Pages

Sabtu, Oktober 13, 2012

Orang-Orang Dibalik Ketangguhan KRI Dewaruci (Bag 3)

Banyak hambatan yang dihadapi KRI Dewaruci dalam ekspedisi kali ini. Terutama cuaca buruk di tengah laut. Namun, berkat perhitungan yang jitu juru navigasi Serma Nav Loka Gumilang dan Serka Nav Erik Sugianto, Dewaruci sukses keliling dunia hingga kembali ke Indonesia empat hari lalu.

 SURYO EKO PRASETYO, Belawan

JPNN-(IDB) :
Pelayaran di laut lepas identik dengan perjuangan menaklukkan gelombang tinggi yang siap menghadang. Cuaca buruk dan hujan badai menjadi santapan setiap saat. Tak terkecuali yang dialami Dewaruci dalam jelajah di empat benua kali ini.

Berbagai hambatan hampir tak habis-habisnya terhampar di laut lepas. Mulai dari Surabaya, Januari silam, hingga Papua, lalu menyeberangi Samudra Pasifik menuju San Diego di pantai barat Amerika Serikat. Setelah menyisir pantai barat dan memutari Terusan Panama, Dewaruci melewati Laut Karibia dan Teluk Meksiko.


Kapal kemudian mengarungi Samudra Atlantik menuju Eropa. Di benua biru itu, Dewaruci melintasi Laut Mediterania melalui Selat Gibraltar. Berlanjut ke Laut Merah lewat Terusan Suez dan Laut Arab via Teluk Aden. Lalu, kembali ke tanah air menyusuri Samudra Hindia dan Selat Malaka.


Jalur pelayaran internasional itu lazim ditempuh kapal-kapal berbadan besar, berbobot ribuan bahkan puluhan ribu ton. Tapi, Dewaruci yang beratnya tak sampai seribu ton (874 ton) ternyata sanggup mengarunginya dengan selamat. Berkecepatan jelajah tidak lebih dari 11 knot per mil (17,402 km per jam; 1 mil setara 1,582 km), saat diterpa ombak besar, kapal terasa seperti sabut kelapa yang terombang-ambing gelombang.


Meski sudah dilengkapi teknologi radar dan pendeteksi posisi (global positioning system), di tengah laut, peranti itu tak bisa menjadi acuan. Yang lebih utama justru insting juru navigasi dalam membuat jalur pelayaran di atas peta yang akan dilalui kapal. Sebab, jalur tersebut dibuat juga berdasar kondisi terbaru di lapangan.


Mulus tidaknya kapal melaju melewati gelombang besar, salah satunya, berdasar insting juru plotter. Misalnya, yang dijalankan Kepala Bagian Navigasi Serma Loka Gumilang, bintara navigasi tertinggi di Dewaruci.


"Sebelum bertugas ke Dewaruci, saya belajar banyak menyusun track di kapal penyapu ranjau," ungkap Loka yang baru saja naik pangkat dari sersan kepala ketika Dewaruci tiba kembali di Indonesia pada 1 Oktober 2012.


Selama enam tahun pertama menjadi tentara melalui jalur bintara pada 1999, Loka mendapat tugas di KRI Pulau Rengat, Satuan Kapal Ranjau Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Alumnus SMA Ta"miriyah Surabaya itu sering terlibat dalam aktivitas pembersihan ranjau laut sisa Perang Dunia II.


Ranjau-ranjau yang sebagian besar masih aktif sering sulit termonitor radar. Karena itu, butuh konsentrasi tinggi ahli plotter ketika kapal melintasi perairan yang banyak ditemukan ranjau.


Misalnya, di sepanjang wilayah utara Laut Jawa dan kawasan perairan timur Indonesia. Kawasan perbatasan tak luput dari operasi kapal ranjau dan kapal bantu untuk mengawasi alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dari masuknya kapal-kapal asing ilegal. "Kalau tidak superhati-hati dan tidak tahu medan, kapal bisa hancur terkena ranjau laut," tuturnya.


Karir Loka melejit ketika dipercaya menjadi bintara utama di KRI Karang Tekok pada 2006"2010. Di satuan kapal bantu itu, suami Santi Pangesti Rahayu tersebut kerap terjun di berbagai operasi laut gabungan bersama Angkatan Laut Singapura.

Loka kembali dipercaya menjadi plotter utama ketika KRI Dewaruci menjalankan ekspedisi keliling dunia 2012. Sebab, tantangan melintasi alur pelayaran internasional lebih sulit karena kedalaman laut sering berbeda dari data di peta. Muhibah melintasi 12 negara di empat benua itu menjadi pelayaran terjauhnya.

