Pages

Jumat, Maret 30, 2012

Danpasmar-1 Lepas Keberangkatan Satgasmar Ambalat

SURABAYA-(IDB) : Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara melepas keberangkatan prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Ambalat XIV di lapangan Apel Yonif-5 Marinir, Ujung, Surabaya, Kamis, (29/3).

Dalam amanatnya didepan 130 prajurit, Komandan Pasmar-1 mengatakan sejak tujuh tahun yang lalu, Korps Marinir mendapat kepercayaan dan kehormatan dari TNI dan pemerintah RI untuk melaksanakan penugasan di Ambalat, Kalimantan Timur.


Satgas ambalat merupakan penugasan yang tidak ringan, lanjutnya, karena selain harus mengamankan areal blok Ambalat yang sedang diklaim oleh negara tetangga, juga sebagai Satgas aju TNI AL yang berada di blok Ambalat untuk siap digeser sebagai pasukan pertama yang akan menghadapi konflik dengan negara tetangga, sekaligus sebagai satuan barisan terdepan dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Untuk itu tugas ini perlu disiapkan serius, mulai dari personel dan materialnya, selain itu seluruh anggota satgas dituntut untuk memiliki mental, fisik, loyalitas dan pengabdian yang tinggi dengan didukung pengetahuan teknik, taktik, intelijen lawan, geografi dan demografi lokal sehingga setiap anggota satgas dapat mengerti dan memahami tugas pokok yang akan dilaksanakan di daerah penugasan. “Tugas ini penuh dengan tantangan dan resiko yang tinggi, selain harus siap 1x24 jam untuk digeser ke titik rawan, juga yang paling berbahaya adalah melawan kejenuhan dan pengendalian diri sendiri selama penugasan,” tegas orang nomor satu di jajaran Pasmar-1 itu.


Selain itu, Komandan Pasmar-1 juga mengharapkan agar seluruh anggota Satgasmar Ambalat XIV selalu menjaga stamina, mental kejuangan dan loyalitas agar kehormatan dan kepercayaan yang diberikan oleh negara dapat dilaksanakan dengan baik demi mengharumkan Korps Marinir, TNI AL, TNI, bangsa dan negara.


Yang tidak kalah pentingnya yaitu agar Satuan Tugas Ambalat XIV ini dapat bekerja sama dengan jajaran Satuan Tugas yang lain, seperti Polri, TNI dan masyarakat.


Dalam kesempatan tersebut Komandan Pasmar-1 memberikan beberapa hal yang harus dipedomani oleh seluruh anggota Satgasmar Ambalat XIV dalam melaksanakan penugasan antara lain agar menggunakan prosedur tetap (Protap) yang benar pada setiap gerakan dan kegiatan sehingga meminimalkan kerugian personel maupun material serta memahami dan menguasai pengetahuan tentang batas negara, UU imigrasi dan bea cukai dan konvensi Wina 1963.


Turut hadir dalam kesempatan itu Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir Dedi Suhendar, Danbrigif-1 Mar Kolonel Marinir Amir Faisol, Danmenart-1 Mar Kolonel Marinir Markos, Danmenkav-1 Mar Kolonel Marinir Sarjito, Danmenbanpur-1 Mar Kolonel Marinir Nurri A. Jatmika, para Asisten Kaspasmar-1 dan pejabat teras dijajaran Pasmar-1.

Sumber : Kormar

Satkopaska Koarmatim Latihan Tempur Di Guam (AS)

SURABAYA-(IDB) : Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim mengikuti latihan tempur dengan US. Navy SEALs dengan sandi Flash Iron 12-02, di Guam Amerika Serikat, sebuah pulau yang berada di Samudera Pasifik. 

Satkopaska Koarmatim yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Latma Flash Iron 12-01 JCET (Joint Combine Exercise Training), diberangkatkan oleh Pangarmabar Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan di Lapangan Arafuru Mako Koarmabar, Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, belum lama ini, Kamis (22/03).

