Pages

Minggu, Mei 20, 2012

DPR : Tak Masalah Indonesia Beli Tank Leopard

JAKARTA-(IDB) : Terkait rencana pembelian tank Leopard dari Jerman, pihak pabrikan diharapkan siap memberikan dukungan hingga pembangunan pabrik. Hal ini sudah dibuktikan Yunani ketika memesan tank tersebut dalam jumlah banyak beberapa waktu lalu.

"Kami juga sudah berbicara dengan Kementerian Luar Negeri Jerman yang menentukan boleh tidaknya ekspor alat militer ke negara lain. Sejauh ini tidak ada masalah karena Indonesia telah menjadi negara demokrasi," ujar Hayono Isman kepada Jurnalparlemen.com, Minggu (20/5).

Hal itu disampaikan Hayono setelah bertemu dan membahas rencana pembelian tank Leopard dengan sejumlah pejabat di Jerman pada saat kunker Komisi I belum lama ini.

Menurut Hayono, Wakil Menlu Jerman sempat menjelaskan bahwa publik Jerman menentang keras penjualan tank Leopard ke Arab Saudi karena negara tersebut dianggap tidak menjunjung nilai-nilai demokrasi. "Lain halnya dengan Indonesia," kata Wakil Ketua Komisi I DPR RI itu.

Sebagai informasi, sebelum tank Leopard, Indonesia juga pernah menggunakan senjata dari Jerman. Termasuk MP5 yang digunakan oleh pasukan khusus TNI.

"Untuk pemeliharaan tank Leopard nanti, bisa bekerja sama dengan PT Pindad. Kalau belum mampu, dapat diserahkan kepada bengkel-bengkel TNI AD," ujarnya.

Sumber : Jurnamen

Rudal KH- 31P / AS 17 Krypton Indonesia

Rudal Kh-319 atau AS 17 Krypton TNI
Indonesia terus memperkuat sistem rudalnya, baik untuk anti kapal permukaan, anti pesawat terbang serta anti-radar atau sistem pertahanan udara musuh.
 
Salah satu yang mumpuni adalah rudal KH 31P atau yang populer disebut
AS
-17C Krypton.

AS-17C Krypton

Tahun 2012 ini Indonesia mendatangkan KH-31P / AS-17C Krypton buatan Rusia. Pada awalnya, rudal AS-17C Krypton ini, diciptakan sebagai jawaban atas munculnya sistem pertahanan udara Patriot Amerika Serikat.
Rudal AS 17 Kripton Indonesia
Rudal AS-17C Krypton dirancang untuk melumpuhkan sistem pertahanan musuh. Untuk itu ia didisain memiliki kecepatan sangat tinggi, mampu terbang jauh, anti-radar dan bisa mematikan penjejaknya saat diserang.
 

Untuk mendapatkan kecepatan yang sangat tinggi, rudal Rudal Kh-31P didorong oleh 5 roket booster dan ramjet yang dipadukan dalam dual roket pendorong. Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo.
 
Saat meluncur, pada tahap awal misil ini berakselerasi dengan mesin roket untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas untuk digantikan 4 mesin jet pendorong, demi mencapai kecepatan 5 Mach.

Kecepatan tinggi rudal ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, karena dia harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak (air search radars) dan fire control radar.

Rudal AS-17C Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat 600 Kg dan mampu menembak sasaran sejauh 200 km. Karena rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan radar musuh, dia tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Namun misil ini bisa terbang dari 165 hingga 49.000 feet.

Dalam perkembangannya rudal ini bisa dipasang di kapal laut ataupun pesawat tempur Mig 29, Sukhoi SU-27 maupun SU 30. Kelebihan rudal ini, mampu menghantam kapal perang, drone ataupun pesawat mata-mata. Untuk itu AS-17C Krypton disebut juga “AWACS killer”. Ia bisa menembak sasaran baik di darat maupun udara.

