Pages

Minggu, Juli 08, 2012

296 Patok Batas Negara belum Ditemukan

PONTIANAK-(IDB) : Tim Jelajah Patok yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Khatulistiwa Sub-Korwil 03 Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, belum dapat menemukan 296 patok tapal batas di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu.

"Hasil yang dicapai oleh tim ekspedisi ini, dari total 4.130 patok yang terdata, 3.624 dalam keadaan bagus, 327 dalam keadaan rusak, 269 belum ditemukan. Indikasi tidak ditemukan di antaranya tertutup humus, longsor, dan semak belukar, ada juga karena logging Malaysia," kata Dan Subkorwil 03 Putussibau Letkol Inf Jayusman, Sabtu (7/7).


Dia menyatakan, tim penjelajah patok telah melaksanakan orientasi dengan menempuh jarak sejauh 370 km dan mencari 4.130 patok yang harus dicek. Selain itu kegiatan yang dilakukan di antaranya pembuatan heliped, memantau perkembangan fauna, kegiatan unit sosial dan budaya serta komunikasi sosial.


Dalam expedisi itu tim penjelajah juga berhasil menemukan tanaman rijang merah dan putih, termasuk batu bara. Disamping itu telah terdata spesies serangga 234, 428 spesies tumbuhan dan 30 spesies vertebrata.


"Selama tiga bulan setengah di Kapuas Hulu secara keseluruhan seratusan anggota yang tergabung dalam expedisi ini telah berhasil, dan dalam perjalanannya expedisi ini dapat berjalan dengan optimal, aman dan tertip. Semuanya lancar sesuai rencana, hambatan yang ada masih dapat teratasi," kata Jayusman.


Jayusman juga mengatakan tujuan expedisi itu adalah untuk memberikan info kepada pemerintah pusat dan daerah tentang kondisi riil di Kabupaten Kapuas Hulu khususnya perbatasan.


"Kendala yang dihadapi tim expedisi ini adalah cuaca dan pasokan logistik. Tim sempat tidak mendapat pasokan logistik selama lima hari akibat kendala cuaca yang mengakibatkan heli pengangkut tidak bisa mengudara," katanya.


Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ekspedisi Khatulistiwa yang bertugas di Kabupaten Kapuas Hulu, juga mengumpulkan data-data sebagai bahan pembuatan buku sejarah nasional.


Selain itu, tim tersebut juga melakukan pengobatan secara gratis setiap hari dengan sistem jemput bola, yakni mendatangi masing-masing rumah betang di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu.


Selanjutnya, pembagian buku pelajaran secara gratis yang merupakan titipan dari donatur di Jakarta, kerja bakti penanaman 15 ribu pohon di lima kecamatan perbatasan (kecamatan Puring Kencana, Nanga Kantuk, Empanang, Badau, dan Embaloh Hulu).


Kemudian pemberantasan buta huruf yang dilakukan tiga kali dalam seminggu di rumah-rumah betang. Kegiatan pemberantasan buta huruf ini sudah mulai dilakukan sejak tim pertama datang ke Kapuas Hulu pada 4 April.


"Pada 1 Oktober nanti, buku sejarah nasional ini akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia," katanya. 


Sumber : MediaIndonesia

Rusia Siap Transfer Teknologi Pesawat Tempur Maupun Sipil Ke Indonesia

MOSCOW-(IDB) : Musibah Sukhoi SuperJet 100 di Gunung Salak Bogor tidak menghalangi kerjasama RI-Rusia dalam bidang kedirgantaraan. Sebuah rencana kerja sama yang mencakup alih teknologinya dari Rusia ke industri penerbangan Indonesia sedang disusun.

Demikian intisari pertemuan Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia, Djauhari Oratmangun, dengan President of JSC United Aircraft Corporation Mikhail Pogosyan di Moskow, Jumat (6/7/2012) waktu setempat. JSC United Aircraft Corporation merupakan holding company yang membawahi industri Sukhoi tempur dan komersial. Pertemuan pertama ini d

Pertemuan dalam format makan siang bersama dengan menu khas Rusia ini, intinya adalah saling mengenal sambil menggali hal-hal yang dapat dikerjasamakan di masa depan. Kedua pihak hanya sedikit menyinggung 'tragedi Sukhoi' dalam perspektif di balik kejadian tersebut harus mampu dimunculkan hal-hal yang positif di masa datang.