Satkopaska Koarmatim menerjunkan satu tim pasukan terdiri dari 12 personel yang dipimpin langsung oleh Komandan Satuan (Dansat) Kopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandagho. Selanjutnya Tim Satkopaska Koarmatim bergabung dengan Tim dari Satkopaska Koarmabar bersama-sama dalam satgas Latma Flas Iron 12-01 di markas Naval Special Warfare Unit (NSWU)-1 Guam (AS). Rencananya Latma Flash Iron 12-01 dilaksanakan selama 23 hari mulai tanggal 24 Maret sampai 16 April 2012 di Guam (AS).

Materi latihan meliputi beberapa aspek pertempuran diantaranya penerjunan udara (Military Free Fall), pertempuran diruang tertutup (Close quarters combat), peperangan laut menggunakan kedaraan air cepat (Maritime Craft Areal Delivery System), penyelam tempur (Combat Diving) dan manufer lapangan (Final Training Exercise). Bertindak sebagai Dansatgas Flash Iron 12-01 JCET Kolonel Laut (P) R. Eko Suyatno yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Dansatkopaska Koarmabar.

Latihan bersama Flash Iron merupakan program latihan yang rutin dilaksanakan oleh Kopaska TNI Angkatan Laut dan US Navy SEALs dua kali dalam setahun. Penyelenggaraan latihan tersebut merupakan wujud kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat khususnya dalam bidang militer.

Gladi tempur antara Kopaska TNI AL dan US. Navy SEALs bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapsiagaan Satkopaska tentang doktrin taktis dan teknis peperangan laut khusus (Naval Special Warfare). Dari latihan bersama tersebut diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas serta kerjasama Kopaska TNI Angkatan Laut dan US Navy Seals. Selain itu juga untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan baik. 

Sumber : Koarmatim

Pangarmatim Tinjau Glagaspur III di Puslatlekdalsen

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kwasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum meninjau Tactical Game (simulasi peperangan di laut) Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III (L3) di ASTT Pusat Latihan Elektronika dan Pengendalian Senjata (Puslatlekdalsen) Kobangdikal, Kamis (29/3). Turut mendampingi, Asops Pangarmatim, para Komandan Satuan Kapal dan Komandan Unsur yang terlibat dalam latihan ini.

Latihan yang direncanakan mulai tanggal 2 April hingga 6 April mendatang tersebut, akan melibatkan 13 kapal perang dari berbagai jenis dan type. Disamping unsur laut, juga melibatkan pesawat Cassa dan dua buah helikopter jenis Bolko. Dalam latihan ini, bertindak sebagai Komandan Satuan Tugas (Satgas) Kolonel Laut (P) Yudo Margono, yang sehari-hari menjabat Komandan Satuan Kapal Eskorta Koarmatim.

Dikatakan Pangarmatim, bahwa latihan ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut dalam mengawaki dan menggunakan peralatan tempur. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai, yaitu agar setiap prajurit mampu melaksanakan peperangan dan pertahanan dalam tugas tempur laut yang meliputi peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan air, Pertahanan Udara, prosedur komunikasi taktis, dan pembekalan di laut.

“Disamping itu, para prajurit Koarmatim diharapkan mampu melaksanakan peperangan dengan melibatkan beberapa unsur udara dalam formasi tugas tempur laut serta mampu mengaplikasikan pelajaran teori kepelautan serta pengenalan doktrin-doktrin peperangan laut,”tegas Pangarmatim.

Sementara itu, daerah latihan meliputi Pangkalan Surabaya, Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), Laut Jawa, Pulau Gundul, kemudian kembali ke Pangkalan Surabaya.

Sumber : Koarmatim

Wamenhan Periksa Pesawat Hercules Usai Perawatan Di USA


wamenhan-sub

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Syamsoedin beserta rombongan didampingi Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI A. Adang Supriyadi, SE; melakukan pengecekan langsung  pesawat  Hercules C-130 A-1323, di Skadron Udara 31 Wing 1 Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, yang belum lama ini tiba kembali di Indonesia setelah menjalani perawatan total di Oklahoma, Amerika Serikat.
 
Pesawat Hercules tersebut tiba kembali di Indonesia pada tanggal 17 Februari 2012 yang diawaki langsung oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Eko Sudjatmiko selaku Captain-Pilot bersama tujuh belas awak pesawat dari TNI Angkatan Udara. Didukung oleh empat personel dari pihak  ARINC,  AS.

