyek ambisius Plan Colombia. Sayangnya, pengaruh kartel dan pemberontak yang dibiayai obat bius disana terlalu kuat untuk diberantas tuntas. Apalagi para penyelundup punya seribu satu macam cara untuk menyelundupkan obat bius ke ranah AS, mulai dari pesawat bermesin tunggal, powerboat, sampai kapal selam rakitan lokal.

Dari ketiga moda transportasi tersebut, powerboat menjadi pilihan utama para penyelundup narkotik. Dengan bodi terbuat dari fiberglas yang ringan, powerboat yang dipasangi mesin berdaya 800PK bisa melesat dengan kecepatan mencapai 50 knot, apalagi banyak pelapis dan interior kapal yang dilolosi untuk memperingan bobot sekaligus menampung lebih banyak paket narkotik. Di mata Coast Guard, kapal-kapal yang dijuluki go-fast boat ini adalah momok yang terhitung menyebalkan. Kapal patroli kelas Cutter yang menjadi tulang punggung USCG terlalu lambat dan besar untuk mengejar powerboat narkotik. Kalaupun berhasil mengejar, powerboat akan melakukan manuver evasif dengan cara meliuk-liuk dalam kecepatan tinggi menggunakan mesinnya yang berdaya besar. Kalau sudah lepas, rata-rata penyelundup akan mengejek awak Cutter dengan melambai-lambaikan tangannya.


Untuk menghentikan para penyelundup yang merajarela, USCG kemudian melancarkan operasi rahasia yang disebut operasi New Frontier mulai tahun 1999. Sesuai dengan namanya, USCG ingin membuka cakrawala baru dalam cara penanganan para penyelundup. Jawabannya ditemukan dalam kombinasi apik helikopter dan heavy sniper rifle Barrett M82A3 yang tergabung dalam Helicopter Interdiction Tactical Squadron (HITRON). Skuadron rahasia ini merekrut pilot-pilot dan penembak runduk berpengalaman dari berbagai angkatan, mulai dari penembak runduk USMC sampai eks pilot 160th SOAR. Mereka semua tergabung dalam skema bertitel AUF (Airborne Use of Force), yang berhak menggunakan kekuatan letal yang dianggap perlu untuk menghentikan aliran narkoba ke daratan AS.

Pada awalnya, HITRON diperlengkapi dengan senapan Robar .50, namun kemudian mereka beralih ke M82A3/M107 karena kecepatan tembaknya mampu menandingi manuver go-fast boat yang super lincah. Untuk helikopter, dipilih HH-65 Dolphin (AS365 Dauphin) MH-90 Enforcer dan MH-68 Stingray yang dimodifikasi khusus dengan dudukan bagi Barrett M82A3. Dudukannya sendiri berupa sebuah tali sling yang terpasang melintang di pintu helikopter. Terbuat dari nilon super tebal, kedua ujung sling dikunci dengan karabiner ke pintu pesawat. Sementara M82A3 dikaitkan ke sling dengan menggunakan cincin tebal yang ditambahkan ke bawah bipod.

Into the Action

Pagi itu, 16 Agustus 1999, penembak jitu Charlie Hopkins sedang menyiapkan M82A3nya di dalam ruang senjata. Ia ada di markas HITRON di USCG base Jacksonville, Florida. Posisi markas ini sangat strategis, karena dari sini, heli dapat mencakup jalur yang biasa dipergunakan penyelundup saat membawa barang dagangannya dari wilayah-wilayah kantong di Kolombia atau Meksiko. 

Pria eks marinir berusia 32 tahun asal Winslow, Maine, ini dijuluki “El Diablo” (sang iblis) oleh rekan-rekannya karena memperoleh kotak senapan bernomor 999 saat pembagian jatah senjata. Sepuluh butir peluru AMAX dipasangnya satu persatu ke dalam kotak magasen tanpa terburu-buru. Ia tahu, sedikit goresan dari dinding magasen saja, trayektori pelurunya akan berubah. 