SU 30 MK menembakkan AS 17 Krypton
Rudal AS-17C Krypton diciptakan untuk melumpuhkan sistem pertahanan musuh, melalui sebuah serangan ofensif ataupun counter attack.
 
Yakhont

Selain itu, Indonesia juga menambah jumlah rudal Yakhont SS-N-26 di berbagai kapal fregat, untuk memperkuat taring tempur armada TNI AL. Setelah mendatangkan 4 Rudal Yakhont pada tahun 2010, Indonesia kembali menerima 10 Rudal Yakhont di tahun 2012. Dalam kontraknya dengan Rusia, Indonesia akan mendatangkan 50 rudal Yakhont yang berjarak tembak 300 km.

Rudal SS-N-26 Yakhont
Saat ini, 11 Helikopter Over Tha Horizon Target (OTHT) juga sedang dipesan TNI AL. Helikopter tersebut berfungsi untuk menjejak sasaran di luar batas cakrawala lalu menyuplai datanya ke Fregat yang dipasang rudal Yakhont 
 
Sumber : JakartaGreater

Pelajari Pengelolaan Industri Pertahanan BRICS

JAKARTA-(IDB) : Pekan depan Komisi I DPR RI akan kembali melanjutkan pembahasan RUU Industri Pertahanan. Agenda pembahasan  masih seputar mengenai sistem pembiayaan atau pendanaan perusahaan industri pertahanan, struktur organisasi, dan mekanisme pemasaran.

Selasa (15/5) lalu, dalam pembahasan RUU Industri Pertahanan, Wakil Komisi I  DPR RI Tubagus Hasanuddin minta 

“perwakilan Kemenhan pada rapat berikutnya agar membawa data perbandingan atau referensi dari negara yang tergabung dalam kelompok BRICS”
 
perwakilan Kemenhan pada rapat berikutnya agar membawa data perbandingan atau referensi dari negara yang tergabung dalam kelompok BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan).
 
"Kita bandingkan dalam hal pengelolaan industri pertahanannya, organisasinya, pembiayaannya, dan pemasarannya," ujar TB Hasanuddin kepada Jurnalparlemen.com, Minggu (20/5).

Selain itu, untuk menyempurnakan penyusunan RUU Industri Pertahanan, pihaknya juga membandingkan dengan negara lain seperti AS, Rusia, dan Eropa.

"Sebelumnya juga sudah kita pelajari sistem pengelolaan industri pertahanan yang dianut AS dan Rusia. Kedua negara ini memiliki sistem yang berbeda. masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan," ujarnya.

Sumber : Jurnamen

India Kerja Sama Pertahanan Dengan AS

NEW DELHI-(IDB) : India mungkin akan menandatangani sejumlah kesepakatan senjata dengan Amerika Serikat ketika Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengunjungi negara itu pada awal bulan depan, kata media lokal.

Meskipun New Delhi akan menandatangani perjanjian senjata lagi dalam upaya meningkatkan kerja sama militernya dengan Washington, namun India masih belum bersedia menandatangani pakta militer penting yang didorong oleh Amerika Serikat selama bertahun-tahun, kata The Times of India.

Selama kunjungannya pada pekan pertama Juni, Menteri Pertahanan AS akan mengadakan pembicaraan dengan antara lain Perdana Menteri India Manmohan Singh, Menteri Pertahanan AK Antony dan Penasehat Keamanan Nasional Shivshankar Menon, kata laporan itu.

"China, Pakistan dan Afghanistan juga akan berupaya untuk melakukan diskusi," kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.

Dua kesepakatan pertahanan utama yang mungkin dicapai selama kunjungan Panetta meliputi akuisisi howitzer 145 M-777 ultra-ringan dari Amerika Serikat dalam kesepakatan pemerintah ke pemerintah langsung senilai 647 juta dolar AS di bawah program Penjualan Peralatan Militer Luar Negeri.

