Pages

Kamis, Mei 24, 2012

Indonesia Korsel Sepakat Bentuk Komite Kerjasama Industri Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan delegasi "Defense Industry Cooperation Committee" (DICC) Kementerian Pertahanan Korea melakukan pertemuan dalam rangka untuk meningkatkan kerja sama industri pertahanan.

Kunjungan delegasi DICC Korea yang dipimpin oleh Mr Noh Dae-Lae itu diterima langsung oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto dan Dirjen Potensi Pertahanan Pos M Hutabarat di Kantor Kemhan, Jakarta, Kamis.

Kunjungannya dalam menemui Menhan itu merupakan kegiatan penutupan dalam rangkaian pertemuan DICC Ke-1 setelah sebelumnya mengunjungi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Strategis di Bandung pada Kamis pagi dan pertemuan dengan industri pertahanan, Kemhan dan instansi pemerintah terkait yang telah diadakan pada 21 Mei hingga 22 Mei 2012.

Pertemuan DICC yang berlangsung selama dua hari dan dilanjutkan kunjungan ke beberapa industri pertahanan itu sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kerja sama MoU mengenai DICC antara Kemhan RI dan Kemhan Korea pada 9 September 2011 lalu untuk meningkatkan kerja sama bilateral pertahanan kedua negara.

"Dari MoU itu telah disepakati diadakannya pertemuan secara bergantian di Indonesia dan Korea untuk mengkaji ulang dan memfasilitasi pelaksanaan MoU ini. Pertemuan secara bergantian juga untuk menyamakan pembinaan dan Transfer of Technology (ToT) ke depan," kata Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.

Kerja sama industri pertahanan antara Kemhan dan Kemhan Korea, kata dia, dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan peluang terlibat secara aktif dalam kerjasama produksi dan alih teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) guna mendukung pertahanan negara.

"Kerja sama industri pertahanan juga diharapkan dapat meningkatkan teknologi industri pertahanan dibarengi dengan nilai ekonominya," kata Eris.

Kegiatan kerja sama industri pertahanan itu, antara lain, pengembangan dan produksi serta proyek bersama pada peralatan pertahanan dan suku cadang, pertukaran dan peralihan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan nasional serta pemasaran produk pertahanan sebagai barang dagangan internasional.

Dalam pertemuan DICC pertama itu juga dibahas mengenai "review" MoU DICC dan kebijakan Indonesia dalam melokalisasi industri pertahanan, finalisasi kerja sama pesawat latih T-50 dan Kapal Selam 209 class.

Tak hanya itu, juga dibahas mengenai "joint development medium tank", "radio set cooperation project", "helicopter joint production project", "cooperation armor vehicle and propellant project" serta "marine patrol ship project".


Sumber : Antara

Indonesia Korea Selatan Bahas Kerjasama ToT Industri Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA) telah mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya guna membahas kerjasama Transfer of Technology ( ToT)  di bidang industri pertahanan.  Kerjasama ToT tersebut dibahas dalam pertemuan Defense Industry Cooperation Committee (DICC) Ke-1 yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 21 hingga 22 Mei 2012. 

“Maksud dan tujuan pertemuan DICC adalah membicarakan mengenai masalah- masalah industri pertahanan yang sedang dilakukan saat ini. Dengan pertemuan seperti ini kita menyamakan bagaimana pelaksanaan ToT kedepan”, jelas Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, M.A., usai mendampingi Menhan Purnomo Yusgiantoro menerima Commissioner of  DAPA Noh Dae-lae selaku Ketua Delegasi DICC Korea Selatan, Kamis Sore (24/5) di kantor Kemhan, Jakarta.

