Pages

Rabu, Mei 09, 2012

Indonesia Terima Offset Dari Boeing

JAKARTA-(IDB) : Pabrikan pesawat terbesar di AS, Boeing Company akhirnya akan membdri offset kepada Indonesia. Kepastian tersebut disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk AS, Dino Patty Djalal, Rabu (9/5/2012) di Jakarta. “Akhirnya Boeing memberi offset ke kita setelah bertahun-tahun kita perjuangkan,” ujar Dino di Kantor Kementerian Perhubungan.

Offset merupakan praktek pemberian kompensasi oleh industri asing sebagai persyaratan dari suatu negara ketika melakukan pembelian. Dalam kasus Boeing ini dilatarbelakangi karena banyaknya pihak industri dari Indonesia dan TNI AU yang membeli pesawat dari Boeing.

Seperti pembelian pesawat udara sipil B737-800NG oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan B737-900ER, B737-Max oleh Lion Air yang jumlahnya lebih dari 20 miliar dollar AS. Selain itu juga ada pembelian pesawat F-16 dan helikopter Apache oleh TNI AU.

Bentuk offset bermacam-macam dan biasanya ditentukan oleh negara pembeli produk berapa prosentase dari nilai keseluruhan transaksi penjualan. Biasanya offset dipakai untuk mengembangkan industri domestik negara pembeli, transfer teknologi, memajukan investasi, dan meningkatkan lapangan pekerjaan.

Selain itu juga untuk mendapatkan teknologi baru, mendukung industri domestik yang strategis, mendapatkan akses terhadap pasar baru, meningkatkan nilai ekspor, dan meningkatkan hubungan dengan perusahanaan multinasional.

Untuk Indonesia, menurut Dino, nilainya lebih dari yang diperkirakan. “Kalau cuma untuk menghidupkan PTDI,  maka nilai jumlahnya sangat cukup,” ujar Dino sambil tertawa.

Berkaitan dengan itu, hari ini diadakan diskusi antara stakeholder di bidang transportasi udara untuk merumuskan apa bentuk offset yang akan diminta kepada Boeing.

Selain dihadiri Dino, diskusi juga dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Ikhsan Tatang, perwakilan dari GMF, Garuda, Lion, BPPT, PTDI, PT Len, PT Pindad, Susi Air, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perisdustrian.

“Selanjutnya akan dibentuk tim kecil oleh Dirjen Perhubungan Udara untuk merumuskan apa-apa saja yang nanti akan kita ajukan,” ujar Ikhsan Tatang. 

Sumber : Kompas

Kasarmatim Berangkatkan KRI Sultan Hasanuddin-366 Ke Lebanon

SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Timur (Kasarmatim) Laksamana Pertama TNI Djoko Teguh Wahojo melepas keberangkatan KRI Sultan  Hasanuddin (SHN)-366 menuju perairan Lebanon yang ikut andil dalam Satgas  Maritim TNI Konga  XXVIII.D UNIFIL (United Nation Interm Force In Lebanon) 2011 di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Rabu (9/5) sore.

Pelepasan KRI SHN-366 tersebut dihadiri Komandan Guspurlatim Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo, Komandan Lantamal V Laksamana Pertama TNI Atok Urachman, Ketua Daerah Jalasenastri Armatim Ny. Yus Agung Pramono, para Kasatker Koarmatim, ibu-ibu Pengurus Daerah Jalasenastri Armatim dan para keluarga Anak Buah Kapal (ABK)  KRI SHN-366.

KRI Sultan Hasanuddin-366 dari jenis Sigma Klas Korvet Belanda yang masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkor Koarmatim) ini adalah yang ke empat kali ikut andil mengemban misi perdamaian dunia dalam Satuan Tugas (satgas) Maritime Task Force (MTF) Konga XXVIII.D Unifil. Sebelumnya tugas kemanusiaan ini dilakukan oleh KRI Sultan Iskandar Muda-367. Kapal perang Indonesia ini nantinya akan bergabung dengan kapal perang angkatan laut negara lainnya yang tergabung dalam Gugus Tugas MTF.