"Walau sudah ada peta elektronik, masih banyak yang belum di-update. Apalagi peta hidro-oceanografi, banyak yang terbitan lama," kata kelasi yang genap 34 tahun pada 16 September lalu tersebut.

Juru plotter lainnya, Serka Nav Erik Sugianto, termasuk "orang lama". Dia ditempatkan di Dewaruci sejak lulus pendidikan pada awal 2000. Mantan Kabag navigasi (2005"2010) itu diandalkan dalam membuat jalur pelayaran dan menyusun hitungan terbit dan tenggelamnya matahari-bulan untuk jurnal laporan. Berkat insting dan perhitungannya, Dewaruci selamat dari badai dan insiden menabrak karang di perairan Okinawa, Jepang, 2004.

Kala itu, kapal usai berlayar dari Vladivostok, Rusia, dan dihadang badai saat mendekati Tokyo. Erik yang kebetulan piket di anjungan melihat awan cumulonimbus tidak jauh dari haluan Dewaruci.

Dia merekomendasikan kepada perwira navigasi dan komandan kapal Letkol Laut (P) Gig J.M. Sipasulta agar kapal cikar kiri (belok kiri frontal). Meski melawan track, langkah itu harus diambil untuk menghindari badai berkecepatan 65 knot (102, 83 kilometer per jam).


"Kapal sampai miring ke kiri terkena ekor badai. Itu kemiringan ekstrem selama saya di Dewaruci," kenangnya.

Di perairan yang sama, Dewaruci juga nyaris menabrak karang yang tidak terdeteksi radar dan peta. "Pengawas melaporkan ada karang tepat di haluan kapal berjarak 200 yard. Untung tidak sampai menggores lambung kapal," ujar suami kowal Serka Far Dewi Sulistyowati yang dinas di RS Marinir Gunungsari, Surabaya, dan ayah Al A"raaf Bintang Albire, 5, itu.

Dari kejadian tersebut, Erik jadi makin mantap dalam memperhitungkan kondisi medan. "Kalau juru navigasi ragu, perwira navigasi dan komandan ikut bingung," lanjut bintara berumur 33 tahun yang juga pemeran pujangga anom reog ponorogo tersebut.

Erik menambahkan, selama 12 tahun mengawal Dewaruci, sudah 50-an negara pernah disinggahi. Bahkan, pelaut asal Tulungagung itu bisa umrah sampai lima kali ketika Dewaruci singgah di Jeddah.

Hanya Australia yang belum pernah dia singgahi. Erik berharap suatu hari nanti bisa mengunjungi Negeri Kanguru itu bersama Dewaruci. "Kalau Allah masih menghendaki, rencananya tahun depan Dewaruci ke Australia. Mudah-mudahan saya bisa ikut," harapnya. 




Sumber : JPNN

KRI Dewaruci Tiba Di Kolinlamil Jakarta

JAKARTA-(IDB) : Satu-satunya kapal latih bagi kadet Akademi TNI AL, KRI Dewaruci, telah kembali dari pelayaran keliling dunia kedua kalinya selama 10 bulan. Di tepi dermaga Komando Lintas Laut Militer TNI AL, Kamis, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno, menyatakan, "Pengganti KRI Dewaruci nanti namanya juga Dewaruci."

Sebagai kadet pada masanya, Soeparno juga dilatih dan dididik di lambung kapal layar buatan galangan kapal HC Stulcken & Sohns, Hamburg, Jerman Barat, pada 1954 itu. Bersama puluhan kadet lain, dia digembleng habis-habisan selama beberapa bulan pada pelayaran rute keliling ASEAN pada saat itu.

"Memang beda, kami digembleng habis-habisan di sini. Banyak hal berkesan terjadi di sini. Ada teman satu angkatan saya, waktu itu mabuk laut berat dan tidak bisa makan. Ompreng makannya tetap dipegang… tapi pas ditarik, tidak juga dia lepas," kata Soeparno, yang kemudian banyak berdinas di kapal selam TNI AL.

Soeparno menerima kedatangan KRI Dewaruci, yang kini dipimpin Letnan Kolonel Pelaut Haris Bima Bayuseto. Kebetulan yang menarik, karena hikayat pewayangan Dewa Ruci berkisah tentang penemuan jati diri Bima dalam babak perjalanan dan pendewasaan dirinya. Kapalnya bernama Dewaruci dan komandannya kini bernama Bima, seperti ditulis di papan namanya.