Lebih lanjut Sekjen menjelaskan bahwa Indonesia dan Korea Selatan mempunyai sistem yang berbeda, contohnya bahwa industri pertahanan di Korea Selatan adalah murni swasta, sedangkan di Indonesia adalah BUMN. Sehingga, dalam kerjasama ini, dengan status dan karakter yang berbeda maka dalam kerjasama ada hal - hal yang perlu didiskusikan.
Kedua negara sepakat bahwa kerjasama ToT bukan berfokus pada hasil, tetapi berdasarkan proses.  Menurut Sekjen Kemhan proses ini penting supaya Indonesia dapat mendapatkan teknologi  dan berinovaasi terhadap teknologi.
Selama ini banyak kegiatan kerjasama pertahanan antara kedua negara khususnya industri pertahanan yang memuat kerjasama ToT antara lain kerjasama pesawat tempur KFX / IFX, pembuatan kapal LPD, dan dalam waktu kedepan ada kerjasama kapal selam. Ada juga kerjasama kendaraan tempur Tarantula yang sudah mulai dikerjakan bersama dan beberapa peralatan - peralatan lainnya seperti komunikasi.
Terkait  dengan kerjasama pesawat tempur KFX / IFX, Sekjen Kemhan mengatakan saat ini sudah pada phase Technical Development (TD) dan ini akan berakhir pada akhir tahun 2012. Tahun 2013 kerjasama akan masuk pada phase Enginering Mannufacturing Development (EMD). Pada phase EMD, kedua negara akan membuat prototype pesawat yang direncanakan akan dibuat 6 buah.
Untuk phase TD saat ini sudah berjalan sesuai dengan rencana. Pada awalnya  teknisi - teknisi dari Indonesia memang belum seimbang dengan teknisi dari Korea Selatan, namun dengan berjalannya phase TD ini sudah mengurangi gap kemampuan dari teknisi Indonesia dengan teknisi dari Korea Selatan.
Sekjen Kemhan lebih lanjut mengatakan, dalam kerjasama ToT dengan Korea Selatan ini,  ada yang harus dipersiapkan oleh Indonesia  antara lain  sarana prasarana, SDM dan Manajemen.   Indonesia tentunya akan berupaya untuk melengkapinya kshususnya di bidang sarana dan prasana agar alih tekonologi ini dapat berjalan baik.
“Tentunya ini tanggung jawab pemerintah dan industri untuk bisa menyiapkan sarana dan prasarana, sedangkan SDM kita mencari yang sudah ada saat untuk kita tingkatkan kemampuannya”, tambah Sekjen Kemhan.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Commissioner of  DAPA Noh Dae-lae mengatakan pada pertemuan DICC Ke- 1 ini telah dibahas lebih detail mengenai ToT atau pelaksanaan local production secara lebih dalam.
Menurutnya,  kerjasama kedua negara sudah berjalan cukup baik hingga sekarang dan pihaknya  yakin kedepannya akan mampu berjalan lebih baik lagi. Hal ini diyakininya karena kebijakan revitalisasi industri pertahanan yang di bawah Presiden SBY memiliki arah yang sama dengan kebijakan yang dipegang teguh oleh pemerintah Korea. “Oleh karena itu kedepannya Korea Selatan berharap hubungan kerjasama antara kedua negara dapat maju dengan cepat, ”tambahnya. 


Sumber : DMC

Menhan Terima Commissioner of DAPA Korea Selatan

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro, Kamis (24/5), menerima kunjungan Commissioner of the Defense Acquisition Program Administration (DAPA) dari Korea Selatan oleh Mr Noh Dae-Lae bersama dengan Delegasi Defense Industry Cooperation Committee (DICC) Korea di Kantor Kemhan, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto.
 
Kunjungannya menemui Menhan ini merupakan kegiatan penutup dalam rangkaian pertemuan DICC Ke-1 usai mengunjungi BUMN Industri Strategis di Bandung pada pagi hari ini dan pertemuan dengan Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan, dan Instansi pemerintah terkait yang diadakan dari tanggal 21 dan 22 Mei 2012 lalu.

Pertemuan DICC yang berlangsung selama dua hari dan dilanjutkan kunjungan ke beberapa industri pertahanan ini sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama MoU mengenai DICC antara Kementerian Pertahanan RI dan Kementerian Pertahanan Republik Korea pada tanggal 9 September 2011 lalu yang dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama bilateral pertahanan kedua negara. Dari MoU tersebut disepakati diadakannya pertemuan secara bergantian di Indonesia dan Korea untuk mengkaji ulang dan memfasilitasi pelaksanaan MoU ini.

Kerjasama industri pertahanan antara Kemhan RI dan Kemhan Korea ini dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan peluang terlibat secara aktif dalam kerjasama produksi dan alih teknologi Alutsista untuk mendukung pertahanan negara. Kerjasama industri pertahanan ini juga diharapkan dapat meningkatkan teknologi industri pertahanan dibarengi dengan nilai ekonominya.

Kegiatan kerjasama industri pertahanan tersebut antara lain: pengembangan dan produksi bersama serta proyek bersama pada peralatan pertahanan dan suku cadang, pertukaran dan peralihan informasi dan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan nasional, dan pemasaran bersama produk pertahanan sebagai barang dagangan internasional. Di MoU juga menyebutkan mengenai kemungkinan diadakannya penelitian dan pengembangan serta identifikasi peluang kerjasama lain di bidang industri pertahanan.

Dalam pertemuan DICC pertama ini dibahas mengenai review MoU DICC dan kebijakan Indonesia dalam melokalisasi industri pertahanan, finalisasi kerjasama pesawat latih T-50 dan Kapal Selam 209 class. Dibahas pula mengenai joint development medium tank dan radio set cooperation project serta hellicopter joint production project. Selain itu, turut dibahas cooperation armor vehicle and propellant project serta Marine Patrol Ship project.


