WINA-(IDB) : Sebuah Lembaga Kemanan Amerika menyatakan Iran secara signifikan telah meningkatkan produksi uranium yang telah diperkaya. Dalam lima tahun terakhir, produksi total uranium Iran cukup untuk setidaknya lima senjata nuklir.
Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Keamanan Internasional (ISIS), yang menyoroti program nuklir Iran, membuat analisis berdasarkan data dalam laporan triwulan terbaru pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dikeluarkan pada Jumat (25/5) lalu.
Dalam laporan tersebut, Iran telah menghasilkan kurang lebih 6,2 metrik ton (6,83 ton) uranium yang diperkaya 3,5 persen sejak tahun 2007. Beberapa di antaranya telah diproses lebih lanjut menjadi kadar yang lebih tinggi.
"Iran memiliki uranium heksafluorida yang diperkaya 3,5 persen. Jika diperkaya lagi, cukup untuk membuat lebih dari lima buah senjata nuklir," kata ISIS dalam analisisnya seperti yang dikutip Reuters Sabtu (26/5).
ISIS mengatakan terdapat penambahan uranium lebih dari 750 kilogram berdasarkan laporan IAEA yang diterbitkan pada bulan Februari lalu. Beberapa uranium Iran dengan kadar lebih tinggi, lanjut ISIS, telah dikonversi menjadi bahan bakar reaktor meski belum digunakan untuk senjata nuklir dalam waktu dekat.
Iran mulai memperkaya uranium dengan konsentrasi fisil 20 persen pada 2010 untuk bahan bakar reaktor penelitian medis. Pengayaan uranium tersebut kemudian diperluas dengan meluncurkan sebuah situs pengayaan uranium bawah tanah di Fordow.
Dalam laporannya, IAEA mencatat, Iran telah melakukan pengayaan uranium lebih dari 50 persen di Fordow. Selain itu Iran memiliki mesin-mesin yang digunakan untuk meningkatkan produksi uranium yang diperkaya hingga 20 persen.
Meski telah membuat beberapa kemajuan, ISIS mengatakan Iran tampaknya masih mengalami masalah dalam pengujian produksi skala unit yang lebih besar untuk menggunakan uranium secara lebih cepat.
Aktivitas nuklir Iran diawasi ketat oleh Barat dan Israel. Barat menilai pengayaan uranium yang dilakukan Iran untuk bahan bakar pembangkit listrik, jika disempurnakan ke tingkat yang jauh lebih tinggi, dapat digunakan untuk bahan bom nuklir. Barat mencurigai hal terakhir adalah tujuan akhir Iran meskipun Republik Islam itu menyangkalnya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Keamanan Internasional (ISIS), yang menyoroti program nuklir Iran, membuat analisis berdasarkan data dalam laporan triwulan terbaru pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dikeluarkan pada Jumat (25/5) lalu.
Dalam laporan tersebut, Iran telah menghasilkan kurang lebih 6,2 metrik ton (6,83 ton) uranium yang diperkaya 3,5 persen sejak tahun 2007. Beberapa di antaranya telah diproses lebih lanjut menjadi kadar yang lebih tinggi.
"Iran memiliki uranium heksafluorida yang diperkaya 3,5 persen. Jika diperkaya lagi, cukup untuk membuat lebih dari lima buah senjata nuklir," kata ISIS dalam analisisnya seperti yang dikutip Reuters Sabtu (26/5).
ISIS mengatakan terdapat penambahan uranium lebih dari 750 kilogram berdasarkan laporan IAEA yang diterbitkan pada bulan Februari lalu. Beberapa uranium Iran dengan kadar lebih tinggi, lanjut ISIS, telah dikonversi menjadi bahan bakar reaktor meski belum digunakan untuk senjata nuklir dalam waktu dekat.
Iran mulai memperkaya uranium dengan konsentrasi fisil 20 persen pada 2010 untuk bahan bakar reaktor penelitian medis. Pengayaan uranium tersebut kemudian diperluas dengan meluncurkan sebuah situs pengayaan uranium bawah tanah di Fordow.
Dalam laporannya, IAEA mencatat, Iran telah melakukan pengayaan uranium lebih dari 50 persen di Fordow. Selain itu Iran memiliki mesin-mesin yang digunakan untuk meningkatkan produksi uranium yang diperkaya hingga 20 persen.
Meski telah membuat beberapa kemajuan, ISIS mengatakan Iran tampaknya masih mengalami masalah dalam pengujian produksi skala unit yang lebih besar untuk menggunakan uranium secara lebih cepat.
Aktivitas nuklir Iran diawasi ketat oleh Barat dan Israel. Barat menilai pengayaan uranium yang dilakukan Iran untuk bahan bakar pembangkit listrik, jika disempurnakan ke tingkat yang jauh lebih tinggi, dapat digunakan untuk bahan bom nuklir. Barat mencurigai hal terakhir adalah tujuan akhir Iran meskipun Republik Islam itu menyangkalnya.
Sumber : Republika