Kesepakatan lain pertahanan termasuk produsen pesawat AS Boeing mungkin meraih kontrak dari India 1,4 miliar dolar AS untuk memasok 22 helikopter tempur bersenjata peluru kendali untuk Angkatan Udaranya, kata surat kabar itu, demikian Xinhua-OANA.

Sumber : Antara

Berita Foto : TNI Adu Senjata di Australia


Seng ada lawan….Mungkin kata kata itu pantas, dilekatkan kepada pasukan TNI yang mengikuti Lomba Tembak Internasional Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 7 -17 Mei 2012, di Puckapunyal Military Area, Victoria – Australia.

Lomba menembak ini diikuti lebih 300 petembak Angkatan Darat atau Marinir dari negara: Australia, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam dan Timor-Leste. Tentara RRC dan Tonga datang sebagai peninjau, yang akan bergabung tahun 2013.


Pasukan TNI keluar sebagai juara umum, sekaligus mempertahankan gelar juara umum berturut-turut selama 5 tahun di ajang yang sama.

Yang mencengangkan, perolehan medali kontingen Indonesia (TNI AD), jauh mengungguli peserta lain. Padahal tentara negara lain mengirimkan tim terbaik, seperti: Amerika Serikat= USMCST (US Marine Shooting Team) dan US Army, Inggris=BACST, Malaysia=MAST, Australia AACST-Allan dan AACST-Steve. 

Mari Kita lihat perolehan medalinya:

TNI AD menyabet 25 medali emas, sementara juara kedua Australia jauh tertinggal hanya 9 medali emas. Lebih mengerikan lagi USMC hanya mendapatkan 2 medali emas. Adapun pasukan Inggris, Jepang dan Perancis, tidak memperoleh emas satu pun.

Tentu kita heran, mengapa perolehan medali ini sangat timpang. Apa saja yang dilakukan militer negara negara lain, saat berlatih senjata ?


Semua peserta tentu serius dan mengirimkan tim terbaik, karena membawa nama negara dan mempertaruhkan nama pasukan. Apalagi Australia sebagai tuan rumah. Mereka bahkan mengirim dua tim, untuk memperoleh medali secara maksimal. Tapi kenyataannya jauh tertinggal dari pasukan TNI.


Seperti apa sebenarnya lombak menembak tersebut ?. Lihat saja kategorinya: 300, 400, 450 meter Deliberate-Rifle, 300 meter Rapid- Rifle, 200, 400 meter Snap- Rifle, Service rifle long range individual aggregate, Long range team aggregate- riffle, Applied Marksmanship Practice- rifle, Closer quarter practice Individual an team, Barricade match, Advanced application of fie- pistol, Closer quarter practice-pistol, Combat pistol, Service pistol individual, Assault-LSW, Team snap, Team assault/defance, Rifle falling plates, pistol tiles, Sniper observation/cold shot, sniper snap, Night combat pistol, barricade teams, Machine Gun Match dan banyak lagi. Dasyat bukan ?

Lebih dasyat lagi, kontingen TNI AD mengusung senjata Pindad SS 2 dari berbagai varian. Nama senjata SS 2 Pindad semakin terkenal di dunia karena keakuratannya. Moto One Shot One Kill, sudah melekat di senjata SS 2 Pindad dan Kontingen Indonesia.


Kapten Fisher dari Australia berceletuk: “Pangkat sersan saja meraih 25 emas, bagaimana kalau perwira dikirim ?”, disambut tawa pecah dari anggota lainnya. Maklum negara lain mengirim cukup banyak perwira.


Kapten Chusse Jean dari Kanada menambahkan: “Bolehkah tukar dengan Austeyr F-88 atau Howa 89 ?. Saya ingin membawa pulang SS 2, biar jago menembak”.

Dengan prestasi gemilang ini, kontingen Indonesia terlihat sangat percaya diri berada di antara pasukan lain, sambil menenteng senjata SS 2 Pindad. Seng…ada lawan. 
 