Pesawat tersebut diserahkan secara resmi pada  hari Jumat (24/2) dari Pemerintah Amerika yang diwakili Duta Besar AS untuk RI Mr. Scot Marciel kepada pemerintah Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi, di Ruang VIP Suma 2 Base-Ops Lanud Halim Perdanakusuma.

Sumber : Poskota

Serbia Ingin Perdalam Kerjasama Industri Pertahanan Dengan Indonesia

M-84 MBT Serbia
JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis (29/3), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Serbia untuk Indonesia HE Jovan Jovanovic, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kunjungannya kali ini adalah untuk menindaklanjuti MoU antara Kemhan RI dan Serbia dalam bidang Pertahanan yang telah ditandatangani antara kedua Menteri Pertahanan tahun lalu.
 
Wamenhan menjelaskan bahwa untuk menindaklanjuti MoU kerjasama pertahanan kedua negara, perlu diadakan pertemuan Kementerian Pertahanan kedua negara untuk melihat kemungkinan aktifitas kerjasama apa saja yang dapat dilakukan, dikembangkan dan aktifitas kerjasama lainnya yang masih dalam koridor pertahanan. Sedangkan mengenai tawaran pengadaan alutsista produksi Serbia, Wamenhan menyerahkan kebutuhan tersebut kepada pengguna dalam hal ini TNI AD.

Sementara itu Dubes Jovan Jovanovic mengatakan bahwa kerjasama yang ingin diperdalam adalah dalam bidang industri pertahanan yang selama ini sudah terjalin sejak tahun 2004. Terutama alutsista yang digunakan oleh TNI AD khususnya artileri. Dubes Serbia juga berharap kerjasama pertahanan kedua negara ditingkatkan dalam bidang pertukaran pendidikan antara perwira terutama bagi yang bertugas di bidang kesehatan.

Saat menerima kunjungan kehormatan Dubes Serbia untuk Indonesia, Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin dan Direktur Kerjasama Internasional Ditjen Strategi Pertahanan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus.

Sumber : DMC

TNI AU Laksanakan Patroli Terkoordinasi " Petir Malindo/12 "

MEDAN-(IDB) : Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas III) Medan, gelar Operasi Pertahanan Udara (Hanud) bersama dengan National Air Difence Operation Centre (NADOC) Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) dengan sandi “Petir Malindo/12”, dilaksanakan mulai tanggal 28-29 Maret 2012 dan sebagai Home Base Lanud Medan, Sumatera Utara dan Butterworth, Malaysia.

Kolenel Pnb Yuyu Sutisna, SE., selaku Panglima Kosekhanudnas III mengatakan Operasi Hanud Petir Malindo ini bersifat operasi sepanjang tahun, dengan tujuan agar didapati kesamaan pengertian dan cara bertindak dalam melaksanakan Operasi Hanud dengan dasar kesepakatan kerja sama kedua negara dalam pertahanan udara, dengan mengadakan patroli terkoordinasi (Patkor) terhadap sasaran tidak dikenal di wilayah udara perbatasan kedua negara khususnya di atas wilayah Selat Malaka.


Unsur-unsur kesiapan pendukung dalam tercapainya operasi latihan Petir Malindo 12, melibatkan kesatuan Kosekhanudnas III Medan dengan Sektor Operation Center (SOC) I Butterworth, dan unsur Hanud
satu flight pesawat tempur sergap Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, satuan radar (Satrad) jajaran Kosekhanudnas III, Helikopter Colibri sebagai SAR dari kompi A dan kompi B dari Paskhas dan pendukung angkutan pesawat C-130 Hercules serta Lanud Medan sebagai pusat Operasi Patroli Pertahanan Udara terkoordinasi.
 
Patroli Hanud terkoordinasi dengan sandi Petir Malindo/12 sasaran yang akan dicapai antara lain, melaksanakan pertukaran informasi situasi udara diwilayah udara Selat Malaka, pengamatan udara dengan mengoperasikan satuan radar dibawah jajaran Kosekhanudnas III, Pengendalian Operasi Hanud Terkoordinasi Petir Malindo/12.