Sumber : DMC

Latma Cassowary Exercise 2012 Berakhir

DARWIN-(IDB) : Latihan Bersama (Latma) Cassowary Exercise (Cassoex) tahun 2012 berakhir, ditandai dengan sebuah acara penutupan di Arrow Bar sebuah tempat di markas AL Australia HMAS Coonawarra, Darwin Naval Base, belum lama ini, Rabu (16/05). 

Hadir dalam acara penutupan itu Commander Training Royal Australian Navy (RAN) Commodore Daryl Bates, Atase Laut Indonesia untuk Australia Kolonel Laut (P) Bambang Pramushinto serta Komandan KRI Frans Kaisiepo-364 Letkol Laut (P) Yayan Sofyan.

Acara penutupan Latma Cassoex 12 itu juga dihadiri pejabat latihan dari AL kedua negara yaitu Komandan HMAS Coonawarra Captain Robertson, Commander Alex Hawes (Commander Sea Training Group, Minor War Vessels), Komandan KRI Kakap-811 Mayor Laut (P) Himawan, Komandan KRI Tongkol-813 Mayor Laut (P) Bimo Aji, Komandan HMAS Ararat-P89 Lieutenant Commander  Cucchi serta Perwira, Bintara dan Tamtama dari kapal perang kedua negara.

Dalam sambutannya Commander Task Group (CTG) atau Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Cassoex 12 Commader Alex Hawes yang diterjemahkan oleh Wakil Komandan Satgas Mayor Laut (P) Himawan mengatakan beberapa hal diantaranya, bahwa Latma Cassoex 12 secara umum berjalan dengan baik dengan tidak terjadinya kerugian personel dan materiil (Zero Accident) pada saat latihan berlangsung. Hasil yang dicapai pada Latma Cassoex pada tahun 2012 ini melampaui target yang diharapkan.

Menurut CTG, selama menjabat sebagai Commander Sea Training Group, Minor War Vessels belum pernah melaksanakan latihan dengan beberapa kapal perang negara lain dengan jarak yang sangat dekat kurang lebih 250 yards dan kecepatan tinggi seperti manuver yang dilakukan oleh KRI Kakap dan KRI Tongkol pada hari pertama latihan.

Hal tersebut dapat dilaksanakan karena mereka sangat yakin akan kemampuan serta profesionalitas dari prajurit TNI AL yang sebelumnya sudah ditunjukkan pada saat pelaksanaan Patkor Ausindo 2012. Hasil pelaksanaan Latma Cassoex pertama pada tahun 2006 sampai tahun 2012 terjadi peningkatan yang signifikan, bahkan latihan pada tahun ini merupakan latihan dengan hasil terbaik, menurut Commander Alex Hawes.

Commander Task Group juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta latihan yang telah melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan latihan selama 6 hari dengan penuh semangat tanpa ada kesulitan yang berarti. Diharapkan latihan ini akan terus berlanjut dimasa-masa yang akan datang, guna meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dalam menangani masalah-masalah pelanggaran di wilayah laut negara masing-masing. Rencananya pada tahun 2014, Indonesia dalam hal ini TNI AL akan menjadi tuan rumah Latma Cassoex berikutnya.


Sumber : Koarmatim

Perwira Tinggi AL Australia Kunjungi KRI Kakap

DARWIN-(IDB) : Perwira Tinggi (Pati) Angkatan Laut (AL) Australia Royal Australian Navy (RAN) Commodore Daryl Bates mengunjungi KRI Kakap-811, yang sedang melaksanakan Latihan Bersama (Latma) Cassowary Exercise (Cassoex) tahun 2012 di perairan North Australia Exercise Area (NAXA) Darwin, belum lama ini, Senin (14/05). Kunjungan Commodore Daryl Bates yang menjabat sebagai Commander Training (Comtrain) RAN disambut oleh Komandan KRI Kakap Mayor Laut (P) Himawan.

KRI Kakap bersama KRI Tongkol sedang melaksanakan manuvra di laut (Sea Phase) dalam rangka Latma Cassoex tahun 2012. Pada tahap Sea Phase tersebut kedua KRI di jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim itu bersama dua kapal perang Australia yaitu HMAS Larrakia-P84 dan HMAS Ararat-P89. Kegiatan latihan di laut dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 14 sampai dengan 16 Mei 2012.

Pada tahap Sea Phase, kapal-kapal tersebut melaksanakan beberapa serial latihan diantaranya latihan manuver  taktis/ Tactical Manoeuvre (TACMAN), formasi kapal-kapal tabir pada Night Steaming In Company (NSIC), Gunnery Exercise (GUNEX) penembakan senjata artileri meriam Kaliber 40mm, 25mm, 20mm,12,7mm, penembakan Senjata Ringan (Senri), pemeriksaan kapal Boarding Exercise (BOARDEX), pembekalan di laut / Replenishment At Sea Approach (RASAP) serta latihan penyelamatan kapal dengan aksi penanggulangan kebakaran dan kebocoran /  Damage Control Exercise (DCEX) dan penyelamatan korban di laut secara massal Mass Safety of Life At Sea (Mass Solas).