"Ada masanya kita melihat ke depan," kata Dubes Djauhari.

Di dalam hal ini, Sukhoi berpendapat bahwa kerja sama kedirgantaraan yang mencakup transfer of technology merupakan sesuatu yang sangat dimungkinkan. "Sukhoi dapat berkolaborasi dengan industri penerbangan di Indonesia untuk memproduksi suku cadang, baik Sukhoi tempur maupun komersial," ujar Mikhail Pogosyan.

Sukhoi juga sangat terbuka untuk mendidik anak-anak terbaik Indonesia untuk studi bidang penerbangan. Rusia memiliki dua universitas terbaik di bidang ini, yakni di kota Moskow dan Kazan. Sukhoi dalam hal ini bisa saja memberikan beasiswa.

Selain itu, Mikhail juga menyatakan ingin memberikan kuliah kedirgantaraan di universitas di Indonesia dalam sebuah kunjungannya di Indonesia kelak. Maklum, selain sebagai presiden direktur, Mikhail juga merupakan seorang penerbang dan sangat mengerti tentang industri penerbangan.

Pertemuan yang diselingi canda tersebut juga sempat membahas aneka makanan khas Rusia seperti kaviar dan Vodka. Kedua belah pihak sepakat untuk membangun sebuah komunikasi yang intensif dalam rangka kerjasama yang menguntungkan di masa depan.

Rusia Ingin Indonesia Produksi Suku Cadang Sukhoi Tempur Dan Sipil

Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan Rusia Mikhail Pogosyan menyatakan ingin berkolaborasi dengan industri penerbangan di Indonesia untuk memproduksi suku cadang baik pesawat Sukhoi tempur maupun komersial.

"Kerjasama kedirgantaraan yang mencakup transfer of technology merupakan sesuatu yang sangat dimungkinkan," kata Pogosyan seperti diceritakan Dubes RI di Rusia Djauhari Oratmangun di Moskwa, Sabtu.

Pogosyan adalah Presiden Direktur JSC United Aircraft Corporation, sebuah holding company yang antara lain membawahi perusahaan industri sukhoi tempur dan sukhoi komersial. Pertemuan pertama dengan Djauhari ini dilakukan dalam format makan bersama dengan menu khas Rusia.

Pada dasarnya, pertemuan ini adalah acara saling kenal satu dengan lainnya sambil menggali hal-hal yg dapat dikerjasamakan di masa depan.

Kedua belah pihak hanya sedikit saja menyinggung soal "tragedi sukhoi" dalam perspektif tertentu, yakni bahwa dibalik kejadian tersebut harus mampu dimunculkan hal-hal yang positif di masa datang.

"Ada masanya kita melihat ke depan," kata Dubes Djauhari.

Presdir Sukhoi juga mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk mendidik anak-anak terbaik Indonesia untuk studi bidang penerbangan di Rusia.

Hal ini penting karena Rusia memiliki dua universitas terbaik di bidang penerbangan, yakni di kota Moskwa dan Kazan. Sukhoi bisa memberikan beasiswa.

Pogosyan juga menyatakan ingin memberikan kuliah kedirgantaraan di universitas di Indonesia dalam sebuah kunjungannya di Indonesia kelak.


Sumber : Detik

TNI AL Berduka, Kecelakaan Latihan Kapal Selam Cakra

penyelamatan penumpang kapal Selam KRI Cakra. Kecelakaan Latihan Kapal Selam Cakra
JKGR-(IDB) : Duka yang mendalam menyelimuti Tentara Nasional Indonesia, dengan gugurnya Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel dan Mayor Laut Eko Indang Prabowo, saat mengikuti latihan militer di perairan Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu 07/07/2012, pukul 10.00 Wib.

Skenario dari latihan ini adalah karamnya KRI Cakra 401 bersama 6 awaknya, karena mengalami kerusakan mesin. Satu persatu akan diselamatkan dari conning tower kapal selam, untuk kemudian naik ke permukaan laut. Keenam personel dibagi ke dalam tiga gelombang dan setiap gelombang dua orang.

Dalam simulasi pertama dan kedua, para korban muncul ke permukaan air dalam waktu 15 menit. Namun dalam proses penyelamatan ketiga terjadi masalah. Tim yang ada di permukaan telah menunggu sekitar 30 menit akan tetapi kedua awak kapal belum muncul juga.