Kapal perang yang di Komandani Letkol Laut (P) Dato Rusman ini, rencananya akan  bertugas selama 8 bulan, dengan rincian 2 bulan pelayaran berangkat dan pulang serta 6 bulan berada di tempat lokasi. Rute yang dilewati selama pelayaran menuju Lebanon,  yaitu Surabaya-Jakarta-Belawan-Colombo-Salalah-Port Said-Beirut. KRI Sultan Hasanuddin-366 dalam tugasnya nanti akan membawa 1 buah helikopter BO-105 dengan jumlah personel total 105 orang, dengan rincian ABK 94 orang, pilot dan Crew Heli 7 orang, dokter 1 orang, Kopaska 1 orang, perwira penerangan 1 orang, dan perwira intelijen 1 orang.

Dikirimnya kembali kapal perang TNI AL untuk bergabung dengan Satgas MTF kali ini tidak lain  merupakan bentuk pengakuan dunia kepada TNI. Bahwa TNI, telah dianggap mampu untuk melaksanakan tugas-tugas PBB, khususnya dalam aspek maritim. 

Sumber : Koarmatim

AL Natuna Tingkatkan Patroli Kapal Perang

NATUNA-(IDB) : Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Ranai, Kolonel Laut (P) Suhartono, Rabu, mengatakan akan meningkatkan patroli kapal perang di Laut Natuna dan Laut Cina Selatan dari 19 kali pertahun 40 kali pertahun.
   
Hal tersebut diungkapkan Suhartono pada audiensi Kepala Kantor Berita Antara Biro Kepulauan Riau (Kepri), Evi R Syamsir ke  Markas Komando (Mako) Lanal Ranai, di Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri.
   
"Berdasarkan data tahun lalu, patroli kapal perang di Natuna hanya dilakukan sebanyak 19 kali pertahun, namun saat ini kami akan meningkatkan patroli hingga maksimal 40 kali dala setahun," ungkapnya.
   
Dia mengatakan dimasa kepemimpinannya yang baru berjalan delapan bulan, pihaknya berupaya melakukan peningkatan patroli antara 30 hingga 40 kali pertahun.
   
"Sampai saat ini kami sudah melakukan patroli sebanyak 30 kali," sebutnya.
   
Wilayah operasional Lanal Ranai yang berada di ALKI-I tingkat kerawanannya cukup tinggi, khususnya perairan Natuna, karena  wilayah tersebut berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia dan Vietnam,.
   
"Sehingga Lanal Ranai selaku pelaksana operasi Keamanan Laut (Kamla) diwilayahnya harus mampu melaksanakan pengendalian laut dan menciptakan terwujudnya keamanan laut di wilayah tersebut," ucapnya. 
  
Menurutnya, hal ini menjadi agenda penting bagi Kabupaten Natuna yang secara nasional menjadi wilayah strategis nasional yang patut dijaga dari gangguan pihak asing.
   
"Tidak bisa dipungkiri, kehadiran kapal perang yang selalu rutin melakukan patroli menjadi tolak ukur bagi pihak asing. "Natuna selalu menjadi incaran pihak asing dan kita konsen terhadap keamanan laut Natuna, khususnya," jelasnya.
   
Ia mengakui, Natuna yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Vietnam memiliki nilai strategis bagi NKRI dan bagi negara asingpun selalu memantau.
   
"Jangan salah, informasi keamanan laut kita selalu disortir oleh negara asing dan mereka sangat meremehkan negara kita," sebutnya.
   
Karena itu, Suhartono akan melakukan berbagaiupaya sesuai porsinya. "Kita akan memperbanyak kapal dan membangun radar di pulau-pulau," ujarnya.
   
Selama ini, menurutnya AL Ranai belum memiliki radar. "Untuk itu, pihaknya akan berupaya mewujudkan radar yang diletakkan di pulau-pulau seperti pulau Midai, Subi dan Serasan. Radar adalah indera bagi AL,"  tegasnya.
   
Hal senada dikatakan Kabiro Antara Biro Batam, Evy bahwa pihaknya menganggap Kabupaten Natuna sangat penting dari segi penyiaran informasi.
   