Melalui Anjungan KRI Kakap Commander Training didampingi Komandan KRI, menyaksikan aksi prajurit TNI AL dan RAN dalam melaksanakan pemeriksaan kapal, penanggulangan kapal dari bahaya kebakaran dan kebocoran serta penyelamatan massal yang terjadi di MV. Jenny Wright-K. Pejabat tinggi AL Australia tersebut menyampaikan apresiasi dan pujian terhadap prajurit TNI AL yang melaksanaan latihan dengan profesional dan hasil yang sangat memuaskan. Sebelum kembali ke markas HMAS Coonawarra, Commodore Bates menerima cindera mata yang di berikan oleh Komandan KRI Kakap Mayor Laut (P) Himawan.


Sumber : Koarmatim

System Radar Indonesia Gado-Gado

JAKARTA-(IDB) : Perbedaan tipe radar yang ada di Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) akan berdampak pada perbedaan keluaran sistem data. Hal ini akan mengakibatkan pengoperasian komunikasi data radar tidak optimal.

Pangkohanudnas Marsekal Muda TNI JFP Sitompul, melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis (24/5), mengungkapkan soal ini. Dikatakannya, sistem yang diterapkan pada pertahanan udara nasional saat ini mengintegrasikan radar-radar yang terhubung dengan Sektor Operation Center (SOC) yang berada di Kosekhanudnas.

"SOC yang ada di Kosekhanudnas tersebut terintegrasi dengan beberapa tipe radar yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan output data. Dengan adanya perbedaan output data maka komunikasi data tidak optimal," katanya.

Adanya suatu penelitian dan pembuatan Protokol Komunikasi Data Radar yang dilaksanakan oleh Dislitbangau, maka Kohanudnas menyambut optimistis karena hingga kini, jajaran Kohanudnas belum memiliki standarisasi Protokol Komunikasi Data Radar. Padahal, Protokol Komunikasi Data Radar itu bisa menjadi solusi atas persoalan ini.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung langkah Dislitbangau agar dikembangkan protokol ini guna lebih mendukung tugas-tugas Kohanudnas di masa mendatang, kata Pangkohanudnas. Kohanudnas sendiri telah berupaya untuk mencari solusi terkait masalah tersebut, salah satunya dengan dengan menggelar diskusi di Makohanudnas pada Rabu (23/5).

Upaya itu dilakukan bersama Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara (Dislitbangau), Dinas Komonikasi dan Elektronika TNI Angkatan Udara (Diskomlekau), Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, dan BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material.

Kapen Kohanudnas Letkol Sus Maylina Saragih, mengatakan, diskusi itu untuk mencari dan menentukan Protokol Komunikasi Data Radar yang terbaik bagi seluruh alutsista yang ada di jajaran Kohanudnas, sehingga proses komunikasi data dapat terlaksana dengan baik dan optimal dalam mendukung tugas-tugas Kohanudnas.

Sumber : Republika

DPR Belum Tahu Rencana TNI Terima Hibah LVT Korsel

JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR RI hingga kini belum mengetahui dan belum menerima pengajuan secara resmi dari Kementerian Pertahanan (Kemhan) soal rencana hibah 25 unit tank amfibi jenis Landing Vehicle Track (LVT) milik Korea Selatan (Korsel).

"Kami belum tahu soal rencana Kemhan dan TNI menerima hibah 25 unit tank amfibi jenis LVT dari Korsel. Bahkan informasi resminya saja belum kami dapatkan," ujar Wakil Ketua Komisi I Agus Gumiwang Kartasasmita di Gedung DPR, Kamis (24/5).

Agus berharap pihak pemerintah dalam hal ini Kemhan, Mabes TNI atau Panglima TNI sendiri, dapat menginformasikan secara resmi ke Komisi I DPR terkait pengadaan alutsista, baik pembelian baru maupun hibah. "
“Tidaklah elok jika Komisi I selalu mendapatkan informasinya dari masyarakat atau media massa. ”
Tidaklah elok jika Komisi I selalu mendapatkan informasinya dari masyarakat atau media massa. Sementara pihak Kemhan atau Mabes TNI telah menyampaikan ke media massa," ujar politisi Golkar ini.

Menurut Agus, selama ini sudah sering pihak pemerintah dalam hal ini Kemhan banyak bicara ke publik terkait rencana pembelian alutsista tertentu untuk TNI yang belum disampaikan ke Komisi I. Hal tersebut semakin memunculkan kesan di masyarakat bahwa pengadaan alutisista tidak dilandasi perencanaan yang matang dan kajian yang mendalam. Selain itu, tingkat kebutuhan alutsista yang dibeli itu juga sering dipertanyakan.