Setelah memasang magasen ke senapan, giliran EOTech 552 yang jadi perhatiannya. Boleh dibilang, hanya penembak jitu HITRON yang memasangkan red dot sight ke sebuah senapan yang sebenarnya mampu menjangkau jarak 2.000 meter dengan mudah. Pasangan ini adalah sebuah keniscayaan, mengingat go-fast boat sering membuat manuver ekstrim yang mendekati atau menjauhi heli USCG dengan tiba-tiba. 

Bila memakai teleskop, alamat mustahil untuk dapat membidik musuh yang berkecepatan amat tinggi tersebut, apalagi sempat menyetel perbesarannya. Akan tetapi, kemunculan M82A3 sedikit banyak mengubah taktik penggelaran. 

Karena menganut sistem semi otomatis, maka teleskop semacam Leupold M3 kini tidak diharamkan nangkring di atasnya. Kalaupun misi AUF harus dilaksanakan pada malam hari, sudah ada laser penjejak tak kasat mata AN/PEQ-2 TPIAL yang nangkring di atas senapan, siap mengarahkan tembakan.


Setelah membuka selubung, ditekannya tombol on. Sang iblis ingin memastikan, nyala retikula EOTechnya masih cukup terang, menandakan bahwa baterainya masih bisa bertahan untuk operasi kali ini. Setelah puas memastikan bahwa posisi retikula EOTech tidak berubah dari saat terakhir kali ia menembakannya, ia menaruh M82A3 dan beralih ke FN M240B, senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm yang telah menggantikan M60 di jajaran militer AS baru-baru ini. Dibukanya cover tray M240, dan ia memasukkan untaian sabuk peluru dan memastikan bahwa pemasangannya sudah benar. Hopkins kemudian berjalan keluar, membawa kedua senjata maut itu.


Sementara itu, pilot Dan Roberts bersama kopilotnya sedang melakukan final check atas HH-65 Dolphin yang menjadi tunggangannya sehari-hari. Tidak salah pula USCG memperkerjakan Roberts, yang punya pengalaman 17 tahun sebagai pilot AL AS. Selesai mengelilingi heli, ia duduk di kokpit dan mulai menyalakan mesin. 

Bunyi putaran baling-baling yang lamat-lamat dengan cepat berubah menjadi dengungan halus saat Dolphin telah mencapai tenaga puncak. Ia melihat Hopkins yang sudah mengenakan helm menenteng Barrett dengan gagang pembawa pada tangan kanannya, sementara M240 dipanggul di bahu kirinya. 

Bobot gabungan kedua senjata ini nyaris mencapai 50 kg, namun Hopkins sama sekali tidak terengah-engah. M82A3 dikunci pada dudukannya, sementara M240 cukup disandarkan pada kursi. Setelah Hopkins mengencangkan sabuk di kursi penumpang, Roberts segera power up dan lepas landas ke arah teluk Florida. Kanal radio yang dibukanya segera dipenuhi trafik dari Cutter dan juga CN-235-330MSR yang terbang tinggi.

 Hari ini ia beruntung, Cutter menangkap keberadaan sebuah go-fast boat, 200 mil ke arah timur. Roberts memacu Stingray secepat mungkin. “Bersiaplah” ujar Roberts ke Hopkins melalui radio, yang dibalas dengan acungan jempol dari belakang. Dengan kecepatan 350mpj, tidak butuh waktu lama buat heli untuk mencapai perkiraan posisi penyelundup. Laut yang tenang hari itu amat membantu, sisa-sisa jejak buih kapal masih terlihat jelas di permukaan.

Nun di horison, sebuah titik bergerak makin lama makin terlihat besar. Tak salah lagi, ini pasti perahu penyelundup. Roberts menurunkan ketinggian Dolphin sampai hanya 20 meter di atas permukaan air, dan melakukan pendekatan tepat sejajar dari arah belakang. Manuvernya sangat cepat dan agresif. Dari ketinggian serendah itu, ia bisa melihat awak go-fast boat panik, tapi tidak berusaha mengurangi laju kapal. Hopkins sendiri bersiap-siap ke arah pintu kiri, menyiapkan M82A3nya.