"Merah putih tetap kita pegang teguh, apalagi di kawasan perbatasan yang merupakan laman NKRI," tegasnya.
   
Dia mengatakan, keberadaan Antara di Kabupaten Natuna sebagai penyampai informasi tentang Kabupaten Natuna ke pihak luar.
   
"Apa yang menjadi permasalahan dan kebutuhan masyarakat Natuna dapat digesa melalui informasi-informasi yang terus kita siarkan, kitapun komit dengan upaya pihak-pihak terkait dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui informasi," paparnya.
   
"Hal yang palng penting adalah merah putih dulu," tandasnya.

Sumber : Antara

TNI AL Tetap Lanjutkan Proses Pembelian Kapal Bekas Brunei

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, DPR RI dan TNI Angkatan Laut (AL) saat ini sedang meninjau proses pembuatan kapal tempur jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) yang ditolak DPR RI.

Ada apa sih, pemerintah ngotot membeli kapal dari luar negeri, sementara bangsa sendiri sudah bisa memproduksi kapal perang sendiri?

"TNI AL memang meminta pembelian kapal Frigate itu, karena kapal itu modern sekali, bisa untuk serangan bawah air, serangan permukaan air, dan serangan udara," katanya setelah meresmikan Gedung "Technopark" UPN Veteran Jatim di Surabaya, Rabu (9/5).


Didampingi Rektor UPN Veteran Jatim Prof Dr Ir Teguh Soedarto MP, ia mengemukakan hal itu menanggapi penolakan Komisi I DPR RI untuk pembelian tiga unit kapal tempur jenis MRLF yang dibuat perusahaan di Inggris itu, karena kapal itu sudah ditolak oleh Brunei dan Vietnam.


Menurut Menhan, penolakan suatu negara untuk tidak jadi membeli suatu alutsista itu memiliki alasan tersendiri, dan alasan penolakan negara itu belum tentu menjadi alasan negara lain untuk tidak jadi membeli juga.


"Alasan Brunei tidak jadi membeli itu internal mereka, dan alasan itu belum tentu sama dengan alasan negara lain, karena itu sekarang ada tim dari DPR RI dan TNI AL yang meninjau langsung proses pembuatan kapal itu," tukasnya.


Bahkan, katanya, bila kapal frigate itu sudah dibeli pun,  tetap harus melalui mekanisme pengawasan dan pengendalian yang ketat. "Jadi, kita tidak hanya membeli, tapi di sisi lain akan ada tim yang melakukan pengawasan dan pengendalian itu," tuturnya.


Sebelumnya, Pemerintah Brunei mencium ada aroma penggelembungan anggaran dalam pengadaan kapal itu dan spesifikasi juga diturunkan, sehingga Sultan Brunei tidak mau membayar, namun perusahaan Inggris BAE akhirnya memperkarakan Brunei ke Arbitrase Internasional pada 2007, sehingga Brunei pun terpaksa membayar.


Menanggapi protes DPR itu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, TNI AL memang memerlukan tambahan armada untuk menjaga wilayah perbatasan laut Indonesia.


"Soal masalah teknis yang dialami oleh kapal perang ini, silakan DPR menyiapkan tim teknis untuk mengetes kapal tersebut. Kata orang kalau tidak percaya silakan dicoba. Apa benar miring atau tidak," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi DPR RI pada beberapa waktu lalu.

Indonesia Lirik Kapal Perang yang Sempat Ditolak Brunai

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro memastikan segera membeli kapal perang yang tidak jadi dibeli Brunai Darussalam dan KSAL sebelumnya.

Kapal itu dilirik kembali setelah dianggap tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan TNI AL. Kapal perang itu yakni jenis corvette kelas Nakhoda Ragam.

"Sekarang lagi ditinjau dari DPR dan TNI AL, dan sekarang sudah ada tim yang kesana untuk meninjau kembali," kata Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan usai meresmikan Gedung Techno Park Laboratorium Teknologi Tepat Guna Universitas Pembangunan Veteran Jatim di Surabaya, Rabu (9/5/2012).