Setelah lama ditunggu, Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel dan Mayor Laut Eko Indang Prabowo, muncul ke permukaan dengan kondisi yang cedera parah. Hidung dan telinga mereka mengeluarkan darah, serta tidak sadarkan diri.

baju penyelam Kecelakaan Latihan Kapal Selam Cakra
Model submarine ecape and Immersion
Diduga tabung oksigen yang melekat di baju khusus mereka tidak berfungsi/ selangnya lepas. Karena tidak ada oksigen, mereka terpaksa naik ke permukaan laut dengan cepat, sehingga mengalami dekompresi. 

Dekompresi adalah akumulasi nitrogen yang terlarut saat menyelam dan membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Udara yang kita hirup adalah oksigen dan nitrogen. Namun gas nitrogen tidak digunakan tubuh. Akibatnya, gas Nitrogen akan terakumulasi didalam tubuh penyelam, proporsional dengan durasi dan kedalaman penyelaman. 

Masalah terjadi, bila penyelam naik dengan cepat dari kedalaman tertentu, ke permukaan air. Hal ini seperti botol bir yang dikocok lalu kita buka tutupnya. Akumulasi nitrogen di dalam cairan tubuh penyelam dilepas dalam bentuk gelembung udara akibat penurunan tekanan secara drastis. Buih-buih inilah yang menyumbat aliran darah maupun sistem syaraf tubuh manusia dan berakibat fatal.

Penyebab kecelakaan ini masih sebatas perkiraan dari saksi yang melihat peristiwa tersebut.

Pukul 11.00 wib, korban dievakuasi ke Kapal Ponton Lumba-Lumba dan simulasi penyelamatan KRI Cakra 401, langsung dihentikan.

armatim diturunkan beri pertolongan Kecelakaan Latihan Kapal Selam Cakra
Kedua korban yang pingsan sempat dirawat dan dimasukkan ke chamber dekompresi untuk menetralisir suhu badan mereka. Namun setelah satu jam berada di tabung raksasa tersebut, mereka belum juga sadarkan diri.

Pukul 13.30 Wib, kedua perwira tersebut dinyatakan meninggal dunia.

Latihan escape dan resque untuk Korps Hiu Kencana ini, merupakan yang pertama kali, untuk latihan basah. Jarang negara yang mau berbagi ilmu taktik dan perang di bawah air, sehingga TNI AL harus belajar sendiri.

latihan evakuasi Kecelakaan Latihan Kapal Selam Cakra
“Latihan SAR kedaruratan kapal selam ini sebagai wahana untuk mengetahui sejauh mana unsur-unsur Koarmatim mengetahui dan mengatasi kondisi darurat kapal selam di laut,” ujar Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono, saat melepas: KRI Teluk Rupat, Kapal ponton Lumba Lumba, Kapal selam KRI Cakra 401 dan personelnya dari Dermaga Surabaya, Rabu sebelumnya 4/7/2012.

Dalam pengecekan terakhir rabu sore, Laksda Agung Pramono meminta seluruh personel secara serius memeriksa seluruh persiapan. “Kalau ada sesuatu yang perlu diperbaiki, segera dilakukan penanganan, masih ada waktu,” ujarnya kala itu.

KRI Cakra 401 1024x682 Kecelakaan Latihan Kapal Selam Cakra
KRI Cakra 401

Kini TNI AL masih menyelidiki kecelakaan dalam simulasi penyelamatan kapal selam di Perairan Situbondo tersebut. 

“Kami membentuk tim khusus untuk melakukan penyelidikan terkait musibah yang menyebabkan putra-putra terbaik negeri ini meninggal dunia,” ujar Kadispen Koarmatim, Letnan Kolonel Yayan Sugiana, di Sidoarjo Jawa Timur.


Sumber : JKGR

C-295, NC-295, atau CN-295?

CH-(IDB) : Sejak awal kemerdekaan hingga 1977,Skadron 2 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta menggunakan pesawat C-47 Skytrain Dakota. Pesawat ini merupakan pesawat angkut militer taktis,pengembangan dari pesawat angkut sipil Douglas DC-3 yang terkenal itu.

