PONTIANAK-(IDB) : Tim Jelajah Patok yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Khatulistiwa Sub-Korwil 03 Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, belum dapat menemukan 296 patok tapal batas di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu.
"Hasil yang dicapai oleh tim ekspedisi ini, dari total 4.130 patok yang terdata, 3.624 dalam keadaan bagus, 327 dalam keadaan rusak, 269 belum ditemukan. Indikasi tidak ditemukan di antaranya tertutup humus, longsor, dan semak belukar, ada juga karena logging Malaysia," kata Dan Subkorwil 03 Putussibau Letkol Inf Jayusman, Sabtu (7/7).
Dia menyatakan, tim penjelajah patok telah melaksanakan orientasi dengan menempuh jarak sejauh 370 km dan mencari 4.130 patok yang harus dicek. Selain itu kegiatan yang dilakukan di antaranya pembuatan heliped, memantau perkembangan fauna, kegiatan unit sosial dan budaya serta komunikasi sosial.
Dalam expedisi itu tim penjelajah juga berhasil menemukan tanaman rijang merah dan putih, termasuk batu bara. Disamping itu telah terdata spesies serangga 234, 428 spesies tumbuhan dan 30 spesies vertebrata.
"Selama tiga bulan setengah di Kapuas Hulu secara keseluruhan seratusan anggota yang tergabung dalam expedisi ini telah berhasil, dan dalam perjalanannya expedisi ini dapat berjalan dengan optimal, aman dan tertip. Semuanya lancar sesuai rencana, hambatan yang ada masih dapat teratasi," kata Jayusman.
Jayusman juga mengatakan tujuan expedisi itu adalah untuk memberikan info kepada pemerintah pusat dan daerah tentang kondisi riil di Kabupaten Kapuas Hulu khususnya perbatasan.
"Kendala yang dihadapi tim expedisi ini adalah cuaca dan pasokan logistik. Tim sempat tidak mendapat pasokan logistik selama lima hari akibat kendala cuaca yang mengakibatkan heli pengangkut tidak bisa mengudara," katanya.
Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ekspedisi Khatulistiwa yang bertugas di Kabupaten Kapuas Hulu, juga mengumpulkan data-data sebagai bahan pembuatan buku sejarah nasional.
Selain itu, tim tersebut juga melakukan pengobatan secara gratis setiap hari dengan sistem jemput bola, yakni mendatangi masing-masing rumah betang di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu.
Selanjutnya, pembagian buku pelajaran secara gratis yang merupakan titipan dari donatur di Jakarta, kerja bakti penanaman 15 ribu pohon di lima kecamatan perbatasan (kecamatan Puring Kencana, Nanga Kantuk, Empanang, Badau, dan Embaloh Hulu).
Kemudian pemberantasan buta huruf yang dilakukan tiga kali dalam seminggu di rumah-rumah betang. Kegiatan pemberantasan buta huruf ini sudah mulai dilakukan sejak tim pertama datang ke Kapuas Hulu pada 4 April.
"Pada 1 Oktober nanti, buku sejarah nasional ini akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia," katanya.
"Hasil yang dicapai oleh tim ekspedisi ini, dari total 4.130 patok yang terdata, 3.624 dalam keadaan bagus, 327 dalam keadaan rusak, 269 belum ditemukan. Indikasi tidak ditemukan di antaranya tertutup humus, longsor, dan semak belukar, ada juga karena logging Malaysia," kata Dan Subkorwil 03 Putussibau Letkol Inf Jayusman, Sabtu (7/7).
Dia menyatakan, tim penjelajah patok telah melaksanakan orientasi dengan menempuh jarak sejauh 370 km dan mencari 4.130 patok yang harus dicek. Selain itu kegiatan yang dilakukan di antaranya pembuatan heliped, memantau perkembangan fauna, kegiatan unit sosial dan budaya serta komunikasi sosial.
Dalam expedisi itu tim penjelajah juga berhasil menemukan tanaman rijang merah dan putih, termasuk batu bara. Disamping itu telah terdata spesies serangga 234, 428 spesies tumbuhan dan 30 spesies vertebrata.
"Selama tiga bulan setengah di Kapuas Hulu secara keseluruhan seratusan anggota yang tergabung dalam expedisi ini telah berhasil, dan dalam perjalanannya expedisi ini dapat berjalan dengan optimal, aman dan tertip. Semuanya lancar sesuai rencana, hambatan yang ada masih dapat teratasi," kata Jayusman.
Jayusman juga mengatakan tujuan expedisi itu adalah untuk memberikan info kepada pemerintah pusat dan daerah tentang kondisi riil di Kabupaten Kapuas Hulu khususnya perbatasan.
"Kendala yang dihadapi tim expedisi ini adalah cuaca dan pasokan logistik. Tim sempat tidak mendapat pasokan logistik selama lima hari akibat kendala cuaca yang mengakibatkan heli pengangkut tidak bisa mengudara," katanya.
Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ekspedisi Khatulistiwa yang bertugas di Kabupaten Kapuas Hulu, juga mengumpulkan data-data sebagai bahan pembuatan buku sejarah nasional.
Selain itu, tim tersebut juga melakukan pengobatan secara gratis setiap hari dengan sistem jemput bola, yakni mendatangi masing-masing rumah betang di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu.
Selanjutnya, pembagian buku pelajaran secara gratis yang merupakan titipan dari donatur di Jakarta, kerja bakti penanaman 15 ribu pohon di lima kecamatan perbatasan (kecamatan Puring Kencana, Nanga Kantuk, Empanang, Badau, dan Embaloh Hulu).
Kemudian pemberantasan buta huruf yang dilakukan tiga kali dalam seminggu di rumah-rumah betang. Kegiatan pemberantasan buta huruf ini sudah mulai dilakukan sejak tim pertama datang ke Kapuas Hulu pada 4 April.
"Pada 1 Oktober nanti, buku sejarah nasional ini akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia," katanya.
Sumber : MediaIndonesia