KRI Dewaruci bertugas multi fungsi selain menjadi kapal pendidikan berkoordinasi dengan Akademi TNI AL yang bersesanti Hree Dharma Shanti, yang ditulis di atas tuas kemudi utamanya di buritan kapal. Di kapal itu, kadet-kadet, terutama dari korps pelaut, dididik berbagai ilmu kepelautan memakai instrumen minimalis dan alamiah (misalnya menentukan arah mengandalkan bintang-bintang dan sekstant). 

KRI Dewaruci, kapal layar tipe Barkentin (Barquentine) satu-satunya yang tersisa di dunia, adalah goodwill ambassador sejati bangsa, yang menjadi ikon dunia karena reputasi kapal dan manusia pengawaknya.

Sentuhan dan komunikasi langsung warga negara-negara yang dikunjungi kepada insan TNI AL pengawak kapal itu begitu frontal dan tanpa tedeng aling-aling. Walhasil, keramahan dan keaslian wajah Indonesia tergambar dengan meninggalkan berjuta kenangan bagi warga yang ditinggalkan. 

Pelayaran keliling dunia perdana KRI Dewaruci terjadi pada 1964, dengan komandan Mayor Pelaut Sumantri dan perwira pelaksana Kapten Pelaut Nasution. Berangkat dari Tanah Air ke arah timur, melintasi Samudera Pasifik, pantai barat, Terusan Panama, dan pantai timur Amerika Serikat, Samudera Atlantik, beberapa negara di sana, Laut Mediterania, Terusan Suez, Laut Arab, Samudera Hindia, dan finis di Pulau We untuk kemudian kembali ke dermaganya di Surabaya.

Perintah datang langsung dari Presiden Soekarno melalui Kepala Staf TNI AL (saat itu), Laksamana Madya Soebiyakto, ayah dari pegiat seni kondang, Jay Soebiyakto. Hampir satu tahun misi dilaksanakan.

Pertengahan Januari lalu, rute yang mirip ditempuh lagi. Bedanya, generasi pelaut dan kadetnya sudah lama berganti. Namun semangat tetap dan KRI Dewaruci dengan segenap awak dan perwiranya kembali tanpa kekurangan apapun.

Hampir 60 mengabdi, akan diadakan kapal layar latih tiang tinggi pengganti. "Belum ditentukan pihak pembuatnya, namun sudah ada lima nominasi. Bisa dari Spanyol, Portugal, Belanda, atau negara lain. Yang jelas nanti tipe Bark dan namanya tetap Dewaruci," kata Soeparno.

KRI Dewaruci memang berbeda, yang bisa menggantikan dia cuma (KRI) Dewaruci juga... 
Sumber : Antara

Robot Penembak Otomatis Buatan Unikom Bandung

BANDUNG-(IDB) : Teknologi robot sudah banyak dikembangkan di negara maju, bahkan sudah diaplikasikan di beberapa bidang, khususnya untuk membantu kaum difabel. Di bidang militer juga sudah dikembangkan pesawat tanpa awak.
Jika robot juga digunakan dalam operasi militer atau sejenisnya, bukan hanya mempermudah, tapi juga bisa mengurangi korban manusia. Hal inilah yang menginspirasi Muhammad Yazid Alqahar (20), mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2010 Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung. Ia menciptakan robot penembak otomatis yang bisa diaplikasikan sebagai senjata sungguhan yang dapat dimanfaatkan di bidang militer.

"Ide awal muncul saat saya melihat di televisi, adanya korban jiwa dari pihak aparat saat menumpas kejahatan. Kenapa tidak dibuat saja sebuah senjata otomatis yang bisa digunakan untuk hal-hal seperti itu. Saya juga berpikir, selama ini TNI kita butuh senjata untuk mempertahankan Indonesia. Bagaimana kita buat sistem yang otomatisasi untuk membantu pertahanan negara atau bantu mempermudah dalam menjaga Indonesia dari pihak luar," kata Yazid, sapaan akrab mahasiswa asal Dumai, Riau, ini saat ditemui di ruang Divisi Robot Unikom, Jalan Dipati ukur, Senin (8/10/2012).

Awalnya, ia mencoba membuat program robot penembak otomatis dengan menerapkan ilmu logaritma. Hanya dengan prosesor sederhana, ia berhasil membuat program tersebut. Setelah program selesai, ia mulai membuat robot senjata dengan membeli senjata mainan sejenis airsoft gun. Lalu dirancanglah senjata ini menjadi sebuah robot senjata yang dioperasikan melalui komputer. Pada senjata tersebut dipasang laser, web cam (kamera kecil), serta kabel yang dihubungkan ke komputer. Untuk menyangga senjata, dibuat penyangga dari besi. Dan untuk mengaktifkan robot senjata ini juga terdapat kotak khusus untuk tempat tombol on/off.