"Sebab, begitu ada negara tetangga menawarkan alutsista bekas (hibah), terkesan menjadi agresif untuk menerima hibah itu. Meski alutsista bekas dalam bentuk hibah itu tetap saja Negara mesti mengeluarkan biaya mahal untuk retrofit atau upgrade-nya," ujarnya.

Agus mengatakan, Komisi I DPR tidak alergi dengan pembelian alutsista bekas untuk TNI. Tetapi hal itu harus dilihat dan dipelajari dulu, serta dibahas di Komisi I DPR. "Kalau kondisinya sudah tidak layak atau sudah rongsokan, jelas kita akan menolaknya," tegasnya.

Sebelumnya, seusai menghadiri Sidang KKIP Ke VI di PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5), Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, TNI tengah mengincar 25 unit tank amfibi jenis LVT milik Korsel agar dihibahkan ke Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah mendapatkan hibah 10 unit LVT ini dari Korsel yang digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Namun, Panglima TNI menjelaskan hibah ini tak bisa serta merta dilakukan tanpa persetujuan pemerintah Amerika Serikat, mengingat LVT tersebut merupakan produk Amerika. Negeri Paman Sam itu mengeluarkan kebijakan alutsista hasil produksi negara tersebut harus mendapat persetujuan jika akan dijual lagi pada pihak ketiga

Sumber : Jurnamen

Kapal Selam Bertenaga Nuklir AS Terbakar

BOSTON-(IDB) : Api berkobar di sebuah kapal selam bertenaga nuklir milik Angkatan Laut AS yang sedang melego jangkar di Galangan AL Portsmouth di Maine, Rabu (23/5/2012) waktu setempat. Peristiwa itu melukai empat petugas pemadam, kata sejumlah pejabat.

Penyebab kebakaran belum diketahui. Namun reaktor nuklir kapal itu tak terkena kobaran api. Tak ada senjata di kapal berada di galangan untuk pemeliharaan serta peningkatan sistemnya.

Kebakaran itu bermula di "kompartemen bagian depan" USS Miami, kapal selam serang yang merapat di galangan Kittery Maine, menjelang pukul 18.00 waktu setempat.

Petugas pemadam masih berjuang memadamkan si jago merah setelah pukul 22.00 waktu setempat (09.00 WIB). Mereka mengerahkan peralatan dari Bandar Udara Internasional Logan di Boston, yang berjarak sekitar 60 mil.

"Reaktor kapal tersebut tak beroperasi saat itu dan tak terpengaruh," kata perempuan jurubicara galangan itu, Tami Remick, melalui telepon dari Kittery.

Semua personel tak penting di kapal selam itu diperintahkan mengungsi ketika kebakaran dilaporkan.

Media lokal menyatakan, asap hitam terlihat di Postsmouth, New Hampshire. Galangan Angkatan Laut AS itu berada di Seavey Island, tepat di perbatasan New Hampshire - Maine. Kapal selam tersebut, yang pangkalannya berada di Groton, Connecticut, tiba di galangan itu pada Maret. USS Miami biasanya membawa awak yang terdiri atas 13 perwira dan 120 personel yang bertugas. 

Sumber : Kompas

Roadmap Kapal Perang Disiapkan

KCR 60 PAL
SURABAYA-(IDB) : Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menyiapkan rancangan (roadmap) pembangunan kapal perang.

Ini dilakukan guna mendorong industri pertahanan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri. Kapal perang yang hendak dibangun mulai dari Kapal Cepat Rudal (KCR) ukuran 40 meter, KCR- 60 meter hingga Kapal Perusak Kawat Rudal (PKR) - 105.

Kemarin, Menteri Pertahanan yang juga Ketua KKIP Purnomo Yusgiantoro usai mengikuti sidang pleno KKIP di PT PAL Indonesia di Surabaya. Usai sidang pleno, dia mengatakan, dalam rapat KKIP kali ini,ada dua isu utama. Pertama, membahas soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Industri Pertahanan. Kedua, menyiapkan aturanaturan turunan sebagai implementasi dari RUU tersebut. ”Saat ini, kami fokus pada pembangunan alutsista. Termasuk menyusun roadmap pembangunan kapal. Pembangunan kapal ini dilakukan secara bertahap,”ujarnya. 

PKR 105 PAL
RUU Industri ini direncanakan disahkan pada Agustus 2012 mendatang. Diketahui, untuk menunjang pengamanan perairan Indonesia,Kementerian Pertahanan (Kemhan) menargetkan pembangunan 14 KCR mulai dari ukuran 40 meter hingga 60 meter di berbagai daerah hingga 2014. 

Dalam rencana strategis ini,Kemhan juga menargetkan jumlah KCR hingga 2024 mencapai 44 unit. Per unit KCR menelan anggaran sekitar Rp74 miliar. Dana tersebut sudah termasuk kelengkapan alutsista berteknologi tinggi di dalam kapal. Dalam rapat KKIP ke-VI ini juga ditekankan pada penyelesaian cetak biru (blue print) Program Nasional Riset Pertahanan dan Keamanan.