Purnomo menegaskan kapal tersebut sudah memenuhi kualifikasi dan diminta TNI AL agar pemerintah untuk membelinya.

"Itu sesuai dengan kualifaksi dan itu memang TNI AL minta untuk dibeli karena jenisnya line freegard yang sangat modern yang mampu melakukan serangan bawah air, serangan permukaan air serta melakukan serangan udara," jelasnya.

Namun Purnomo enggan menjelaskan alasan pemerintah Brunai yang tidak jadi membeli kapal tersebut.

"Kan ada alasan Brunai tidak jadi beli. Tapi suatu negara tidak jadi belum tentu negara lain juga tidak membeli. Mesti ada alasan yang mendasari, itu mungkin berbeda alasannya. Dan sekarang sedang ditunjau serta dievaluasi," ujar Purnomo.

Selain sedang melakukan penjajakan kembali pembelian kapal perang, saat ini Indonesia masih membutuhkan banyak alutsista yang direncanakan untuk dibeli. Namun semua pembelian dilakukan dengan pengawasan dan pengendalian secara ketat.

"Banyak untuk dilakukan pembelian tapi harus melalui pengendalian dan pengawasan yang ketat. Di satu sisi kita lakukan pembelian, di satu sisi kita juga lakukan pengendalian dan pengawasan," pungkasnya.

Sumber : SuaraPembaruan

Tank Leopard, Alutsista Teranyar Rakitan Jerman

JAKARTA-(IDB) : Isu rencana pembelian tank Leopard bekas milik Belanda oleh TNI masih menjadi pembicaraan media sejak akhir tahun lalu. Pro-kontra transaksi ini pun menjadi tanda tanya besar di kalangan militer Indonesia. Apakah Anda tahu spesifikasi mesin perang  buatan Jerman ini? Berikut penjelasan singkat kami.

Tank Leopard 2 adalah tank tempur utama Jerman yang dikembangkan oleh perusahan Krauss-Maffei  pada awal 1970-an dan mulai digunakan pada 1979. Leopard 2 menggantikan Leopard 1 sebagai tank tempur utama Angkatan Darat Jerman. Beragam versi tank ini sudah digunakan oleh Jerman dan di 12 negara Eropa lainnya, serta dari luar Eropa. Lebih dari 3,480 Leopard 2 telah diproduksi.

Leopard 2 pertama kali digunakan Angkatan Darat Jerman pada Perang di Kosovo serta pasukan Kanada dan Denmark yang tergabung dalam pasukan gabungan ISAF di medan tempur Afghanistan.

Ada dua pengembangan utama pada tank ini, dari model pertama hingga Leopard 2A4 yang memiliki kubah tembak vertikal berlapis baja dan model yang lebih maju Leopard 2A5, serta versi yang lebih baru lagi yang memiliki kubah tembak menyudut seperti anak panah dengan appliqué armour serta beberapa pengembangan lainnya.

Seluruh model dilengkapi dengan sistem pengontrol penembakan digital dan rangefinder Laser, meriam utama 120 mm dengan kestabilan tinggi, senapan mesin koaksial, serta perlengkapan untuk melihat dan membidik dalam kegelapan 'night vision' yang lebih maju. Leopard merupakan kendaraan tempur pertama yang menggunakan alat pembidik low-light level TV system atau LLLTV; sementara thermal imaging baru diperkenalkan setelah itu.

Tank ini memiliki kemampuan untuk bertempur menghadapi sasaran bergerak walaupun melewati medan yang sangat sulit dan tidak rata. Varian yang aktif antara lain 2A4, 2A5, 2A6, dan 2A7 (paling baru). Banyak Leopard 2 yang diupgrade untuk memperpanjang masa tugasnya dan memperkuat persenjataanya, umumnya ke varian 2A5 dan 2A6.

Pengembangan

Meski Leopard 1 mulai digunakan pada 1965, versi yang persenjataannya diperberat, yakni meriam Rheinmetall L44 120 mm, memang dipertimbangkan untuk menyaingi tank Uni Soviet. Namun kemudian dibatalkan setelah ada proyek bersama dengan Amerika Serikat, yakni "super-tank" MBT-70. Tank MBT-70 merupakan disain yang revolusioner, tetapi mengingat biayanya yang sangat mahal, Jerman mengundurkan diri dari proyek ini pada 1969.