Sumber : JakartaGreater

Chengdu J-20 Could Enter Service By 2018

BEIJING-(IDB) : The stealthy Chengdu J-20 fighter could enter operational service by early 2018 and join a rapidly improving Chinese military armed with long-range strike weapons, new unmanned air vehicles and command and control aircraft fleets, the US Department of Defense says in an annual assessment. 

The J-20 is "still in a prototype phase," says David Helvey, the acting deputy assistant secretary of defense for East Asia for the US Department of Defense. 

"So we'd like to be able to continue to monitor it--to continue monitor developments on that to understand exactly what China may intend to use it for, and I wouldn't want to speculate at this point for what those specific missions would be," he adds. 

But the report itself says that the J-20 reflects "China's ambition to produce a fighter aircraft that incorporates stealth attributes, advanced avionics, and supercruise-capable engines."



The first J-20 prototype started flight tests in January 2011 and a second example started flying earlier this month. But the US government is adamant that the aircraft will not enter frontline squadron service until much later this decade.

"We expect the J-20 to achieve an effective operational capability no sooner than 2018," Helvey says. "That reflects our judgment and interpretation of how far they are along in doing the research and development and flight testing of the prototypes," he adds.

Operational capability as the DoD defines it means that there should be enough aircraft, weapons and trained air crew to conduct real-world missions, Helvey says.

The DoD also believes that the Chinese have an interest in developing new unmanned aircraft.

"We know that China is interested in developing unmanned air systems, and they have in the past acquired a number of different types of UAVs," Helvey says. "This report doesn't make a net assessment between China's capabilities for unmanned air systems and US capabilities, but that is an area that China is interested in developing."

China has a number of unmanned aerial vehicles including the Israeli-made Israel Aerospace Industries Harpy and a number of domestic types.

Meanwhile, the People's Liberation Army Air Force (PLAAF) is not neglecting its long-range strike capabilities. The country is upgrading its Tupolev Tu-16 Badger-derived Xian B-6 bomber fleet with a new, longer-range variation, which will be armed with new long-range cruise missiles, the report says.

The Chinese are also developing several types of airborne early warning and control system (AWACS) aircraft. These include the Shaanxi Y-8 Moth, based on the Antonov An-12, and the KJ-2000, based on the Ilyushin IL-76 airlifter, the report says.

Meanwhile, China's navy is moving on getting its first aircraft carrier into service. The refurbished Soviet-built ship started sea trials last August, but it not yet operational.

"This aircraft [carrier] could become operationally available to China's navy by the end of this year," Helvey says. "But we expect it'll take several additional years for an air group to achieve a minimal operational capability aboard the aircraft carrier."

The report also indicates that China is probably designing and possibly building in own indigenous carriers.
While China's public statements on its defence budget about $106 billion for 2012, the DoD estimates that the Chinese will actually spend more than $180 billion.

Helvey says the DoD believe that many aspects of China's military modernization actually comes from different spending accounts rather than the main defence budget. Foreign acquisitions such as Russian-built fighters are counted the same way. 

"For example, we think that some of their nuclear forces modernisation occurs off budget," he says. "So when you add all of that together, that helps us to develop, I think, a more accurate estimate of what the totality of the military expenditure is."

Source : FligthGlobal

Panser Canon Pindad Menuju Tank Nasional

Panser Anoa 6x6
Setelah melakukan riset bertahun tahun, PT Pindad sukses membuat Panser Anoa yang disainnya merujuk VAB Renault Perancis. Tak disangka, Panser ini dibeli oleh Malaysia, Brunei Darussalam dan Oman. Bahkan Bangladesh dan Nepal sedang menjajaki pembelian Panser ini. Tidak sia-sia Panser Anoa menggunakan mesin mahal Renault, karena memang terbukti handal. Mesin Renault Panser Anoa sempat dipertanyakan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu, karena mahal. 