Mengharapkan penyelundup berhenti begitu saja sama seperti berharap hujan lebat turun di Sahara, dan Roberts tahu betul hal itu. Ia membawa helikopternya ke sisi kanan. Kali ini ia tidak main-main. Kopilotnya menyalakan lampu sinyal yang berkelip-kelip biru, dan memencet tombol megafon. “Stop the vessel!” diikuti ucapan dalam bahasa Spanyol, “Pare su Barco esta es la Guarda Costa!!” (Hentikan kapal, ini Coast Guard!). 

Untuk sejenak, para penyelundup terdiam, mungkin memikirkan efek kalimat yang diucapkan dalam bahasa ibunya sendiri. Tapi keheningan ini tidak berlangsung lama, karena kemudian mulai terlihat bungkusan-bungkusan plastik tebal dilemparkan ke luar kapal-para penyelundup sedang berusaha menghilangkan barang bukti. 

Melalui interkom, Roberts berseru, “weapons check!” yang dijawab kokangan M240B oleh Hopkins. “Commence firing!” M240B beraksi duluan, memuntahkan salvo 30 peluru yang mendarat di tepat di depan lambung go-fast boat. Tembakan Hopkins membentuk larikan garis lurus, sebuah prestasi mengingat kencangnya angin dan getaran dari mesin helikopter. Tapi rupanya para penyelundup bernyali tinggi. Pengemudinya malah menambah laju dan berusaha bermanuver ke arah kiri, menjauh dari heli. 

Hopkins memasang kunci M240 dan meletakkannya di sandaran kursi. Ia beralih ke M82A3nya dan mulai membidik dengan EOTech 552. Window of opportunitynya semakin mengecil bersamaan dengan makin menjauhnya kapal. Tapi sang iblis ini sangat yakin, seyakin nyala bulatan titik EOTech yang menyasar mesin Yamaha go-fast. Hanya perlu satu elusan telunjuk Hopkins pada pelatuk M82A3, dan peluru yang sudah ada di kamar terpantik dan meletus dengan kecepatan tinggi. 

Sang iblis merasakan sensasi hentakan akibat tembakan senjata andalannya, namun matanya tetap mampu mengikuti retikula EOTech. Benda yang dari mata Hopkins tinggal seukuran kotak sepatu itu terhantam telak pada tembakan pertama. Peluru melesat menembus casing mesin, menghantam blok mesin dan merusaknya. Hopkins bisa melihat pecahan-pecahan mesin melayang di udara. Helikopter masih tetap dalam posisi hover, berkat upaya Roberts menstabilkan Dolphin agar Hopkins memperoleh sudut tembakan terbaik.


Dengan dua mesin tertinggal, kapal penyelundup mulai melambat. Hopkins tidak mau lagi memberi kesempatan. Masing-masing mesin yang tersisa dihadiahi pula dengan peluru .50 in yang kembali menjebol dan menghentikan jalannya mesin. Para pembajak yang menyadari bahwa nasib baik telah meninggalkan mereka, hanya bisa mengangkat tangan sebagai pertanda menyerah. Hopkins tidak mengalihkan bidikan M82A3nya sampai Cutter USCG tiba di lokasi. Kokain yang sempat dibuang, dikumpulkan kembali. Para penyelundup tak akan mungkin berkelit, karena semua kejadian terekam dalam kamera helikopter. Setelah semua tersangka ditahan, kapal go-fast itu diledakkan dan ditenggelamkan, menyusul nasib rekan-rekan sejawatnya yang telah menjadi rumpon ikan karena berani melanggar wilayah perairan AS dan membawa narkotika.
The After Effect
Jika ingin membandingkan, tentu pilihan akan jatuh kepada penembak runduk militer dengan heavy sniper rifle yang mampu memberikan efek mematikan pada personel lawan. Cerita mereka terkesan lebih heroik dan menegangkan. 

Namun bagaimanapun juga, para penembak jitu HITRON USCG harus pula diberi aplaus. Bayangkan, menembak blok mesin sebuah kapal yang berkecepatan sangat tinggi, dimana meleset sedikit saja, maka tangki bensin yang akan jadi korban dan alih-alih malah jiwa para penyelundup yang jadi santapan api. 