Latihan Hanud Petir Malindo 12, merupakan pelaksanaan program kerja, guna menghadapi kontijensi permasalahan yang mungkin timbul di wilayah perbatasan kedua negara Malaysia dan Indonesia pada masa ke depan, dengan
saling memberikan atau tukar informasi atas pengindraan wilayah udara antara Posek III Medan dengan SOC I Butterworth, dalam pelaksanaan patroli udara terkoordinasi.

Disamping itu, guna menjaga hubungan kerja sama yang selama ini telah terbina dengan baik dan untuk meningkatkan kemampuan personel dalam kesiapan operasi Hanud Terkoordinasi. 

Sumber : TNI AU

Koarmatim Siapkan Atlet Menembak

SURABAYA-(IDB) : Untuk meraih prestasi cabang olah raga menembak, personel Koarmatim melaksanakan latihan menembak di Lapangan Tembak Koarmatim Ujung Surabaya, Selasa (27/03). Latihan menembak menggunakan beberapa jenis senjata yaitu senjata laras panjang jenis SS-2 V1, AK-47, M-16 dan senjata laras pendek jenis Pistol G-2 Pindad serta Pistol Sigsawer

Ada 12 atlet menembak yang mengikuti latihan menembak Pistol terdiri dari 4 orang berpangkat Perwira Menengah (Pamen), 3 Pama, 4 Bintara dan 1 Kowal.

Latihan meliputi dua teknik, yaitu menembak Slow dan Rapid dengan jarak 20 meter menggunakan senjata jenis Pistol Sigsawer.  Waktu yang digunakan untuk menembak Slow adalah 3 menit dengan amonisi sebanyak 10 butir. Sedangkan menembak Rapid, waktu yang digunakan  62 detik dengan amonisi 10 butir. Para atlet dituntut untuk membidik sasaran dengan cepat dan tepat sesuai perhitungan waktu yang telah ditentukan. Selain itu mereka harus dapat menjatuhkan target berupa plat baja yang ada dihadapan mereka.

Dalam melaksanakan latihan tersebut, atlet menembak Koarmatim didampingi  pelatih Pelda Mes Puji Santoso yang sehari-hari berdinas di Staf Operasi (Sops) Detasemen Markas Koamndo (Denmako) Koarmatim. Rencananya ke-12 atlet tersebut akan mewakili Koarmatim dalam iven perlombaan menembak Pistol Slow dan Rapid antar Koatama TNI AL di Kodikmar Surabaya tanggal 12 April 2012 yang akan datang. Perlombaan tersebut akan digelar oleh Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) dalam rangka memperingati Hari Pendidikan TNI AL yang ke-66.

Latihan menembak di Koarmatim bukan hanya untuk tujuan olah raga saja, namun salah satu latihan latihan tempur yang wajib diikuti oleh personel militer mulai dari perwira, bintara dan tamtama. Bagi personel yang berpangkat bintara dan tamtama menggunakan senjata laras panjang, sedangkan untuk perwira menggunakn senjata laras pendek (Pistol). Pagi itu, sebanyak 69 personel dari Satuan Kapal Selam (Satsel) dan Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim melaksanakan latihan menembak menggukan senjata organik kapal, yaitu AK-47 dan M-16.

Meskipun sudah mahir menggunakan senjata organik tersebut, prajurit Koarmatim tetap memperhatikan dan melaksanakan setiap tahapan yang harus dilaksanakan dalam menembak. Untuk menembak dengan senjata laras panjang berjarak 100 meter menggunkan amonisi kaliber 5,56mm dan kaliber 7,62mm. Kemampuan tempur prajurit Koarmatim diuji dengan tiga posisi menembak, yaitu posisi berdiri, jongkok dan tiarap.

Ditempat yang sama, dua personel Satuan Koamndo Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim juga mengikuti latihan yang sama. Namun mereka menggunakan senjata tambahan yaitu jenis (ArcticWarfare) AW kaliber 7,62mm. Senjata tersebut merupakan senapan yang digunakan untuk penembak jitu (Sniper) yang memilki jangkauan hingga 3 kilo meter. Keberadaan penembak jitu atau sniper di lingkungan Kopaska sangat dibutuhkan. Hal itu diperlukan guna mendukung tugas yang diemban Satkopaska Koarmatim dalam menyelenggarakan peperangan laut khusus.