"Yang sulit dari robot senjata ini adalah membuat software-nya, yakni untuk menentukan atau mendeteksi target yang akan ditembak. Selebihnya tidak terlalu sulit, termasuk saat merencang hardware-nya," kata mahasiswa yang hobi membuat program di komputer ini.

Kelebihan robot senjata karyanya ini bisa mendeteksi target secara otomatis. Robot juga secara otomatis mengarahkan sasarannya dan bisa berputar 140 derajat. Bahkan robot senjata ini bisa mendeteksi target yang bergerak. Karena itu, robot senjata ini bisa dimanfaatkan sebagai senjata antirudal. Robot ini bisa mendeteksi rudal dan menembaknya lebih dulu sebelum rudal mengenai sasaran.

"Intinya, robot senjata ini saya buat dengan sistem pengindraan menggunakan teknik pengelolaan citra, yakni bagaimana robot bisa melihat seperti mata manusia. Karena semua komputerisasi yang serba otomatis inilah, robot ini juga saya namakan robot senjata otomatis," katanya.

Meski masih berupa purwa rupa atau seperti mainan karena peluru yang digunakan juga peluru mainan plastik yang biasa dimainkan oleh anak-anak, karyanya ini bisa diaplikasikan menjadi senjata sungguhan yang bisa digunakan TNI sebagai alat pertahanan.

Menurut dia, tinggal mengubah hardware-nya, semisal diganti senjata sungguhan dan peluru sungguhan. Prosesornya diganti dengan prosesor khusus. Adapun programnya tidak perlu diubah, hanya tinggal disesuaikan.

Karyanya ini sudah diuji coba dengan dua puluhan target. Senjata ditembakkan selama sepuluh detik dengan akurasi 90 persen. Untuk menembak target hanya butuh setengah detik dengan kecepatan 300 kaki/detik.

Cara kerja robot senjata seberat 5 kg ini, ujar Yazid, pertama-tama robot akan mengambil gambar target melalui web cam. Setelah itu, gambar yang sudah didapat diolah atau dibaca oleh program di komputer. Setelah dapat dibaca, sistem akan mengarahkan senjata ke target tersebut. Lalu, secara otomatis kokang senjata akan bergerak untuk menembak target.

Meski sudah cukup bagus dan mendapat apresiasi dari juri di ajang Indonesia ICT Award (INAICTA) 2012 dengan meraih medali emas pada September lalu, robot senjata otomatis ini masih memiliki kekurangan, yakni belum bisa membedakan kawan dan lawan. Ke depannya ia akan membuat program tersebut agar bisa mendeteksi target yang seharusnya.

Bahkan robot senjata otomatis ini akan bisa bergerak sendiri dengan memanfaatkan motor penggerak hingga bisa berjalan ke arah mana pun. "Pastinya akan terus dikembangkan. Ini robot karya saya yang pertama, tentu harapan saya bisa dikembangkan lebih bagus lagi agar bisa dimanfaatkan menjadi sebuah karya yang positif," katanya.

Robot senjata otomatis yang meraih medali emas untuk kategori Aplicative Robot for University ini juga pernah diikutkan dalam ajang Robogames April 2012 di Amerika Serikat dan mendapat penghargaan di ajang tersebut. Namun saat itu robot senjata belum bisa mendeteksi benda atau target bergerak. Bila tidak ada halangan, robot senjata otomatis ini akan diikutkan dalam ajang internasional Asia Pasific ICT Award (APICTA) yang akan digelar di Brunei Darussalam pada bulan Desember mendatang.




Sumber : Tribunnews

Berita Foto : Aksi Marinir Diatas Kapal Sebelum AJ XXXI/2012

Danpasrat 12.2.2 Latihan Perang AJ XXXI/2012 terus Bina Semangat Tempur Pasukannya

 
 

Komandan Pasmar- 1 Brigjen TNI Mar R Gatot Suprapto selaku Danpasrat 12.2.2 dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 memberikan motivasi dan arahan kepada anggota pasukan pendarat yang berada di KRI Banjarmasin (11/10/12).