Nama Panser Anoa V2 berangsur angsur harum, sejak dipakai oleh Pasukan Garuda Indonesia di Lebanon. Malaysia pun membeli Anoa 6×6 untuk pasukan di Lebanon, karena Panser 4×4 Malaysia dianggap tidak cocok di Lebanon.
Panser Anoa Pasukan TNI Lebanon
Pindad Naik Kelas
 
Kini PT Pindad mencoba naik kelas dengan membuat prototye Panser Canon 90 mm. Body panser ini lebih menyerupai APC Black Fox Korea dibanding Panser Anoa. Hull depan lebih tajam dari Anoa, untuk memaksimalkan pertahanan.
Panser Canon 90mm Pindad
Terciptanya Panser Canon Pindad tidak terlepas dari kerjasama RI dengan Korea Selatan. Korea memberi transfer teknologi hull Tarantula, setelah Indonesia memesan 22 Panser.
 
Pesanan Indonesia ini cukup unik. Indonesia memesan 22 Panser Tarantula dipersenjatai Canon CSE90 mm. Padahal selama ini Tarantula hanya menggunakan senjata canon 20 mm atau 40mm. Canon CSE90 mm itu pun, dibeli Indonesia dari Belgia sebanyak 22 unit.

Panser Tarantula Korea
Korea Selatan menyetujuinya permintaan Indonesia. Namun hingga kini canon tersebut belum diinstal karena akan dikirim ke Korea Selatan tahun 2013. Perjanjiannya, 11 canon diinstal di Korea dan 11 lainnya di PT Pindad.
 
Sementara PT Pindad sendiri, telah menginstal Canon CSE 90 mm ke prototype Panser model Tarantula. Hal ini karena Indonesia memiliki canon CSE 90mm dari light tank Scorpion.
Canon CSE 90 mm Belgia
Canon CSE90 mm dikendalikan secara elektronik dan mampu menembak sasaran di malam hari. CSE90 mm didukung penjejak laser jarak jauh untuk menembakkan munisi APFSDS-T. CSE90 dilengkapi senjata mesin 7,62mm serta pelontar granat. 
 
Jika demikian, untuk apa 22 Panser Tarantula yang akan dikerjakan Korea tahun 2013 ?. 

Panser Tarantula memiliki varian 6×6 dan 8×8. PT Pindad bisa mengadopsi Tarantula 8×8, untuk dipasang Cockerill CT-CV Canon 105 mm, dengan misil anti-tank Falarick 105, atau TOW misil anti-tank. Panser 8×8 memiliki kestabilan yang lebih bagus, sehingga memiliki kemampuan tembak lebih akurat. untuk canon besar atau TOW.
Tarantula/ Black Fox 8x8 Korea
Panser Tarantula bisa diangkut dengan C-130 Hercules dan mampu mengangkut 12 personil. Sementara Anoa hanya 10 personil. 
 
Tank Medium atau IFV ?

Langkah selanjutnya, pada tahun 2014, Pindad akan memproduksi tank medium, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan TNI Angkatan Darat. Presiden SBY dan Komisi 1 DPR telah menyetujuinya. Namun tank medium itu, tampaknya tidak akan terwujud dalam waktu dekat. 

Saat ini Pindad sedang mendalami Tank K 21 Korea Selatan dan Armored Combat Vehicle ACV 300 Turki. Namun kedua lapis baja itu, berfungsi sebagai Infantry Fighting Vehicle (IFV) dan pengangkut pasukan, bukan tank tempur.
ACV 300 Turki
Untuk itu lapis baja tersebut tidak membawa canon berat. Tank K 21 hanya dilengkapi canon 40mm dan misil TOW untuk anti-tank. Sementara ACV dilengkapi senjata 25mm M242 Bushmaster chain gun.
 
Melihat fakta tersebut tampaknya PT Pindad hanya akan membuat tank pengangkut pasukan, Infantry Fighting Vehicle atau tank destroyer.