Sumber : Koarmatim

Kemhan : Drone AS Bukan Ancaman

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia tidak mempermasalahkan rencana penempatan pesawat pengintai jarak jauh (drone) Amerika Serikat di Australia. Penambahan kekuatan militer itu dinilai bukan ancaman bagi kedaulatan Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menegaskan, penempatan drone AS di Kepulauan Cocos, Australia, tidak berpengaruh pada Indonesia. Meski secara jarak berdekatan, hal tersebut bukan berarti kedaulatan bangsa terancam. ”Itu merupakan keputusan diplomatik antara Australia dan AS. Karena berada di luar wilayah RI, tentu bukan hak kita untuk campur tangan.

Tidak ada pengaruhnya itu,” kata Asrin di Jakarta kemarin Rencana penambahan kekuatan militer AS di Australia bukan sekali terjadi.Sebelumnya negara adidaya itu berencana menempatkan personel marinir di Darwin.Ketika itu, Indonesia juga merespons dengan menyatakan rencana tersebut bukan sebuah ancaman bagi kedaulatan RI. Kendati demikian,Asrin sepakat perlu ada peningkatan kekuatan intelijen untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

”Itu memang demikian. Intelijen harus selalu waspada,”sebut dia. Australia merespons positif rencana AS menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan militer.Menurut Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith,Kepulauan Cocos merupakan opsi jangka panjang dalam kedekatan Washington dan Canberra. “Tapi,Cocos bukan tempat ideal saat ini. Kita akan melakukan beberapa hal seperti peningkatan fasilitas dan infrastruktur, khususnya lapangan terbang,”ujarnya kepada ABC.

Menurut dia, biaya pembangunan fasilitas itu menelan anggaran sekitar 75 juta—100 juta dolar Australia (Rp689,43—919,24 miliar). Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengingatkan intelijen untuk lebih waspada dan mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman dari luar. Sebab, dengan Australia mengizinkan AS menggunakan wilayahnya untuk pengoperasian drone, posisi Indonesia semakin terawasi oleh negara Paman Sam itu. ”Pengintaiannya memang menggunakan sistem penginderaan jarak jauh, jadi kita sulit memprotesnya.

Tapi,jauh sebelum inipun AS sudah melakukan pengintaian melalui satelit angkasa,” kata Hasanuddin di Gedung DPR. Menurut dia, selama peralatan tersebut terpasang di luar wilayah teritorial Indonesia, tak ada aturan yang dilanggar. ”Dan ini bukan masalah. Hanya kita menjadi terbuka diawasi mereka,”ujarnya. Australia mengklaim, penambahan kekuatan militer AS adalah bagian misi perdamaian.

Namun oleh banyak kalangan langkah itu dianggap sebagai upaya nyata meningkatkan kehadiran AS di Asia Pasifik. Dipastikan, upaya itu membuat khawatir China. Peneliti dari Akademi Ilmu Sosial di China Fan Jishe mengungkapkan, cukup sulit memprediksi rencana AS untuk memantau Laut China Selatan dengan pesawat tanpa awak. Padahal,pangkalan AS di Guam telah melaksanakan peran pemantauan itu.

“Apalagi, China juga tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer di wilayah ini.Posisi Australia sangat sulit karena sebagai sekutu utama AS dan mitra dagang terbesar China,” kata Jishe dikutip People Daily,kemarin. Dalam pandangan Fu Mengzi,peneliti hubungan ASChina di Institut Kajian Hubungan Internasional Kontemporer, peningkatan jumlah militer AS tidak menguntungkan bagi perdamaian. Untuk saat itu, kata dia, tidak ada ketegangan di antara kekuatan besar di Asia Pasifik. 

Sumber : Sindo

Indonesia Protes Pangkalan AS di Pulau Cocos

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia mengirim nota protes kepada Pemerintah Australia dan Amerika Serikat serta meminta penjelasan tentang rencana pembangunan pangkalan militer AS di Australia.

