Pages

Minggu, Mei 27, 2012

Uranium Iran Cukup untuk Lima Bom Nuklir

WINA-(IDB) : Sebuah Lembaga Kemanan Amerika menyatakan Iran secara signifikan telah meningkatkan produksi uranium yang telah diperkaya. Dalam lima tahun terakhir, produksi total uranium Iran cukup untuk setidaknya lima senjata nuklir.

Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Keamanan Internasional (ISIS), yang menyoroti program nuklir Iran, membuat analisis berdasarkan data dalam laporan triwulan terbaru pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dikeluarkan pada Jumat (25/5) lalu.

Dalam laporan tersebut, Iran telah menghasilkan kurang lebih 6,2 metrik ton (6,83 ton) uranium yang diperkaya 3,5 persen sejak tahun 2007. Beberapa di antaranya telah diproses lebih lanjut menjadi kadar yang lebih tinggi.

"Iran memiliki uranium heksafluorida yang diperkaya 3,5 persen. Jika diperkaya lagi, cukup untuk membuat lebih dari lima buah senjata nuklir," kata ISIS dalam analisisnya seperti yang dikutip Reuters Sabtu (26/5).

ISIS mengatakan terdapat penambahan uranium lebih dari 750 kilogram berdasarkan laporan IAEA yang diterbitkan pada bulan Februari lalu. Beberapa uranium Iran dengan kadar lebih tinggi, lanjut ISIS, telah dikonversi menjadi bahan bakar reaktor meski belum digunakan untuk senjata nuklir dalam waktu dekat.

Iran mulai memperkaya uranium dengan konsentrasi fisil 20 persen pada 2010 untuk bahan bakar reaktor penelitian medis. Pengayaan uranium tersebut kemudian diperluas dengan meluncurkan sebuah situs pengayaan uranium bawah tanah di Fordow.

Dalam laporannya, IAEA mencatat, Iran telah melakukan pengayaan uranium lebih dari 50 persen di Fordow. Selain itu Iran memiliki mesin-mesin yang digunakan untuk meningkatkan produksi uranium yang diperkaya hingga 20 persen.

Meski telah membuat beberapa kemajuan, ISIS mengatakan Iran tampaknya masih mengalami masalah dalam pengujian produksi skala unit yang lebih besar untuk menggunakan uranium secara lebih cepat.

Aktivitas nuklir Iran diawasi ketat oleh Barat dan Israel. Barat menilai pengayaan uranium yang dilakukan Iran untuk bahan bakar pembangkit listrik, jika disempurnakan ke tingkat yang jauh lebih tinggi, dapat digunakan untuk bahan bom nuklir. Barat mencurigai hal terakhir adalah tujuan akhir Iran meskipun Republik Islam itu menyangkalnya.


Sumber : Republika

Dalam Isu Laut China Selatan, Peran ASEAN Makin Strategis

JAKARTA-(IDB) : Seiring dengan meningkatnya permasalahan di kawasan Laut China Selatan maka peran ASEAN dalam pengelolaan isu di kawasan tersebut semakin strategis dan menentukan. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Delegasi RI/SOM Leader ASEAN-Indonesia Duta Besar I Gusti Agung Wesaka Puja dalam pertemuan ASEAN Senior Officials’ Meeting (SOM) di Phnom Penh, Kamboja.

Delegasi Indonesia berpendapat bahwa salah satu poin penting yang terdapat dalam kerangka Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC) adalah penyelesaian pembahasan Regional Code of Conduct di Laut China selatan antara ASEAN dan China.

Selain itu pencapaian penting lainnya juga terdapat dalam poin terlaksananya kegiatan atau proyek kerjasama yang tercantum dalam DOC dan sejalan dengan Guidelines for the Implementation of the DOC yang disepakati oleh ASEAN dan China dalam pertemuan 44th AMM/PMC/18th ARF pada 2011 lalu di Bali, Indonesia. Demikian seperti disampaikan Kementerian Luar Negeri dalam keterangan tertulisnya kepada Okezone Jumat, (25/5/2012).