Blue print ini akan diajukan kepada Presiden pada 10 Agustus 2012 mendatang, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17 di Bandung. Nantinya, juga akan diadakan riset yang dilakukan Dewan Riset Nasional (DRN) untuk mendukung industri pertahanan. ”Keberadaan KKIP ini ingin mendorong kemandirian industri pertahanan dalam negeri,” tandasYusgiantoro. Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta dalam kesempatan ini menambahkan, pihaknya akan mengoptimalkan riset guna menunjang pengembangkan teknologi, khususnya dalam hal alutsista.
KCR 40 Palindo
Riset ini penting untuk menciptakan produk-produk alutsista yang canggih. Sedapat mungkin, mayoritas komponen untuk memroduksi alutsista ini harus berasal dari dalam negeri. ”Kemudian alih teknologi sebisa mungkin akan kami percepat,”imbuhnya. Rapat KKIP yang digelar di perusahaan galangan kapal pelat merah ini juga dihadiri Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo,Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono,Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, Wamenhan Syafrie Syamsudin selaku Sekretaris KKIP.

Komite ini dibentuk untuk mendorong peningkatan produksi industri pertahanan dalam negeri melalui kebijakan makro. Komite ini diketuai Menteri Pertahanan dan dibantu sejumlah menteri teknis lainnya. KKIP dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 42 Tahun 2010 dan bertugas membangun industri pertahanan dengan mengutamakan produksi dalam negeri.

Sumber : Sindo

Kopassus Beraksi di Langit Sukoharjo

SOLO-(IDB) : Suara pesawat C-130 Hercules milik TNI Angkatan Udara (AU) semakin jelas terdengar. Tepat di atas area persawahan Desa Parangjoro, Grogol Sukoharjo, Rabu (23/5/2012), satu per satu anggota Grup 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kandang Menjangan, Kartasura keluar dari pesawat bernomor A 1323 itu. Di atas ketinggian 1.000 kaki, mereka turun perlahan dengan kecepatan 120 knot. Mereka dilengkapi dengan payung udara masing-masing berjenis MC-1-1C. 

Anggota Baret Merah yang melakukan penerjunan sejak sekitar pukul 06.30 WIB terus berupaya melawan arus angin agar tetap aman. Di salah satu sudut area persawahan terdapat dua windsock oranye untuk acuan para penerjun agar tak salah saat mendarat. Saat personel Kopassus mulai terjun dengan parasutnya masing-masing, terdengar suara-suara komando yang ditujukan kepada mereka. “Ayo arahkan ke sumber suara. Arahkan ke sumber suara. Jangan merapat, jangan merapat. Ya, mantap, pertahankan posisi,” suara komando terdengar begitu lantang. 

Tak semua peserta terjun payung yang jumlahnya sekitar 300 itu mendarat sempurna. Mereka yang didrop per delapan orang dengan empat gelombang penerjunan ini ada yang mendarat di tengah atau pun pematang sawah. Bahkan, berdasarkan pantauan Solopos.com ada salah satu personel yang parasutnya mengenai bibit tanaman petani. “Rasanya memang takut pas di atas, bingung bagaimana cara mengatakan. Tapi rasanya senang bisa latihan terjun lagi,” ungkap salah satu anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Lettu Inf Surya Fachrol Rozi saat ditemui Solopos.com di pematang sawah. 

Sesampainya di daratan, dengan cekatan para penerjun melepaskan parasut dan sejumlah perlengkapan lainnya. Mereka yang mengenakan seragam lengkap ini penuh semangat melipat parasut lalu berjalan menuju tepi jalan raya. 

Sementara, di pinggiran jalan Desa Parangjoro, puluhan warga sekitar menggerombol hingga memakan badan jalan untuk menyaksikan aksi itu. Bahkan, sejumlah petani yang berada di sekitar area sawah menghentikan sejenak aktivitas mereka. Beberapa warga mengaku sengaja meluangkan waktu untuk melihat aksi terjun payung itu. “Kami sengaja datang ke sini. Tadi taunya lihat dari rumah, terus buru-buru ke sini untuk lihat lebih jelas,” ungkap Warga Serenan, Hari Dwi Purwati, yang datang bersama keluarganya. 

Sekitar tiga jam para warga disuguhkan dengan penerjunan yang juga akan dilanjutkan pada malam hari itu. Penerjunan ditutup dengan aksi pesawat Hercules yang terbang rendah di sekitar area persawahan Parangjoro. “Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiagaan Grup 2 Kopassus,” ungkap Komandan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Sukoharjo, Letkol (Inf) Suhardi.