Pangkalan militer AS yang akan dibangun kabarnya akan ditempatkan di Pulau Cocos, yang hanya berjarak sekitar 3.000 kilometer sebelah barat daya Jakarta.

Menurut rencana, Amerika Serikat akan menempatkan pesawat-pesawat intai tak berawak di pangkalan itu.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind Asrin mengatakan, untuk menghindari kesalahpahaman, sebaiknya Pemerintah Australia dan AS segera menjelaskan tujuan pembangunan pangkalan itu.

"Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia," kata Asrin seperti dikutip Reuters.

Asrin menambahkan, upaya untuk memperjelas masalah ini didasarkan pada keinginan menjaga hubungan baik dan rasa saling percaya antara Indonesia, Australia, dan AS.

"Tujuan utama kami adalah menghindarkan adanya salah paham dan salah kalkulasi di lapangan," ujar dia.

Sebelumnya, Rabu (28/3/2012), Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith mengatakan, kemungkinan AS menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai pangkalan militer AS.

Namun, rencana ini tidak menjadi perhatian utama dan tidak menjadi bagian rencana besar penguatan hubungan militer antara Canberra dan Washington.

"Kami menilai Cocos sebagai lokasi yang bernilai strategis untuk jangka panjang," kata Smith.

Sementara itu, harian The Washington Post menyatakan, Amerika Serikat tertarik menggunakan Pulau Cocos sebagai pangkalan pesawat-pesawat intai dalam melakukan pengawasan di Kepulauan Spratly yang diperebutkan sejumlah negara.

Menurut Washington Post, Amerika Serikat menilai Pulau Cocos tak hanya ideal untuk pangkalan pesawat-pesawat tempur berawak, tetapi juga untuk pesawat-pesawat tak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.

Apalagi, Angkatan Laut AS kini tengah mengembangkan Global Hawk model terbaru yang disebut pesawat intai kawasan maritim luas (BAMS) yang dijadwalkan beroperasi pada 2015.

Keuntungan AS

Kementerian Pertahanan Indonesia belum menganggap pesawat-pesawat intai itu merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia.

"Namun, jika kami mendapati satu pesawat itu memasuki wilayah Indonesia tanpa izin, angkatan udara kami akan melakukan pencegatan," tutur Asrin.

Namun, pengamat masalah militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, mengatakan, Amerika Serikat sudah merencanakan penguatan pengaruh mereka di Asia Pasifik sejak lama.

Itulah sebabnya Amerika Serikat mendirikan pangkalan-pangkalan militer di Guam, Darwin, dan Singapura.

"Tak bisa dihindari lagi wilayah Indonesia akan dimasuki karena pesawat-pesawat pengintai AS ini sangat sulit dilacak dan mereka memiliki kemampuan melakukan pengintaian tanpa henti," kata Andi.

Dia menambahkan, AS memiliki keuntungan hukum jika suatu saat mereka melintasi wilayah Indonesia karena Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB tahun 1982 tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Kondisi ini memungkinkan AS menembus wilayah abu-abu Indonesia, seperti Kepulauan Natuna, yang berdekatan dengan lokasi Kepulauan Spratly. 

Sumber : Kompas

Polandia Ingin Ganti 250 Armada Heli Era Soviet

WARSAWA-(IDB) : Pemerintah Polandia mengumumkan pembukaan tender pengadaan 26 helikopter multifungsi untuk angkatan bersenjatanya, Kamis (29/3/2012). Tender-tender serupa akan terus dibuka dalam beberapa tahun mendatang, guna meremajakan armada helikopter negara tersebut.