Padahal sebagai institusi sipil semi militer, adalah haram hukumnya bagi USCG untuk menggunakan pendekatan kekerasan sebagai jalan pertama penyelesaian masalah. Apalagi, selama perjuangan rahasianya selama satu dasawarsa, para penembak jitu HITRON telah berhasil menyita kokain berjumlah 150 ton senilai US$9 miliar, atau 20% dari total narkotik yang berhasil diungkap dan ditangkap oleh seluruh agensi federal AS. 

Selain itu, secara total, HITRON berhasil menyelesaikan 130 kasus, atau 130 kapal berhasil dihentikan tanpa satupun korban dari pihak penyelundup. Ini semua tentu tidak terlepas dari keakuratan sistem senjata M82A3 yang tak kenal kompromi. 

Dan yang terpenting, apa yang dilakukan oleh penembak jitu HITRON telah mampu memberikan efek yang sangat nyata bagi tatanan kehidupan masyarakat banyak, karena ketika peredaran narkotik dapat dibendung, maka tingkat kejahatan akibat pengaruh narkotik dengan sendirinya akan turun. 

Sementara itu, tanpa mengecilkan peran penembak runduk militer, setiap peluru yang mereka keluarkan sebagai penuntut nyawa lawan, belum tentu akan mendatangkan manfaat bagi rakyat negara sang penarik pelatuk seperti halnya para penembak jitu HITRON yang ada di garda terdepan pemberantasan narkotik AS.





 Sumber : ARC

KSAU Aktifkan Kembali Air Combat Maneuvering Instrumentation

PEKANBARU-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, secara resmi mengaktifkan kembali pengoperasian Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Kamis (13/12). Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan pembukaan kain selubung papan nama ACMI.

KSAU menyampaikan pentingnya pengaktifan kembali ACMI Lanud Roesmin Nurjadin. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan penerbang TNI Angkatan Udara, terutama dalam melaksanakan pertempuran di udara. Selain mampu memantau secara langsung pergerakan pesawat, ACMI secara real time juga mampu menyajikan data tentang posisi, kecepatan dan akurasi penembakan yang dilakukan oleh pesawat tempur saat melaksanakan pertempuran udara, baik pada saat melaksanakan roketing, bombing maupun penembakan dari udara ke udara dan dari udara ke darat.

“Pengoperasian ACMI merupakan langkah strategis bagi TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas kedepan,” katanya melalui siaran pers Kepala Penerangan Lanud Roesmin Nurjadin, Mayor Sus Filfadri yang diterima Jurnal Nasional.

Danlanud Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto mengatakan fasilitas ACMI merupakan fasilitas latihan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan tempur penerbang Skadron Udara 12. Pada awalnya, ACMI yang diresmikan KSAU merupakan fasilitas latihan yang dulunya bekerja sama dengan RSAF. Seiring dengan kebijakan Mabes TNI, kerja sama tersebut direvisi dan tidak dilanjutkan lagi pada tahun 2003.

“Mengingat pentingnya fasilitas ACMI bagi penerbang tempur dalam melaksankan pertempuran udara maka Mabesau mengaktifkan kembali sarana dan prasarana latihan ini. Ini merupakan langkah maju dan menunjukkan kepada negara lain bahwa kita mampu mengoperasikan sendiri fasilitas ACMI secara mandiri,” kata Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

Lebih lanjut, Danlanud menyampaikan bahwa seluruh peralatan ACMI sudah direnovasi sesuai kebutuhan latihan. Demikian juga dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Setelah melalui proses renovasi, ACMI Lanud Roesmin Nurjadin juga telah melaksanakan uji coba dengan menggunakan pesawat Hawk 100/200 dengan hasil baik.

Setelah meresmikan pengaktifan kembali ACMI Lanud Roesmin Nurjadin, KSAU yang didampingi oleh Asisten Logistik KSAU, Pangkoopsau I, Pangkoopsau II beserta para pejabat Mabesau meninjau langsung ruangan BCDS ACMI yang berfungsi memantau seluruh pergerakan pesawat saat melaksanakan pertempuran di udara termasuk saat melaksanakan roketing, bombing maupun melihat akurasi dari hasil penembakan tersebut.