Begitu suksesnya desain dari pesawat ini, pabriknya telah membuat tidak kurang dari 10.000 pesawat yang tersebar ke seantero jagat ini. Pada 1977 pesawat Dakota diganti secara bertahap dengan pesawat Fokker F-27, dan tidak lama setelah itu secara berangsur pula diganti dengan pesawat buatan PTDI dan Spanyol,CN-235. Skadron 2 adalah sebuah skadron angkut militer taktis pertama yang menjalankan tugas terbang ke hampir seluruh pelosok Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.


Dulu Skadron 2 merupakan unsur angkut militer taktis yang berada di bawah Komando Paduan Tempur Angkatan Udara (Kopatdara) yangkinitelahberubah menjadi Koopsau 1.Skadron ini melaksanakan tugas atau misi penerbangan angkut militer mencakup tugas-tugas transportasi personel dan logistik berjadwal. Di samping itu juga melakukan tugas penerjunan pasukan tempur statik dan terjun bebas, misi pengintaian, dan pemotretan udara.

Sebagai alat utama sistem senjata bidang light/medium military transport jarak pendek, skadron ini berperan sebagai tempat menggodok para penerbang angkut lulusan sekolah penerbang sebelum mereka akan bertugas ke Skadron VIP dan ke Skadron Angkut Linud Berat C-130 Hercules. Skadron 2 memang sebuah skadron awal bagi pembinaan military transport pilot dalam konteks menuju “combat readiness” dari primary unit unsur angkut militer Angkatan Udara.

Dakota, F-27, dan CN-235 adalah pesawat yang sangat tepat untuk mengantar keterampilan penerbang transportasi militer selepas mereka menyelesaikan sekolah terbang dasar. Lompatan dari pesawat latih di sekolah penerbang ke pesawat operasional menjadi jenjang yang sangat ideal bagi pembinaan military transport pilot di Skadron 2 ini. Jenjang, sebelum mereka menerbangkan pesawat yang lebih besar, lebih modern dan lebih canggih dari aspek operasi militernya.

Jahit dan Obras? 

Kini tersiar kabar tentang akan digantikannya pesawat F- 27 dengan pesawat terbang EADS CASA C-295 buatan Airbus Military, Spanyol.Konon, upaya ini dilakukan dalam rangka membangun kembali kemampuan dari PTDI yang sudah cukup lama telantar alias membeku. C-295 buatan Spanyol ini pertama kali terbang pada November 1997 dan baru dapat diperkenalkan ke pasar dunia pada 2001.

Pengguna pertama tentu saja Angkatan Udara Spanyol, kemudian Brasil, Polandia, dan Portugis. Secara keseluruhan, pesawat ini baru dibuat sebanyak 86 buah.Walaupun pesawat C-295 merupakan pengembangan dari pesawat CN-235, PTDI sama sekali tidak terlibat dalam proses pembuatannya sejak awal. Sangat berbeda dengan proses pembuatan CN-235 yang IPTN waktu itu sudah duduk dan bekerja sejak proses desain awalnya.

Belakangan ini sudah mulai menjadi rancu karena beberapa waktu lalu tiba-tiba muncul pesawat terbang dengan tulisan NC-295, tidak lama kemudian muncul lagi pesawat yang sama dengan tulisan besar berujud sebagai CN- 295. Nah,mengenai hal ini, mari kita coba membuat persoalan menjadi jernih dan tidak membingungkan. Konon, dahulu ada sebuah nomenklatur yang dianut oleh pabrik pesawat terbang IPTN yang kini bernama PTDI itu.

Patokannya, bila menggunakan nama NC-XXX, ini berarti bahwa pesawat tersebut adalah keluaran PTDI yang bukan didesain PTDI, tetapi hanya “dijahit” dan “diobras” oleh PTDI. Contohnya pesawat NC-212 yang diproduksi pada 1970-an, berikutnya CN-XXX.Ini berarti bahwa pesawat itu keluaran IPTN/ PTDI yang didesain, dites, dan diproduksi oleh Indonesia (Nurtanio) dan Spanyol (Casa) contohnya CN-235.

Selanjutnya pesawat dengan kode NXXX adalah pesawat yang di desain, dites, dan diproduksi oleh PTDI contohnya “almarhum” N-250 dan ren-cana regional jetN-2130. Bila kita melihat dalam buku Jane’s all the World Aircraft—salah satu referensi kredibel dari daftar produksi pesawat terbang dunia, kita tidak akan pernah menemukan di dalamnya mengenai pesawat CN-295 dan atau NC-295.