Kamboja selaku Ketua ASEAN periode 2012-2013 dilaporkan telah memimpin serangkaian pertemuan ASEAN SOM Working Group on Code of Conduct yang bertujuan mengidentifikasi elemen-elemen Regional Code of Conduct in the South China Sea (COC).

Pertemuan ASEAN SOM di Kamboja ini pun telah meraih pencapaian signifikan dalam langkah terakhir penyusunan elemen-elemen dalam COC. Selanjutnya pencapaian ini akan dilaporkan dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting (AMM).

Disamping isu Laut China Selatan, pertemuan ASEAN SOM ini juga membahas penandatanganan Protocol to the South East Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty yang dilakukan oleh negara-negara pemilik senjata nuklir.

Isu Terms of Reference (TOR) ASEAN Institute of Peace and Reconciliation (AIPR) yang nantinya akan berpusat di Indonesia, serta beberapa agenda tindak lanjut dari hasil-hasil KTT ASEAN ke-20 yang lalu juga menjadi pembahasan d`lam pertemuan ASEAN SOM.

Rencana aksesi Uni Eropa, Inggris dan Brasil atas Treaty of Amity and Cooperation in South East Asia (TAC), dan persiapan pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri 45th AMM/PMC/19th ARF serta Pertemuan Menlu East Asia Summit
(EAS) yang akan diselenggarakan pada tanggal 6-13 Juli 2012 di Phnom Penh, Kamboja pun turut dibahas secara intensif pada pertemuan ini.

ASEAN SOM yang dihadiri oleh para pejabat senior dari negara-negara anggota ASEAN ini telah berlangsung sejak 23 Mei dan akan berakhir pada 27 Mei mendatang. Selain ASEAN SOM, dalam kesempatan ini juga diselenggarakan pertemuan ASEAN+3 SOM dan EAS Senior Officials Meeting pada 25 Mei 2012, ASEAN Regional Forum (ARF) SOM pada 26 Mei 2012. Serangkain pertemuan ini akan ditutup 14th ASEAN-India SOM pada 27 Mei mendatang.


Sumber : Okezone

Analisis : Menyambung Konsistensi MEF

ANALISIS-(IDB) : Pembangunan kekuatan TNI dengan modernisasi alutsista segala matra sudah dimulai sejak tahun 2010 beberapa bulan ketika jabatan kedua Presiden SBY dilanjutkan.  Tahun ini sudah memasuki tahun ketiga dari apa yang kita kenal dengan sebutan Minimum Essential Force (MEF) tahap I.  Dan selama waktu itu kita sudah dapat saksikan daftar belanja alutsista yang mampu membanggakan dada dan membungakan wajah.  Belanja alutsista pada MEF tahap I sudah dapat kita ketahui dengan komprehensif.  Termasuk segala dinamika prosesnya yang terkadang harus berselisih paham dengan Komisi I DPR yang punya tupoksi bertugas sebagai pengawas yang mengkritisi.  Setidaknya mulai semester kedua tahun ini panen raya alutsista sudah dimulai.

Kalau boleh jujur kita hendak mengatakan bahwa titik kritis dalam kesinambungan perkuatan alutsista TNI terletak pada pergantian pemerintahan tahun 2014.  Dengan pergantian Presiden termasuk rombongan kabinet koalisinya,  staf khusus dan staf ahli sudah pasti berganti figur. Titik kritis inilah yang perlu kita cermati agar jangan sampai kita meneruskan predikat yang selalu menempel selama ini yaitu ganti pimpinan ganti kebijakan. Termasuk juga yang perlu dicermati secara intelijen adalah kemungkinan adanya intervensi pihak luar lewat figur pimpinan RI mendatang agar MEF TNI hanya sampai tahun 2014.  Cukup satu episode saja.
Jet Tempur TNI AU penjaga kewibawaan udara NKRI
Kita harus menyikapi kondisi dinamis yang terbentang di sekitar halaman rumah kita seperti gesekan militer di Laut Cina Selatan, klaim Ambalat, perkembangan militer Cina dan India yang demikian pesat, peningkatan kekuatan militer AS di Darwin, Singapura dan Kokos.  Oleh sebab itu sudah selayaknya kita tidak bisa lagi bermain-main di wilayah inkonsistensi dalam membangun postur TNI karena kekuatan TNI itu adalah nilai nur kewibawaan dan martabat untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI. Selain pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan, pertumbuhan kekuatan militer sebuah negara haruslah berjalan dengan irama yang setara. 