Sumber : Jurnas

Australia Berniat Perkuat AU Dengan 24 Super Hornet Baru

DARWIN-(IDB) : Australia berniat membeli lagi 24 pesawat tempur buatan Boeing jenis F/A-18 Super Hornets. Rencana pembelian ini diungkapkan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith di Canberra, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters, Kamis (13/12/2012).

Dengan rencana pembelian ini berarti AU Australia akan mengurangi pembelian pesawat siluman F-35 Joint Strike Fighters sebagaimana rencana semula. Rencana pembelian ini juga menjadi pertanda bahwa mitra pembangunan pesawat tempur F-35 dengan Lockheed Martin akan tertunda. Program pesawat F-35 ini menelan biaya 396 miliar dollar AS yang membuat pemerintah AS merasa berat karena biaya yang terlalu besar. Australia ikut dalam proyek pembangunan ini.

"Kapasitas tempur Australia merupakan hal vital dari kerangka keamanan nasional. Pemerintah tidak akan membiarkan adanya jurang dalam kapasitas tempur AU Australia," ujar Smith.

Australia sebenarnya akan memesan 100 pesawat tempur siluman F-35 dengan nilai hingga 16,4 miliar dollar AS. Pesawat ini rencananya akan tiba pada tahun 2014 sampai 2015. Namun kemungkinan akan dipesan sekitar 14 unit F-35.

Australia kini memiliki 71 unit F/A-18 yang beroperasi sejak tahun 1985 dan 1990. Pesawat ini akan dipensiunkan tahun 2020. Australia juga memiliki 24 F/A-18 generasi terbaru yang memasuki servis tahun 2010 dan tahun 2011. Sekitar 12 unit dari pesawat ini sudah ditingkatkan kemampuannya dengan peralatan tercanggih dari AS. 





Sumber : Kompas

MPR Setuju Sebatik Jadi Otonomi Khusus

NUNUKAN-(IDB) : MPR RI sepakat pada usulan pemekaran daerah Sebatik menjadi daerah otonom baru, baik kabupaten maupun kota untuk percepatan pembangunan.

"Kami melihat untuk percepatan pembangunan di Pulau Sebatik maka daerah tersebut harus didorong menjadi daerah otonom baru," kata Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Farhan Hamid di Nunukan, Kalimantan Timur, Kamis.

Rombongan MPR RI yang dipimpin Ahmad Farhan Hamid melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Nunukan, untuk melihat langsung persoalan masyarakat di wilayah perbatasan yakni di Pulau Sebatik pada 11-13 Desember 2012.

Rombongan MPR RI beranggotakan Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin, beberapa ketua fraksi di MPR RI yakni Muhammad Jafar Hafsah (FPD), Tb Soenmandjaya Rukmandis (FPKS), Martin Hutabarat (FGerindra), dan Yasonna Laoli (FPDIP).

Anggota MPR RI lainnya, adalah Farida Padmo Ardans (FPD), Aus Hidayat Nur (F-PKS), Nanang Sulaiman (F-PPP), serta anggota MPR dari kelompok DPD yakni Luther Kombong, Muslihuddin Abdurrasyid, dan Kadek Arimbawe.

Pada kunjungan ke lokasi perbatasan di Pulau Sebatik, rombongan MPR RI juga didampingi oleh Kapolda Kalimantan Timur, Kepala Staf Kodam VI/Mulawarman, dan Bupati Nunukan.

Menurut Farhan Hamid, Pulau Sebatik yang lokasinya berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia, harus segera dilakukan percepatan pembangunan, guna mengejar ketertinggalan dengan Kota Tawau, yakni kota di Sarawak, yang berbatasan langsung dengan wilayah Indonesia di Pulau Sebatik.

Ia menambahkan, kajian pemekaran untuk Sebatik sudah dilakukan oleh Universitas Airlangga, Surabaya serta prosedur pemakaran sudah diatur dalam aturan perundangan.