"Tender itu dibuka hari ini," tutur Menteri Pertahanan Polandia, Tomasz Siemoniak.
Menurut Siemoniak, tender ini adalah langkah pertama bagi tentara Polandia untuk mengganti total 250 unit helikopter dari era Uni Soviet. Polandia adalah bekas negara komunis Blok Timur pada era Perang Dingin, yang kemudian bergabung dengan NATO pada 1999 dan dengan Uni Eropa pada 2004.
Tender pengadaan 26 helikopter tentara ini diperkirakan bernilai sekitar 480 juta dollar AS-960 juta dollar AS (Rp 4,4 triliun-Rp 8,8 triliun). Media setempat memberitakan, pihak angkatan bersenjata Polandia menginginkan heli-heli baru itu dibuat di Polandia sendiri.
Dua produsen heli ternama yang diduga kuat akan menjadi favorit pemenang tender adalah perusahaan patungan Inggris-Italia, AgustaWestland, dan pabrikan heli asal AS, Sikorsky Aircraft. Kedua perusahaan itu sudah memiliki fasilitas produksi helikopter di Polandia.
AgustaWestland dua tahun lalu membeli perusahaan produsen heli asal Polandia, PZL Swidnik, yang selama ini memproduksi helikopter W-3 Sokol. Heli tersebut dipakai luas di Polandia untuk misi SAR, pemadam kebakaran, transportasi sipil, dan keperluan militer. Sokol juga telah diekspor ke Republik Ceko, Filipina, dan Korea Selatan.
AgustaWestland berencana memproduksi heli-heli rancangannya, yakni AW 109, AW 119, dan AW 139 di fasilitas produksi PZL Swidnik di bagian selatan Polandia. Selain itu, perusahaan tersebut juga akan memproduksi suku cadang untuk heli model AW 101.
Sementara itu, Sikorsky juga telah memulai produksi versi baru heli Black Hawk S70i, yang akan dijual khusus untuk pasar heli militer di luar AS, di pabrik PZL Mielec. Perusahaan dirgantara Polandia itu diakuisisi Sikorsky sejak 2007. 

Sumber : Kompas

DPR Mengakui Tidak Mempunyai Kapasitas Teknik Pengadaan Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR tidak mempunyai kapasitas yang memadai untuk mampu mengawasi pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Hal itu diutarakan oleh anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Helmi Fauzi, dalam diskusi di kantor Human Right Working Group (HRWG) di Jakarta, Rabu (28/3).


"Jika membahas sampai detail spesifikasinya, kita memang tidak punya kapasitas. Kualitas anggota DPR menyangkut hal-hal yang teknis itu ada keterbatasan. Siapa pun anggota DPR-nya tidak mungkin mampu untuk benar-benar paham. Misalnya pesawat F16, itu ada blok-bloknya dan spesifikasi khusus. Mustahil paham jika bukan benar-benar ahlinya," kata Helmi.


Selain itu, Helmi juga mengatakan Komisi I sering kali hanya dijadikan 'tukang cap stempel' oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dalam pengadaan alutsista.


"Kita sering dikejutkan ketika Kemenhan datang dengan kontrak yang ternyata sudah ditandatangani. Padahal dibahas saja belum. Kita tidak pernah diikutkan dari awal," katanya lagi.


Seperti diketahui, beberapa hari lalu Komisi I membahas proses pengadaan alutsista dengan Kemenhan, khususnya untuk pengadaan enam unit Sukhoi. Rapat kerja terkesan tidak komprehensif dan anggota DPR hanya mengulang-ulang pertanyaan yang telah ditanyakan sebelumnya. Kemenhan pun menolak membuka performance invoice pengadaan sukhoi atas dasar kerahasiaan negara.


"Hal-hal teknis terkait pengawasan menjadi sangat rumit karena tidak semua orang paham. Kemenhan pun tidak mau membuka kontrak. Yang bisa kita lakukan hanya menyesuaikan proses pengadaan sesuai dengan renstra (rencana strategi), postur dan proyeksi keamanan kita," tandasnya. 

Sumber : MediaIndonesia

Biaya Total F-35 Bisa Mencapai 1,45 Triliun Dollar AS

WASHINGTON DC-(IDB) : Departemen Pertahanan AS memperkirakan biaya total untuk pengembangan, pembelian, dan operasi pesawat tempur F-35 Lightning II akan mencapai 1,45 triliun dollar AS (Rp 13,26 kuadriliun) pada periode hingga 50 tahun ke depan. Ini adalah perkiraan biaya terbaru dari proyek pengembangan senjata termahal dalam sejarah Pentagon tersebut.