Sumber : Solopos

Bulgaria To Transfer Fuse Bomb Technology To Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Indonesia will soon be ready to produce live bombs for fighter aircraft, particularly the Sukhoi 27 SK and 30 MK, as weapons manufacturer PT Sari Bahari Malang will receive technology from Bulgarian fuse-bomb producer Armaco.

Indonesia has only been able to produce casing, warheads and ammunition powder, while importing fuse bombs.

“This is a major step forward for Indonesia. From now on we will no longer depend on other countries because we are able to fulfill the Indonesian Military [TNI] needs of bombs,” company director Ricky Hendrik Egam told The Jakarta Post on Wednesday in Surabaya, East Java.

Ricky, however, refused to reveal the financial value of the cooperation between his company and Armaco.

He said that with the cooperation, Indonesia could also have the chance to provide fuse bombs for Asian countries that use Russian-made Sukhoi fighter jets.

The company has previously faced difficulties in finding countries producing fuse bombs that were willing to transfer the technology. China has rejected the company’s request for cooperation.

PT Sari Bahari has produced bombs for Sukhoi fighter jets, both smoke and live versions, with weights ranging from 100 kilograms to 250 kilograms. The company has also exported 70 millimeter smoke warhead rockets to the Chilean Air Force.

Source : JakartaPost

The Dragons Terbang Malam Di ruang Udara Iswahyudi

MADIUN-(IDB) : The Dragons --kode panggilan pilot F-16 Skuadron Udara 3 TNI-AU-- terbang malam di ruang udara Pangkalan Udara Utama TNI-AU Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, Rabu malam (23/5). 

Bukan sekedar terbang malam mengandalkan instrumen pesawat tempur namun juga bermanuver tempur.

Bagi The Dragons, terbang malam dengan misi tempur merupakan agenda wajib yang harus dikuasai karena gangguan terhadap kepentingan nasional dari udara bisa terjadi sewaktu-waktu. Tidak peduli langit sedang cerah atau hujan lebat disertai petir; pokoknya harus siap!

Sebenarnya mereka, The Dragons, itu sudah cukup sering terbang malam namun kemahiran dan kefasihan melaksanakan misi harus terus diasah. Salah satu tantangan dalam misi tempur terbang malam adalah visibilitas yang rendah sehingga penguasaan instrumen harus bukan menjadi masalah lagi.

Dengan segenap arsenal menempel di tubuh F-16 Fighting Falcon dari Skuadron Udara 3 itu, The Dragons melaju pelan-pelan dari apron menuju taxi way, beralih ke landas pacu pangkalan udara yang paling banyak memiliki skuadron tempur TNI-AU itu. 

Mesin General Electric F110-GE-100 menyemburkan daya maksimal dengan rem mencengkeram kuat.

Setelah dinilai daya mesin sempurna, rem dilepas dan elang besi itu melaju kencang ke ruang udara Iswahyudi. Misi tempur terbang malam dimulai di tengah gelap langit Jawa Timur. 
 
Sumber : Antara

Perkuat Alutsita, Kemhan Percepat Pembahasan RUU Industri Pertahanan

SS-4 Sniper
JAKARTA-(IDB) : Pemerintah terus membahas RUU Industri Pertahanan yang diharapkan menjadi produk legislasi terhadap program penguatan alutsista dalam negeri. Program tersebut diharapkan terus berjalan meskipun pemerintahan telah berganti.

Karenanya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemhan), terus menggodoknya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan mulai dari Pemerintah, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Industri Pertahanan, pengguna yaitu TNI-Polri, serta stakeholder lainnya.

"RUU ini nantinya diharapkan bisa jadi landasan dalam pembuatan aturan turunan, seperti Kepres, PP, bahkan Kep KKIP, yang bisa dijadikan naungan bagi pembangunan Industri Pertahanan ke depan,"kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro usai menghadiri Sidang KKIP Ke VI di PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5).

Dia menargetkan, bertepatan dengan Hari Teknologi Nasional yang jatuh pada 10 Agustus mendatang, blue print industri pertahanan, penelitian pengembangan dan penerapan teknologi industri pertahanan, dokumentasi, roadmap-nya serta legislasinya dapat segera selesai. "Sehingga kalau ganti kabinet program kami bisa tetap berjalan,"ujar Menhan yang juga ketua KKIP ini.

Dia menjelaskan, RUU ini akan membahas mengenai Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Industri Pertahanan dalam negeri, keterkaitan pemerintah dengan industri dan pengguna, serta penelitian dan percepatan pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista).

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang merupakan Sekretaris KKIP mengharapkan RUU Industri Pertahanan ini bisa segera diselesaikan. Meskipun inisiatif DPR, pemerintahlah yang membuat membuat Daftar Inventaris Masalah (DIM)-nya. "Saya harap bisa diratifikasi agustus 2012, karena dari prosesnya sangat lancar,"jelasnya.