"Bagi MPR, untuk hal-hal yang sifatnya genting dan menyangkut masa depan negara, kalaupun ada persyaratan administrasi yang masih kurang sedikit, agar bisa dimaklumi," tuturnya.

Farhan menilai, jika Sebatik tidak dimekarkan dan pembangunannya masih dibebankan kepada Kabupaten Nunukan, maka akan sulit untuk mengejar percematan pembangunan, karena Kabupaten Nunukan wilayahnya besar yakni ada sebanyak 16 kecamatan.

Dari 16 kecamatan tersebut, empat di antaranya ada di Sebatik, yakni Sebatik Tengah, Sebatik Utara, Sebatik Baat, dan Sebatik Selatan.

Menurut Farhan, usulan pemekaran Sebatik sudah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Nunukan maupun DPRD setempat.

Usulan tersebut, kata dia, saat ini masih berada di Provinsi Kalmantan Timur, menunggu persetujuan dari Pemerintah Provinsi dan DPRD.

"Dari yang saya cermati, usulan pemekaran Sebatik prinsipnya tidak ada halangan, hanya menunggu proses administrasi di tingkat provinsi," ucapnya.

Menurut dia, jika di tingkat provinsi sudah disetujui Pemerintah Provinsi dan DPRD setempat, kemudian akan diusulkan ke tingkat pusat.

"Saya kira pemerintah pusat akan langsung setuju, tinggal menunggu persetujuan di DPR RI," katanya.

Farhan menambahkan, anggota MPR yang saat ini berkunjung ke Sebatik adalah anggota DPR RI.

"Mereka sudah melihat sendiri kondisinya di Sebatik," katanya.





Sumber : Antara

Korea Utara Berhasil Luncurkan Unha-3

PYONGYANG-(IDB) : Korea Utara akhirnya berhasil meluncurkan roket terbesarnya pada 12 Desember 2012, pukul 09.49 waktu setempat. Roket tiga tingkat Unha-3 yang diluncurkan dari pusat ruang angkasa Sohae Space Centre ini dilaporkan berhasil menempatkan satelit di orbitnya. Sementara rakyat Korea Utara turun ke jalan menyambut keberhasilan ini, AS dan sejumlah negara mengecamnya sebagai upaya provokatif yang mengancam keamanan regional.

Dikatakan provokatif dan bersifat mengancam, karena peluncuran roket tiga tingkat ini bisa diartikan sebagai upaya serius mengembangkan rudal balistik jarak jauh. Korea Utara dan Jepang menyatakan terusik dengan peluncuran ini dan mendesak PBB untuk lebih menekan Pyongyang. Militer Jepang telah mempersiapkan rudal anti-rudal Patriot untuk menjatuhkan Unha-3. Tetapi, sampai dengan selongsong roket tingkat dua jatuh di perairan utara Filipina, Patriot tak pernah ditembakkan.

Mayoritas media di Korea Selatan, Jepang dan China mengomentari peluncuran Unha-3 sebagai yang terjadi pada saat yang tidak diharapkan. Sementara Sekjen PBB Ban Ki-moon menimpalinya sebagai pelanggaran nyata terhadap Resolusi PBB. Pasalnya, dengan resolusi tersebut, PBB telah melarang negeri ini untuk meneruskan pengembangan rudal balistik jarak jauh. Banyak negara menilai, satelit bukan lah tujuan utama. “Mereka tengah mempersiapkannya untuk melontarkan nuklir.,” kata seorang pengamat militer Barat.

Sebelum peluncuran ini, Korea Utara diketahui mengalami kegagalan pada April 2012. Saat itu, roket serupa tiga tingkat meledak hanya beberapa saat setelah diluncurkan. Pada April 2009 menyatakan telah meluncurkan roket serupa tapi dilaporkan gagal oleh militer AS. Militer AS juga melaporkan telah terjadi kegagalan pada roket Taepodong-2 yang dluncurkan pada Juli 2006. PBB melayangkan resolusi kepada negeri ini karena pada saat bersamaan juga tengah dibangun reaktor nuklir untuk keperluan persenjataan. 





Sumber : Angkasa