Pertumbuhan ekonomi kita selama ini berjalan baik, pendapatan per kapita meningkat jelas.  PDB kita yang terbesar di ASEAN, cadangan devisa kita diatas US$ 100 milyar.  RI merupakan kekuatan ekonomi nomor 16 di dunia, itu sebabnya kita masuk kelompok G20.   Nah beberapa indikator ekonomi ini menjadi catatan bahwa pertumbuhan kekuatan militer juga harus digerakkan seirama dengan gerak maju ekonomi kita.  Dunia juga mengakui bahwa ekonomi kita memiliki kekuatan dan daya tahan pada setiap krisis ekonomi dunia.  Hanya saja kita selalu terpengaruh dengan opini-opini yang dilontarkan beberapa pengamat ekonomi lewat media yang “itu-itu” saja, selalu sinis dengan pencapaian yang diperoleh pemerintah.

Figur presiden pasca 2014 boleh berbeda kebijakan untuk sektor-sektor lain.  Namun sangat diharapkan bisa meneruskan kesinambungan perkuatan TNI sampai tahun 2019 dan seterusnya karena MEF I yang akan selesai tahun 2014 sejatinya baru menambal sulam kekuatan alutsista seperti mengganti skuadron yang grounded, kapal perang yang sudah tua, dan meriam renta di batalyon jompo.  MEF I barulah berupa tunas muda dari tumbuhnya kekuatan yang diinginkan. Sangat ironis ketika tunas muda itu tumbuh lalu dibiarkan kering dan merana lagi.
Howitzer Caesar segera mengisi alutsista TNI AD
Mengapa baru disebut tunas muda karena sesungguhnya pada tahun 2014 kekuatan alutsista kita belum mampu berjalan langkah tegap melainkan baru mulai berdiri dan berjalan.  Dibanding dengan Singapura saja kekuatan militer kita belum mampu mengimbangi baik dari sisi kualitas dan kuantitas.  Kita hanya menang jumlah pasukan padahal di masa mendatang keunggulan teknologi alutsista dan integrasinya menjadi penentu kemenangan militer sebuah negara. Contohnya kita masih belum punya pesawat AEW (peringatan dini).  Kemudian performansi kapal perang kita belum bisa dikatakan memuaskan apalagi cum laude baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.  Demikian juga dengan kekuatan skuadron tempur yang baru punya 1 skuadron Sukhoi sebagai barometer kekuatan udara.

Rentang wilayah RI yang harus dijaga bukanlah sebuah rumah kecil melainkan sebuah rumah gadang yang kaya dan bergengsi.  Rumah kita kaya dengan sumber daya alam dan bergengsi karena berada dalam posisi menentukan bagi lalulintas perekonomian Asia Timur, Asia Tenggara, Australia dan Timur Tengah.  Nah wilayah kedaulatan kita ini tentu harus punya satpam yang kuat dan sekaligus disegani.  Banyak orang punya pikiran skeptis dan lalu menyederhanakan masalah misalnya dengan analogi mengatakan tidak perlu kehadiran satpam yang kuat di sebuah kompleks perumahan karena ketika tidak terjadi gangguan keamanan seakan-akan fungsi satpam itu tidak ada.  Padahal justru kehadiran Satpam itu di kesehariannya mampu melumpuhkan dan mementahkan niat orang yang hendak berbuat jahat, apalagi kalau satpamnya banyak dan dilengkapi dengan senjata yang mumpuni.