Pasrat 12.2. 2 AJ XXXI/2012 Latihan Debarkasi

 
Prajurit Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir sedang melaksanakan latihan debarkasi di tank deck KRI Banjarmasin untuk kesiapan pendaratan yang akan dillaksanakan di Pantai Sangatta Kalimantan Timur pada tanggal 15 Oktober 2012 yang merupakan rangkaian Latihan Perang Armada Jaya XXXI/2012 (13/10/12). 





 Sumber : Korlar

Orang-Orang Dibalik Ketangguhan KRI Dewaruci (Bag 2)

Keberadaan Sertu Rum Khoirul Soleh sebagai bintara kesehatan (bakes) sangat penting dalam ekspedisi KRI Dewaruci kali ini. Dialah "dokter" yang harus selalu stand by untuk menangani awak kapal yang ambruk. Inilah laporan wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO yang ikut dalam pelayaran selama 9 bulan itu.

JPNN-(IDB) :
DI setiap satuan kapal TNI-AL yang hendak berlayar dalam waktu lama, pasti disertakan tenaga kesehatan. Apalagi bila kapal yang menjalankan misi khusus itu membawa banyak penumpang (awak kapal). Kehadiran dokter, perawat, atau tenaga kesehatan sekelas mantri sekalipun sangat dibutuhkan. Mau berobat ke mana lagi kalau tidak ke orang-orang "penting" itu saat sakit di tengah laut.

Dalam ekspedisi KRI Dewaruci keliling dunia 2012, Dinas Kesehatan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) menugaskan dua personel andal. Mereka adalah Letnan Satu Laut (K) dr Bangun Pramujo dan Sersan Satu Rum Khoirul Soleh.


Kendati bukan ABK (anak buah kapal) tetap di Dewaruci, Khoirul sudah malang melintang di berbagai penugasan militer di darat maupun laut. Jam terbangnya sudah tinggi. Karena itu, begitu mendapat tugas untuk mengikuti ekspedisi Dewaruci kali ini, dia langsung siap. Selain karena perintah komandan, pelayaran panjang kali ini sangat menantang profesionalitasnya sebagai tenaga kesehatan.


"Berlayar bareng Dewaruci adalah pengalaman pertama saya ke luar negeri. Apalagi keliling dunia dengan waktu yang sangat lama," kata Khoirul.


Selama 25 tahun pengabdiannya di TNI-AL, dia tak pernah mengikuti pelayaran sampai lebih dari sembilan bulan seperti dalam ekspedisi Dewaruci kali ini. Khoirul ikut bertugas di kapal perang paling lama tidak lebih dari tiga bulan.

Dia lalu mencontohkan saat ditugaskan on board di KRI Pandrong pada Oktober"Desember 2011. Di atas kapal patroli itu, Khoirul berlayar mengelilingi perairan Indonesia wilayah timur untuk menjaga keamanan teritorial laut. Tanpa tenaga dokter, dia menjadi rujukan para awak kapal yang mengalami gangguan kesehatan.

"Alhamdulillah, waktu itu tidak ada kasus medis berat yang mengharuskan kapal sandar untuk merujuk pasien ke rumah sakit terdekat," ujarnya.


Hanya berselang dua minggu setelah tugas patroli KRI Pandrong selesai, Khoirul sudah mendapat perintah untuk ikut mengawal KRI Dewaruci sejak Januari silam hingga saat ini.


Memang, dalam tujuh tahun ini, Khoirul sering mendapat tugas "melaut". Setiap tahun dia dua hingga tiga kali berlayar dalam durasi yang lumayan lama. Praktis, waktunya lebih banyak dihabiskan di atas laut daripada di darat. Bapak tiga anak itu dalam setahun hanya punya waktu berkumpul keluarga sekitar tiga bulan.


"Sejak pindah ke Diskes Koarmatim pada 2005, saya lumayan bisa meluangkan waktu untuk keluarga. Sebelum itu, lebih sering di laut," ungkap pria asal Jombang tersebut.


Menjadi prajurit dengan pangkat kelasi dua pada 1987, Khoirul kali pertama berdinas di Yonkesmar, Karangpilang, Surabaya, sekitar tiga tahun. Kemudian, dia dipindah ke Yonif 2 Marinir, Cilandak, dan Diskes Detasemen Jala Mangkara, Jakarta, selama empat tahun.


Dia sempat kembali ke Jatim ketika dimutasi ke Yonif 3 Marinir, Gedangan, Sidoarjo, dan Yonif 1 Marinir, Tanjung Perak, Surabaya, sampai 2004. Selama itu, berbagai penugasan ke Nanggroe Aceh Darussalam dia peroleh. Misalnya, saat darurat militer, operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan tanggap militer.