Program nasional mulai dijalankan pada 1970 oleh Krauss-Maffei. Setahun kemudian diputuskan bahwa model tank yang akan dibuat harus didasarkan pada model sebelumnya Experimentalentwicklung (kemudian disebut sebagai proyek Keiler) dari tahun 60-an dan bukan untuk  memodifikasi dari MBT-70 atau Eber.

Nama Leopard diambil dari istilah vergoldeter Leopard atau "Leopard yang disepuh emas". Disain baru yang dibuat pada 1971 itu disebut sebagai "Leopard 2", mengingat Leopard yang asli juga disebut sebagai Leopard 1. Sebanyak 17 prototip dipesan pada tahun itu, meski hanya sebanyak 16 yang akhirnya jadi. Kendaraan itu harus seberat 50 metrik ton.

Sumber : SCTV

TNI AL Kerahkan 4 KRI Peringati Patkor Indosin

JAKARTA-(IDB) : TNI AL kerahkan  empat  KRI dalam memperingati Patroli Terkoordinasi Indonesia – Singapura (Patkor Indosin)  yang ke – 20. Ke-empat kapal tersebut bertolak dari dermaga Batu Ampar  Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Batam guna menuju pangkalan Changi Naval Base Singapura,  pada Rabu (9/5) ini untuk menuju Singapura. 

Patkor Indosin merupakan operasi yang digelar oleh TNI AL dan Angkatan Laut Singapura guna menangkal dan menindak pelanggaran hukum serta pengamanan perbatasan laut di Selat Philips dan Selat Singapura. Selain diikuti angkatan laut kedua  negara tersebut, kegiatan ini juga melibatkan unsur Polisi Perairan Polair dari Kepolisian Republik Indonesia.

Ke empat unsur KRI TNI AL yang diberangkatkan adalah, KRI Clurit – 641, KRI Vipper – 820, KRI Welang – 808, serta KRI Siribua – 859. Selain mengerahkan unsur Kapal Perang, TNI AL juga menerjunkan dua tim  Komando Pasukan Katak (Kopaska) dari Komando Armada RI Kawasan Barat dengan menggunakan Sea Rider Kopaska, selain itu dilibatkan juga unsur Pesawat Udara TNI AL, serta dua Kapal Polair yaitu, KP 011 Zaitu dan KP 012 Kedidi. Sedangkan Singapura menerjunkan sedikitnya tiga kapal perang serta satu pesawat udara jenis Foker 50 MPA.

Pada kegiatan peringatan 20 tahun Patkor Indosin, akan digelar berbagai kegiatan, diantaranya, Sailing Pass dan Flying Pass yang diikuti oleh KRI TNI AL maupun Kapal Perang dari Angkatan Laut Singapura, serta demonstrasi penanggulangan perompakan dari Kopaska TNI AL di perairan perbatasan Indonesia dengan Singapura.

Dalam kegiatan ini direncanakan akan dihadiri oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno, Chief of Defence Force Singapura LG Neo Kian Hong, Chief of Navy Singapura RADM Ng Chee Peng, para pejabat tinggi TNI, serta para pejabat tinggi militer Singapura.