Indonesia telah memiliki kisah menggabungkan lapis baja recognaisance Scorpion dengan Canon 90mm. Akibatnya, saat bergerak, tank Scorpion Indonesia terlihat doyong ke depan karena membawa canon besar.
Tank Scorpion Canon 90mm
Mengapa memilih Tank K 21 ?
 
Indonesia juga telah bekerjasama dengan Korea untuk membuat Tank K 21. Jika sudah ada ACV 300, untuk apalagi IFC K 21 ?
 
Tank K 21 Korea bisa dikatakan cacat secara struktur. Korea mengembangkan Tank K 21 mengacu pada U.S. Army M2A3 dan BMP-3 Rusia, dengan tujuan memiliki kemampuan amphibi. Namun tank K 21 telah dua kali tenggelam dalam ujicoba di sungai dan danau.
Tank K 21 Korea Selatan
Kasus terakhir terjadi Juli 2010 yang menewaskan prajurit dan teknisi Korea Selatan. Tank seberat 25-30 ton itu tenggelam saat memasuki danau. Evakuasi dilakukan tiga jam kemudian, namun kru K 21 telah tewas. Diduga K 21 tenggelam karena kesalahan sistem saluran udara mesin.
 
Saat ini Pindad telah membuat tank mirip BTR 50. Sementara Tank K 21 merujuk pada model BMP 3 Rusia. Lalu K 21 untuk apa ?

Di bawah ini varian awal prototype tank yang telah dibuat PT Pindad.

Prototype Tank Pindad
ACV 300 Turki
 
Bagaimana dengan ACV 300 Turki ?. Ada kabar ACV 300 akan dipasang canon 90 mm atau 105 mm. Sangat riskan jika Pindad memaksakan seperti itu. Pengguna ACV 300 seperti UEA, Malaysia dan Philipina tidak memasang canon 90 mm ke ACV 300, termasuk negara pembuatnya Turki.

ACV 300 Anti-Tank Missile
Turki mengembangkan varian ACV 300, lebih sebagai Tank Destroyer (ACV-ATV). ACV 300 diinstal TOW Under Armor (TUA) turret, misil anti-tank. Sementara untuk tank tempur, Turki menggunakan: MBT Leopard 2A4, Leopard 1, M60 A, serta M48A5.
ACV Tank Destroyer

Terlepas dari hal itu, saat ini para ahli Pindad sedang mempelajari sistem olah gerak dan suspensi ACV 300 Turki.
 
Tank Nasional
 
Kalau melihat uraian di atas, tank Indonesia ke depan kayaknya akan seperti pasar malam. Ada Panser Anoa, Panser Canon Pindad, Tarantula, K 21, ACV 300. Lalu sperti apa bentuk Tank Nasional yang bisa diandalkan ?

Ada baiknya Indonesia memilih MBT KIA1 Korea Selatan, untuk dijadikan Tank Nasional. K1A1 Korea Selatan mengusung meriam advance 120mm M256. Canon M256 merupakan canon yang diinstal di tank M1A1 Abrams.
Tank KIA1 Korea


Samsung Thales juga menyediakan sistem kendali penembakan yang dilengkapi dua varian thermal imager, penjejak infra merah serta Kamera TV Pengintai.
MBT Leopard 2A6 Jerman
Belum lagi Tank MBT Leoprad 2A6, sudah pasti akan datang ke tanah air. PT Pindad tentunya akan membogkar habis tank tersebut, untuk dipelajari. Jerman juga sudah menjanjikan transfer teknologi terbatas untuk Leopard 2A6. Tank Nasional nantinya bisa saja menggunakan canon canggih Canon 120mm rheinmentall milik MBT Leopard 2A6.
MBT Leopard 2A6
Sementara ACV 300 Turki atapun K21, bisa dikembangkan ke versi support fire, tank destroyer TUA missil, mortar ataupun self propelled anti air gun.

Sumber : JakartaGreater