Kala itu, Khoirul juga ikut turun ke medan perang, keluar-masuk hutan, serta naik-turun gunung selama 16 bulan. Dia tercatat empat kali mendapat tugas khusus di provinsi ujung barat Indonesia itu. "Tantangannya lebih berat dibanding masa pendidikan," kenang prajurit yang tidak menyangka akan diposisikan di korps kesehatan tersebut.


Kasus menonjol ditemui Khoirul ketika ada ABK yang gulung koming karena perutnya sakit. Rupanya, si ABK punya riwayat sakit usus buntu akut yang tidak dilaporkan ke tim medis. Puncaknya, saat kapal berada di kawasan utara Indonesia, sakit si pasien tak bisa dibendung lagi.

Khoirul pun melapor ke komandan kapal mengenai kondisi ABK yang kesakitan. Komandan lalu memutuskan agar kapal merapat ke lantamal (pangkalan utama TNI-AL) terdekat yang memiliki rumah sakit. Operasi wajib dilaksanakan untuk menyelamatkan jiwa anak buahnya.

"Sebelum sandar, pasien saya infus dan terapi ringan. Begitu sandar, dia langsung kami evakuasi agar penanganan apendiks (usus buntu)-nya tidak terlambat," beber Khoirul tanpa menyebut nama si pasien dan nama kapal yang berlayar dengan alasan etika.

Dalam ekspedisi Dewaruci kali ini, dirinya juga mengalami kejadian luar biasa. Dia dan tim medis lainnya bahkan sempat dibuat kelabakan. Yakni, kejadian pada Agustus lalu seusai seluruh ABK muslim umrah ke Makkah. Hampir separo di antara 69 awak kapal yang umrah mengalami diare masal. Diduga, penyebabnya adalah makanan katering yang dikonsumsi para ABK kurang memenuhi standar kesehatan.

Saking parahnya, sejumlah personel sampai terkapar dua hari. Beberapa ABK mengalami dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar. "Kami sempat panik karena pelayaran harus segera dilanjutkan. Karena itu, kami harus bekerja keras agar para ABK yang terkapar bisa segera pulih kembali," ujar suami Nusrotin Alfiyah itu.

"Beruntung, oralit dan obat yang diminumkan dengan cepat memulihkan kondisi para pasien. Jadwal perjalanan kapal pun tak sampai terganggu karena tidak ada pasien yang harus opname," imbuhnya.

Selain kasus diare masal itu, hampir tak ada kasus menonjol lain yang ditangani sepanjang pelayaran sembilan bulan tersebut. "Kalau hanya masuk angin, flu, sakit kepala, itu biasa. Namanya hidup di tengah laut," tuturnya.

Khoirul berharap, seusai menjalankan misi Dewaruci keliling dunia nanti, kehidupannya bisa lebih "normal". Dia ingin lebih banyak berkumpul istri dan tiga anaknya yang sudah gede-gede. Di antara tiga anaknya, tinggal si bungsu, Dani Saputra, 17, yang masih duduk di bangku SMA. Dua putra pertamanya, Muhammad Ade, 21, dan Muhammad Feri Rokhman, 19, sudah kelar pendidikan. Bahkan, Feri kini bekerja di dunia kesehatan sebagai asisten apoteker.

"Pokoknya, setelah (pelayaran) ini saya berharap bisa lebih sering kumpul keluarga," tegas Khoirul.




Sumber : JPNN

Koarmatim Kerahkan 21 Kapal Perang Di Armada Jaya XXXI/2012

SURABAYA-(IDB) : Memasuki tahap manuver lapangan (manlap), 21 KRI  dari jajaran unsur Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang dilibatkan dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan beberapa kegiatan latihan di laut. Latihan yang digelar  tersebut meliputi penangggulangan bahaya udara, melewati medan ranjau , hingga penanggulangan problem kesehatan dan masalah psikologi yang dialami oleh para prajurit.

Sejak kapal bertolak dari Dermaga Koarmatim, Rabu (10/10), hampir tidak ada kesempatan untuk santai, seluruh prajurit dalam kondisi siaga penuh; siap menghadapi setiap Rencana Informasi Latihan (RIL) yang disampaikan oleh para wasit dan pengendali latihan (Wasdal). Sekurang-kurangnya setiap lima belas menit, alarm terdengar meraung-raung tanda berlangsungnya peran tempur.