MEF tahap II periode 2015-2019 merupakan tahapan penting karena didalamnya ada planning pertumbuhan kekuatan yang diniscayakan mampu meninggikan harkat dan kewibawaan kedaulatan NKRI.  Belanja alutsista dengan dukungakn PDB dan Purchase Power (APBN) diyakini akan lebih baik dari anggaran MEF tahap I.  Itulah sebabnya secara finansial mestinya tidak ada bottle neck yang menyumbat.  Kita meyakini dan mewanti-wanti kebijakan pemerintahan yang baru nanti akan menjadi penentu nyaman tidaknya kelanjutan pembangunan postur militer RI.
Super Tucano Agustus 2012 tiba di Lanud Malang
Jauh-jauh hari kita mengumandangkan harapan agar siapa pun yang terpilih sebagai orang nomor 1 di negeri ini tetaplah konsisten melanjutkan serial MEF dengan mata hati yang jernih.  Ini untuk menunjukkan pada nilai konsistensi bahwa membangun kekuatan militer itu tidak bisa dilakukan sepotong-sepotong dan sejenak saja atau berdasarkan selera dan gaya masing-masing.  Kita lihat Cina dan India yang begitu konsisten membangun kekuatan militernya selama 10 tahun terakhir.  Meskipun berganti pemerintahan namun program modernisasi di kedua negara tersebut berjalan terus dan bahkan meningkat dari tahun ke tahun.

Membangun postur kekuatan militer bukanlah untuk berlagak sikap atau menantang perang dengan negara lain.  Postur kekuatan militer sangat diperlukan dalam perjuangan eksistensi bangsa dengan segala harta yang dimiliki.  Harta kebanggaan RI yang bernilai tinggi adalah sumber daya alam yang berlimpah apakah itu sumber daya alam darat atau sumber daya alam laut.  Pengelolaan sumber daya kelautan yang terbarukan saja jika mampu dikelola dengan manajemen usaha dan birokrasi yang baik mampu menghasilkan puluhan trilyun rupiah per tahun.  Belum lagi sumber daya kelautan yang tak terbarukan sebagaimana yang tersimpan di Natuna, Ambalat dan Arafuru.

Militer yang kuat juga akan mampu menjadi kekuatan bargaining dan kewibawaan dalam diplomasi antar negara.  Karena sesungguhnya kekuatan militer adalah payung untuk menjalankan diplomasi atau hubungan antar negara berdasarkan prinsip kesetaraan yang bermartabat.  Lebih dari itu negara yang memiliki militer yang kuat diyakini mampu membawa kebanggaan dalam perjalanan bangsa.  Tetapi ini tentu saja harus setara dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyatnya.  Jangan sampai ada analogi yang menyindir ketika sebuah rumah besar  dan kaya kemalingan.  Selidik punya selidik ternyata jendelanya tidak punya teralis besi. Nah setelah kemalingan barulah si empunya rumah memberi teralis pada jendelanya.  Ini namanya rugi dua kali, rugi karena kemalingan dan rugi karena terlambat memberi teralis pada jendelanya.  Apakah kita mau seperti itu ? 


Sumber : Analisis

Korsel Berencana Membeli 60 Pesawat Tempur Siluman

Sukhoi T-50 PAK FA
SEOUL-(IDB) : Korea Selatan (Korsel) berencana meningkatkan kemampuan militernya secara signifikan dengan membeli 60 pesawat tempur berteknologi siluman atau stealth, 36 helikopter serbu, dan delapan helikopter angkatan laut. Keputusan pesawat buatan mana yang akan dibeli Korsel akan diumumkan Oktober tahun ini.

Demikian diungkapkan juru bicara Badan Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Pemerintah Korsel, Jumat (25/5/2012). "Kami berencana mengumumkan nama-nama pemasok senjata ini pada bulan Oktober," tutur juru bicara tersebut.

F-35 Lightning II
Tender pengadaan 60 unit pesawat siluman senilai 8 triliun won (Rp 62,63 triliun) itu diikuti oleh pesawat F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin dari AS, F-15 SE Silent Eagle buatan Boeing dari AS, dan Sukhoi T-50 PAK FA buatan Sukhoi dari Rusia. 