Sumber : Poskota

Rusia Baru Akan Miliki ICBM Generasi Baru Setelah 2022

MOSCOW-(IDB) : Rusia membutuhkan waktu sedikitnya 10 tahun untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) generasi baru, yang memanfaatkan bahan bakar cair. Rudal tipe baru ini dirancang khusus, untuk menaklukkan sistem perisai rudal yang sedang digelar AS di Eropa.
Pihak militer Rusia pertama kali menyebutkan kemungkinan pengembangan ICBM baru itu pada 2009, tetapi keputusan resmi program pengembangan rudal tersebut baru diambil akhir tahun lalu.
Rudal jenis baru seberat 100 ton ini dirancang untuk menggantikan rudal Voyevoda R-26M2, yang oleh NATO dijuluki "Setan" (SS-18 Satan), karena mampu membawa 10 hulu ledak nuklir independen yang masing-masing berdaya ledak 550-750 kiloton TNT.
"Secara statistik, (pengembangan rudal) ini butuh waktu 10 tahun. Jika sebuah negara sudah tidak melakukan itu selama 30 tahun, tentu saja berbagai kesulitan akan tak terhindarkan," ujar Andrei Goryaev, Deputi Direktur perusahaan pembuat rudal Rusia, yang ditugaskan mengembangkan rudal baru ini, NPO Mashinostroyeniya, Selasa (8/5/2012).
Desember 2011, Panglima Pasukan Rudal Strategis Rusia (SMF), Letnan Jenderal Sergei Karakayev, mengatakan, rudal-rudal ICBM Rusia saat ini, yang masih menggunakan bahan bakar padat, kemungkinan tak akan bisa menembus sistem perisai rudal AS yang sudah sangat canggih.
Oleh sebab itu dibutuhkan jenis rudal baru yang menggunakan bahan bakar cair, sehingga akan memiliki kemampuan manuver yang lebih baik.
Saat ini, SMF dilaporkan menggelar lebih dari 400 pucuk ICBM, termasuk 171 rudal Topol (SS-25), 70 rudal Topol-M (SS-27), dan tiga rudal RS-24 Yars.

Sumber : Kompas

Indonesia, AS Dan Australia Akan Gelar Latihan Di Jakarta dan Padang

JAKARTA-(IDB) : Indonesia membuka kesempatan untuk melakukan latihan militer bersama dengan Australia dan Amerika Serikat. Latihan militer itu salah satunya guna melakukan evakuasi penanggulangan bencana.

"Lokasinya di Jakarta dan Padang, tujuannya guna meningkatkan profesionalisme dan juga misi bantuan kemanusiaan," Jubir Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin saat temu wartawan di kantornya Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (8/5/2012).

Rencananya, latihan militer gabungan itu digelar pada 2013. Rencana itu akan terus dimatangkan. "Latihan militer trilateral," imbuhnya.

Hartind pun meminta masyarakat tidak khawatir dan berpikir positif terkait latihan itu. Indonesia akan banyak mendapatkan keuntungan dari latihan bersama tersebut.

"Nanti tetap jenderal dari Indonesia yang memegang komando," jelasnya.

Sumber : Detik

AS & China Berebut Tarik Perhatian Militer Indonesia

China telah sepakat ToT Rudal ke Indonesia
JAKARTA-(IDB) : Militer Indonesia ibarat seorang gadis cantik yang tengah diperebutkan. Dan jejaka ganteng yang coba menggaet perhatian tak lain dua negara, yakni China dan Amerika Serikat (AS). Karenanya, posisi Indonesia pun menjadi penting di tingkat regional Asia Pasifik.

"Indonesia itu cewek cantik, dan 2 cowok ganteng China dan AS. Karena negara kita bebas aktif, jadi kita pacarin keduanya," kata Jubir Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin saat temu wartawan di kantornya Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (8/5/2012).

Bisa dikatakan, saat ini dua kekuatan yang tengah berebut pengaruh di kawasan China Selatan yakni AS dan China. Posisi Indonesia dengan segala potensinya sangat menguntungkan, dan tentu akan sangat bermanfaat untuk dirangkul.

Tidak heran, kalau kemudian bantuan datang menawarkan kerjasama. Misal AS mengajak latihan militer bersama. Demikian juga memberikan bantuan 12 radar untuk di Selat Malaka.
 
Amrika hibah 12 radar maritim ke Indonesia
"Pada prinsipnya kedaulatan tidak apa-apa, yang penting bantuan peralatan. Kalau orang tidak boleh," imbuhnya.

Sedang China juga terus melakukan pendekatan. Bahkan sedang dijajaki pemberian bantuan peralatan kepada militer Indonesia.

"Sepertinya kapal patroli ya," tambahnya.

Hartind kembali menegaskan, Indonesia menerima dengan tangan terbuka setiap bantuan yang ada. Tentu sesuai dengan azas politik Indonesia, bebas aktif.

Sumber : Detik