Dokumen perkiraan biaya terbaru, yang dikeluarkan kantor Evaluasi Program Penaksiran Biaya (CAPE) Pentagon, ini, diperoleh kantor berita Reuters, Rabu (28/3/2012) waktu Washington DC. Dokumen tersebut menurut rencana akan diserahkan ke Kongres AS hari Kamis (29/3/2012) ini.

Menurut dokumen CAPE tersebut, rincian biaya tersebut meliputi biaya operasional dan perawatan sebesar 1,11 triliun dollar AS dan biaya pengembangan dan pembelian yang mencapai 332 miliar dollar AS. Semuanya dihitung dengan memasukkan proyeksi laju inflasi di AS untuk 50 tahun ke depan.

Komponen inflasi tersebut mencapai sepertiga dari jumlah total biaya. Namun, para pejabat militer dan eksekutif industri pertahanan menyatakan, hampir tidak mungkin memprediksi laju inflasi hingga lebih dari setengah abad ke depan.

Perkiraan biaya terbaru F-35 tersebut menggambarkan kerumitan program Joint Strike Figter (JSF) untuk pengembangan pesawat tempur generasi kelima tersebut. Selama ini, program JSF sudah dihadapkan pada berbagai masalah teknis dan pembengkakan biaya, yang berujung pada penundaan produksi dan ancaman pembatalan pesanan, bahkan dari negara-negara mitra program tersebut.

Pekan lalu, Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS sudah memperkirakan biaya pengembangan dan pembelian pesawat tersebut untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Bersenjata AS mencapai 397 miliar dollar AS, atau naik 15 miliar dollar AS dari perkiraan sebelumnya sebesar 382 miliar dollar AS.

Bisa lebih tinggi

Pentagon berencana membeli 2.443 unit F-35 dalam tiga varian untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Udara (menggantikan armada F-16 Fighting Falcon dan A-10 Thunderbolt II), Angkatan Laut (menggantikan armada F/A-18A, B, C, dan D), dan Korps Marinir (menggantikan armada AV8-B Harrier II).

Namun, Dephan AS tersebut sudah menyatakan akan menunda pemesanan 179 unit pesawat berkemampuan stealth itu untuk lima tahun ke depan, guna menghemat anggaran pertahanan AS sebesar 15,1 miliar dollar AS.

Penundaan pembelian itu juga untuk menghindari biaya perbaikan yang lebih besar apabila hasil uji coba pesawat tersebut tidak memenuhi harapan. Saat ini, uji coba F-35 baru selesai sekitar 20 persen.

Dengan perkiraan biaya terbaru ini, harga per unit F-35 menjadi 135 juta dollar AS (Rp 1,24 triliun) ditambah harga mesin buatan Pratt & Whitney sebesar 26 juta dollar AS (Rp238,3 miliar) untuk satu unit pesawat.

Pengamat militer Winslow Wheeler memprediksi, biaya sesungguhnya untuk mengembangkan, mengoperasikan, dan perawatan F-35 bisa lebih tinggi dari perkiraan terbaru Pentagon ini, mengingat kerumitan program pengembangan pesawat tersebut. F-35 dirancang untuk menggantikan fungsi dan peran sedikitnya tujuh pesawat tempur dengan berbagai spesifikasi dan misi berbeda yang sebelumnya diandalkan militer AS dan sekutu-sekutunya.

Sebaliknya, pihak Lockheed Martin, sebagai kontraktor utama JSF, masih optimistis bahwa pada akhirnya, biaya perawatan dan operasional F-35 bisa setara atau malah lebih kecil daripada biaya tujuh pesawat yang akan digantikannya.

Selain AS, ada delapan negara mitra JSF yang sudah berkomitmen membeli dan mengoperasikan F-35, yakni Kanada, Inggris, Belanda, Denmark, Norwegia, Turki, Italia, dan Australia. Namun, jumlah pesanan mereka sudah turun, dari awalnya 730 unit menjadi 697 unit.

Tiga negara lain yang juga berniat membeli pesawat ini adalah Israel, Singapura dan Jepang. 

Sumber : Kompas