Pesawat Eurofighter Typhoon juga dikabarkan ikut dalam tender ini, meski pesawat ini bukan pesawat stealth dan beda kelas dengan F-15 maupun Sukhoi T-50.


Selain itu, Korsel juga menganggarkan 1,8 triliun won untuk membeli 36 heli serbu. Tender pengadaan heli perang ini diikuti oleh heli Apache buatan Boeing dari AS, Tiger buatan Eurocopter dari Eropa, dan heli T129 buatan Turki.

Rencana pembelian senjata besar-besaran ini sempat menuai kritik dari pihak oposisi di Korsel. Partai Demokrat Bersatu (DUP) mendesak pemerintah untuk tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.

F-15 SE Silent Eagle
"Diperlukan studi dan peninjauan kembali sebelum pemerintah melanjutkan pembelian berbagai senjata ini. Jika perlu, proyek ini biar diteruskan pemerintah berikutnya," ungkap DUP dalam pernyataan resmi kepada kantor berita AFP.

Korsel telah membeli sedikitnya 60 unit F-15 versi non-stealth sejak 2002 dalam dua tahap program modernisasi senjata. Semua ini dilakukan di tengah peningkatan ketegangan dengan Korea Utara (Korut).

Dua negara bertetangga ini secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 baru diakhiri perjanjian gencatan senjata, bukan traktat perdamaian penuh. 


Sumber : Kompas

Indonesia Turki Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan

ISTAMBUL-(IDB) : Indonesia terus meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Turki. Kerja sama pertahanan kedua negara itu telah dirumuskan dalam memorandum of understanding.

"Waktu Presiden berkunjung ke Turki tahun 2010, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menandatangani MOU dengan Menteri Pertahanan Turki ketika itu Vecdi Gonul," ujar Atase Pertahanan Kedubes RI Kolonel Athan Chandra Sukotjo kepada wartawan senior
Media Indonesia Usman Kansong di Istanbul, Turki, (Jumat 25/5).

Kerja sama tersebut antara meliputi rancang bangun kendaraan tempur beroda rantai, roket multilaras, radio komunikasi. "Dalam kerja sama itu disepakati juga adanya transfer teknologi pertahanan dari Turki kepada Indonesia," ucap Kolonel Chandra.


Menurut Kolonel Chandra, Indonesia harus meniru kemandirian Turki dalam bidang pertahanan. "Ketika Turki diembargo karena menyerang Siprus, Turki secara mandiri mengembangkan teknologi pertahanan mereka. Kemandirian pertahanan itu yang patut kita tiru," katanya.


Sumber : MediaIndoonesia

Tidak Ada Pangkalan Yang Tidak Dapat Terjangkau Rudal Iran

TEHRAN-(IDB) : Wakil Panglima Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran) Brigadir Jenderal Hossein Salami, menekankan kerja keras Syahid Tehrani Moqaddam dan mengatakan, "Sekarang tidak ada pangkalan di kawasan yang tidak dapat dicapai oleh rudal-rudal Iran dan ini semua terilhami dari perspektif syahid Moqaddam."
 
Fars News (26/5) melaporkan, Brigadir Jenderal Hossein Salami, Wakil Panglima Pasdaran dalam acara peringatan syahidnya Tehrani Moqaddam mengatakan, "Ketika syahid Moqaddam menghadapi kegagalan dalam ujicoba rudal, kegagalan tersebut bukan hanya tidak berdampak negatif pada dirinya, melainkan semakin meruncingkan semangat pejuang itu untuk berjuang lebih keras."
 
Menyinggung seluruh upaya yang dilakukan syahhd Moqaddam dalam memproduksi rudal-rudal tipe dari darat ke darat, dari darat ke udara, dan rudal balistik, serta konversi rudal-rudal tersebut menjadi rudal dari darat ke laut, Salami menegaskan, "Sekarang tidak ada pangkalan di kawasan yang tidak dapat dicapai oleh rudal-rudal Iran dan ini semua terilhami dari perspektif syahid Moqaddam." 


Sumber : Irib