Sumber : Jurnas

Indonesia Berharap Program Hibah Lanjutan LVT Korsel Berlanjut

SURABAYA-(IDB) : Indonesia tengah mengincar 25 unit tank amfibi jenis Landing Vehicle Track (LVT) milik Korea Selatan agar dihibahkan ke Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah mendapatkan hibah 10 unit LVT ini dari Korsel yang digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

“Saat ini sedang diproses untuk mohon dihibahkan pada Indonesia. Sebelumnya telah dihibahkan 10, tapi masih ada 25 lagi yang layak untuk dihibahkan,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai menghadiri Sidang KKIP Ke VI di PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5).

Namun begitu, Panglima menjelaskan, hibah ini tak bisa serta merta dilakukan tanpa persetujuan pemerintah Amerika Serikat, mengingat LVT tersebut merupakan produk Amerika. Amerika mengeluarkan kebijakan, untuk alutsista hasil produksi negara tersebut harus mendapat persetujuan jika akan dijual lagi pada pihak ketiga.

“Kami masih menunggu keputusan dari Kemenhan Korea dan Amerika Serikat apakah menyetujui untuk dihibahkan ke Indonesia atau tidak,"kata Panglima.

Mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri, Panglima TNI selaku anggota KKIP, mengatakan, PT PAL sebagai "Lead Integrator" sangat penting untuk diberikan dukungan dalam mewujudkan pembangunan kapal, baik Kapal Cepat Rudal (KCR), Perusak Kapal Rudal (PKR) maupun kapal angkut.

"KCR 40M sudah selesai dibangun dan ada beberapa unit. PT PAL juga akan membangun 6 unit KCR-60M dan kapal 105 M, yakni PKR," katanya.

Hibah 25 Tank LVT Korsel Tunggu Izin AS

Kembali Indonesia akan menerima hibah 25 tank amphibi Landing Vehicle Tracked (LVT) dari Korea Selatan untuk digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Namun, prosesnya masih menunggu izin dari Amerika Serikat, pembuat tank tersebut.

"Hibah 25 unit alat tempur LVT itu harus mendapatkan izin dari Amerika Serikat, karena LVT itu merupakan buatan Amerika," jelas Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai mengikuti sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5). 

Menurut Panglima TNI, Indonesia sebelumnya juga telah mendapatkan 10 unit LVT dari Korea Selatan, namun di Korsel masih ada 25 unit lagi yang masih layak digunakan dan dihibahkan. "Saat ini sedang diproses untuk mohon dihibahkan pada Indonesia tapi pelaksanaan hibah ini pun harus seizin Amerika. 

Kita masih menunggu keputusan dari Kemhan Korea dan Amerika Serikat apakah menyetujui untuk dihibahkan ke Indonesia atau tidak," kata Panglima. Mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri, Panglima TNI selaku anggota KKIP, mengatakan, PT PAL sebagai "Lead Integrator" sangat penting untuk diberikan dukungan dalam mewujudkan pembangunan kapal, baik Kapal Cepat Rudal (KCR), Perusak Kapal Rudal (PKR) maupun kapal angkut. "KCR 40M sudah selesai dibangun dan ada beberapa unit. PT PAL juga akan membangun 6 unit KCR-60M dan kapal 105 M, yakni PKR," katanya. 

Terkait pembelian Tiga Kapal Selam Korea, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, tiga unit kapal masih dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh Korsel dan PT PAL. "Kapal selam pertama akan dilakukan oleh Korsel. Yang kedua separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL dan ketiga dibangun di PT PAL. Ini harus dibahas kembali karena harus dilihat kesiapan PT PAL sendiri," katanya. 

Pasalnya, kata Menhan yang juga selaku Ketua KKIP, peralatan untuk pembangunan kapal selam itu tidak mudah, sehingga harus terus dibicarakan, sementara proses dari pembuatan ini tetap berjalan. Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyebutkan proyek kapal selam ini ada dua macam, yakni pengadaannya dan transfer of technology-nya. 

"Kalau pengadaannya kan sudah selesai dan kita telah kontrak. Ini akan berjalan sekaligus," tuturnya. Namun, dalam ToT, ada tiga tahapan, yakni pembangunan kapal selam di Korea, separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL, dan PT PAL sendiri. 

"Sejak fase pertama kita sudah melibatkan tenaga-tenaga teknis yang kita kirim dari Indonesia yakni PT PAL ke Korea. Yang menjadi tantangan apabila kita ingin masuk ke fase ketiga, infrastruktur yang ada di PT PAL harus dipersiapkan karena membangun kapal selam memiliki infrastruktur tersendiri dan yang paling penting, harus didukung oleh anggaran yang perlu dipersiapkan. Kemhan juga tengah membicarakan bagaimana kesiapan PT PAL yang terdiri dari Meneg bumn, dan tentunya yang ahli dalam kontrak Kemhan," urainya.


Sumber : Jurnas