Hari ini Jumat (12/10), seluruh KRI Kormatim serta beberapa unsur latihan dari komando utama operasional lainnya akan melaksanakan  beberapa jenis latihan pada tahap latihan umum. Beberapa latihan yang digelar di antaranya, simulasi penyapuan ranjau, simulasi sabotase, dan simulasi serangan udara.

Pada tahap manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober, kekuatan yang dikerahkan secara kuantitas kurang lebih 5.500 personel, 35 kapal perang berbagai jenis (kapal selam, perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, perusak kawal, angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.

Latihan Armada Jaya ini merupakan salah satu aktualisasi tentang kesiapan TNI AL dalam melaksanakan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi di perairan timur yurisdiksi nasional dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.

TNI Angkatan Laut sebagai alat pertahanan negara di laut dituntut kesiapannya dalam menghadapi dan memgantisipasi berbagai bentuk ancaman yang dapat mengganggu keamanan dan kedaulatan NKRI. 

Kesiapan TNI AL berupa tampilan kemampuan dan kekuatan alutsista yang andal, kesiapsiagaan operasional seluruh komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dan profesionalisme prajurit matra laut. Pencapaian hasil dari kegiatan pembinaan tersebut, diukur melalui latihan puncak TNI AL yaitu Armada Jaya. 





Sumber : Koarmatim

Armada Jaya Sarana Tingkatkan Kemampuan Tempur Matra Laut



BANJARMASIN-(IDB) : Unsur komando tugas gabunggan amfibi (Kogasgabfib) melaksanakan pengecekan kesiapan di daerah latihan umum   perairan sebelah  utara Pulau Sebuku Banjarmasin, Jumat (12/10) sore.
 
Kogasfib dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi Laksda TNI Sadiman,S.E yang sehari hari menjabat Pangarmabar  melaksanakan tahapan kegiatan latihan umum, uji komunikasi dan naik turun jaring pasukan pendarat  marinir .

Unsur-unsur  KRI angkut pasukan jenis  LST dan Froch sebagai badan utama Kogasgabfib sejak tiba di daerah perairan latihan umum menempati sektor  lego jangkar KRI Teluk Mandar -514, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Sampit -515,  jenis Froch KRI Celukan Bawang-532 dan KRI Teluk Cendrawasih-533 dan kapal markas KRI Banjarmasin-592.serta kapal bantu KRI Arun-903 melaksanakan bekal ulang bahan bakar.

Dua  KRI jenis penyapu ranjau yang lebih dulu berada di daerah latihan umum melaksnakan pembersihan medan ranjau penyapu ranjau  KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan jenis parchim  KRI Lambung Mangkurat-374  serta Froch KRI Teluk Sibolga-536 .Selanjutnya unsur-unsur tersebut melaksanakan lego jangkar sesuai dengan posisi diagram serbuan di daerah latihan umum.

Sementara unsur tabir yang terdiri dari  delapan unsur  KRI yang bertugas melaksanakan perlindungan terhadap badan utama Kogasgabfib dengan kapal markas komando di KRI Banjarmasin-592.Sedangkan Satuan pelaksana Operasi Udara melaksanakan  intai udara taktis sepanjang route menuju daerah sasaran.

Kesiapan siagaan tersebut dilaksanakan dalam rangka menghadapi ancaman udara maupun kapal permukaan . seentara di daerah sasaran operasi telah ditugaskan Unsur intai kapal selam KRI Nanggala-402 melaksanakan kegiatan pengintaian terhadap unsure-unsur lawan.

Guna meningkatkan  kesiapan dan ketahanan fisik prajurit pasukan pendarat marinir dilaksanakan latihan naik-turun jaring di beberapa kapal perang jenis angkut pasukan tipe landing ship tank (LST) . Sedangkan untuk latihan pendaratan dilaksnakan  reembarkasi atau diluncurkan  ranpur tank amfibi dari kapal angkut  KRI Teluk Sampit-515  . Pengecekan jaring komunikasi antar unsur KRI dilaksanakan pengecekan  sesuai dengan jaring komando taktis.

Sebelumnya untuk meningkatkan moril prajurit pasukan pendarat marinir secara serentak dilaksanakan olah raga daln am rangka mempertahankan fisik daya juang  yang disiapkan melaksanakan pendaratan amfibi di Sangatta Kalimantan Timur.