Masalahnya sederhana, yaitu memang kedua pesawat terbang tersebut sebenarnya tidak pernah ada. Yang ada adalah C-295, sebuah pesawat produksi “murni”Spanyol. Jadi nanti bila kita bekerja sama dengan Airbus Military untuk memproduksi pesawat C-295, sebenarnya kita kembali ke tahun 1970-an, yaitu dalam proses memproduksi NC-212. Sesuai nomenklatur, sebutannya tidak bisa lain, selain NC-295.

Kita menjadi agak sulit untuk memaksakan pesawat tersebut menjadi CN- 295 karena memang kita tidak memiliki bagian dari hak ciptanya. Sama sekali tidak ada keterlibatan kita dari sejak desain awal dan proses produksi lanjutannya. Kita tidak bisa menghindar dari status yang hanya akan melakukan kegiatan “jahit” dan “obras”belaka.

Pilihan

Apa pun yang terjadi,upaya ini pun patut dihargai sebagai perhatian yang cukup serius terhadap “pembangunan kembali” industri pertahanan strategis ini.Konon,bila kita sudah sukses “menjahit”dan “obras” sebanyak lebih kurang 10 pesawat sekaligus “membelinya”, kita akan diberikan kepercayaan sebagai pabrik tunggal penghasil “C-295” untuk kawasan Asia-Pasifik.

Sayangnya, untuk bisa menghasilkan pesawat C-295 itu, kita harus mengimpor terlebih dahulu peralatan- peralatan canggih pembuat C-295 serta sumber daya manusia (SDM) ahli yang harus mendampingi terlebih dahulu dari Spanyol ke Indonesia. Ini semua “cost” yang tidak sedikit, untuk menghindar menggunakan istilah “sangat mahal” dan yang paling menyedihkan adalah produk tersebut belum tentu “laku” dijual.

Ini mengacu pada realita bahwa sampai detik ini tidak ada satu pun negara di Asia- Pasifik yang telah dan akan membeli C-295. Dengan memproduksi (“jahit” dan “obras” saja) C-295, langkah ini akan membunuh PTDI dalam membuat sendiri CN-235 yang sudah terbukti kemampuannya. Pertanyaan yang kemudian muncul,mengapa kita tidak memilih memproduksi kembali CN-235 saja?

Bicara tentang kemampuan, bukanlah masalah yang perlu dipertanyakan lagi, demikian pula dengan SDM berpengalaman dan peralatan yang memang sudah terpasang diBandung.Fakta berbicara,pesawat jenis ini sudah digunakan oleh kita sendiri dan banyak negara lain di sekitar kawasan sendiri seperti Malaysia,Korea Selatan,Filipina,Thailand,Uni Emirat Arab, Pakistan, Kamboja, Brunei, dan lain-lain.

Ke depan negara-negara tersebut tidak mustahil berniat untuk menambah armadanya, minimal masih akan memerlukan komponen dan spare parts dari CN-235. Dengan memproduksi lebih banyak lagi CN-235, tidak bisa dihindari kualitas dan keterampilan PTDI sebagai manufaktur akanberkembangdenganpesat. Beriringan dengan itu, lompatan para teknisi dan terutama para military transport pilot, pemula atau freshman pilot dari sekolah penerbang ke jenjang military operational mission menuju “combat readiness” dengan CN-235 ke jenjang yang lebih tinggi lagi akan dapat dipertahankan dalam pola yang standar.

Tidak terganggu dengan kelas C-295 yang serbatanggung dalam jajaran gugus angkut udara militer di Angkatan Udara Republik Indonesia.CN- 295 tidak masuk kelas angkut ringan, tetapi belum dapat mengemban misi lintas udara angkut berat seperti yang sekarang diperankan oleh Hercules. Apabila C-295 yang merupakan produk dari Airbus Military itu jadi dikerjakan di Bandung, dikhawatirkan akan beredar selorohan baru bagi PTDI, yaitu akan berubah nama menjadi PDAM alias Perwakilan Dagang Airbus Military.

Namun, semua itu pilihan. Tetapi seyogianya pilihan yang paling ideal adalah pilihan yang mengacu pada “our national interest”, pilihan kepada apa yang kita inginkan, kita miliki, dan apa yang kita mampu.Theodore Roosevelt mengatakan: ”Do what you can,with what you have,where you are.“ 


Sumber : ChappyHakim