Unsur-unsur Kogasfib selama lego jangkar di daerah latihan umum melaksanakan  pertahanan udara dan lawan sabotase bawah air




Sumber : Poskota

Analisis : Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD

apache 2 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD

JKGR-(IDB) : Salah satu alutsista mutakhir yang diincar oleh TNI AD adalah helikopter serang Apache AH-64 buatan  Amerika Serikat.  Helikopter ini dibutuhkan sebagai payung udara untuk melindungi pergerakan pasukan dan mesin perang Angkatan Darat.  Helikopter Apache  akan bergerak bersama- sama dengan pasukan di darat.
Bagaimana dengan dukungan TNI AU ?
TNI AU diposisikan sebagai pasukan yang memberi perlindungan dari jarak jauh dan menengah. Dengan konsep ini TNI AD tidak sepenuhnya menggantungkan nasib pertahanan udara mereka kepada matra lain.  Ketika pesawat atau helikopter musuh sudah mendekat, TNI AD akan melindungi diri mereka sendiri.
Untuk mendapatkan kemampuan itu, TNI AD mengincar helikopter serang yang mumpuni.  Secara kalkulasi pilihannya jatuh kepada Helikopter Apache Longbow dengan persenjataan lengkap. Payung udara ini harus memiliki kemampuan yang mumpuni, karena jika pertahanan udara terpatahkan, pergerakan pasukan di darat akan terancam.
Menurut KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo, hingga saat ini TNI AD terus mengkaji kemampuan dan kelayakan helikopter Apache. Secara anggaran, budget TNI AD mencukupi untuk mendatangkan sekitar 8 unit helikopter Apache. Pengkajian ini juga ditujukan untuk presentasi di hadapan Komisi I DPR nanti. TNI AD menyiapkan argumen dan dasar pemikiran betapa pentingnya pengadaan Helikopter Serang Apache dan diharapkan  pembelian helikopter itu nantinya disetujui Legislatif.
Harga helikopter Apache memang mahal, sekitar 60 juta USD per unit. TNI AD sedang memikirkan opsi-opsinya agar bisa membeli Apache ini.

apache1 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD
AH 64 Apache
Alternatif lainnya adalah Heli Super Cobra  sekitar 15 juta USD per unit, serta  Black Hawk yang lebih murah lagi.  Namun kemampuannya masih di bawah Apache.  

Pertimbangan menolak dua helikopter ini adalah, jika dianggap tidak superior,  maka keberadaannya bisa dianggap tidak existing, tidak masuk hitungan, sehingga percuma saja.  Kecuali jika ada opsi-opsi membuat helikopter itu menjadi mumpuni.

Kebutuhan terhadap helikopter serang yang mumpuni juga terkait dengan konsep perang TNI AD yang terus dimodernisasi. TNI AD berencana membentuk satuan brigade mekanis yang memiliki daya pukul maut dan pergerakan yang cepat, dengan mengandalkan lapis baja dan kendaraan taktis.  Untuk itu pula meriam 155 Caesar dipilih karena bisa diangkut oleh Hercules,  tanpa mempretelinya dan bisa langsung dioperasikan, saat pesawat mendarat.

apache 3 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI ADSelain dilindungi oleh  Heli Apache, TNI AD juga membeli  rudal pertahanan udara jarak pendek, mistral. Rudal dengan sistem fire and forget ini, dikombinasikan dengan Rantis 4X4 buatan Pindad.  ”Rudal mistral bisa ditembakkan sambil duduk-duduk santai dan 90 % akan mengenai sasaran”,  ujar KSAD.


Konsep perang Angkatan Darat bisa ofensif dan defensif.  Ofensif adalah dengan menggerakkan pasukan maju ke depan lalu menguasai medan baik di darat dan udara. 

Untuk itu dibutuhkan payung udara yang kuat, antara lain pengadaan Helikopter serang Apache.  Selain Apache, TNI AD telah memesan heli serang AS 550 Fennec, untuk menggantikan heli Bolcow BO-105 serta menemani Heli Serang MI-35 buatan Rusia yang lebih dulu dibeli  TNI AD.

Heli Serang Fennec

as550fennec 1 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD
AS 550 Fennec
Mesti berbadan kecil dan single engine, Heli AS 550 Fennec sangat mematikan. Helokopter buatan Perancis ini  dilengkapi HeliTOW sighting system (direct view optics, day and night vision serta laser rangefinder) dan TOW anti-tank missiles. 

Untuk persenjataan serang darat, AS 550 C2 Fennec mengusung 7 misil x 2 roket launcher Forges de Zeebrugge atau 12 x 2 roket launcher Thales Brandt 68mm. 

Fennec juga bisa membawa empat rudal anti-tank seperti BGM-71 TOW atau anti-pesawat (air to air missile). Bahkan varian AS 555 SN, mengusung torpedo sebagai anti-submarine warfare. 




Sumber : JKGR