Pages

Sabtu, Maret 10, 2012

Kapal Perang India Kelas Destroyer Sandar Di Makassar

MAKASSAR-(IDB) : Kapal perang milik Angkatan Laut India D 53 INS RANJIT bersandar di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, yang langsung disambut upacara oleh sejumlah personel Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar, Sabtu.

Selama tiga hari, kapal perang bertipe kelas perusak (destroyer) sepanjang 147 meter, lebar 15.8 meter, dan bobot 4.974 ton itu akan berada di Pelabuhan Makassar.

"Selama tiga hari kami di Makassar, akan melakukan kunjungan ke tempat wisata terdekat, selain untuk memenuhi bekal ulang logistik," kata Kapten Punit Chadda yang menakhodai INS RANJIT.

Adapun jumlah ABK kapal perang andalan India ini tercatat sebanyak 320 orang. Para ABK tersebut secara bergantian akan berkeliling dan menikmati keindahan Kota Makassar.

Salah satu lokasi yang akan dikunjungi yang tak jauh dari Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, adalah Benteng Rotterdam.

Benteng yang memiliki nilai historis tinggi tersebut, erat kaitannnya dengan perjuangan prakemerdekaan dalam melawan pemerintah kolonial Belanda dan sekutunya, termasuk perjuangan melawan pemerintah portugis yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Indonesia.

Sumber : Antara

Kualitas Produksi PT. DI Berstandar Internasional

BANDUNG-(IDB) : Kepercayaan Pemerintah Korea Selatan terhadap produk PT Dirgantara Indonesia merupakan sinyalemen yang baik untuk meningkatkan hubungan Korea Selatan dengan Indonesia. Hal itu dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat serah terima pesawat CN235/MPA (Maritime Patrol Aircraft) kepada Korean Coast Guard (KCG) di Hanggar CN-235 PT Dirgantara di Bandung, Jumat (9/3).

"Pemerintah berharap kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan bisa diperdalam lagi. Penyerahan pesawat ini menjadi titik awal," kata Sjafrie. Selain Sjafrie, hadir pula Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun, Direktur Utama PT Dirgantara Budi Santoso, anggota Komisi I DPR Tritamtomo dan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Young-Sun.


Menurut Sjafrie, pesawat CN-235/MPA merupakan versi terbaru produksi PT Dirgantara dengan spesialisasi patroli maritim. Pesawat dilengkapi radar untuk mendeteksi kapal-kapal di perairan.


"Versi MPA saat ini menjadi unggulan dan tren, terutama bagi negara yang memiliki wilayah perairan. Produk PT Dirgantara tidak kalah dengan produk pesawat terbang dari negara lain yang sejenis. PT Dirgantara telah memenuhi syarat sebagai perusahaan internasional. Tolok ukurnya kualitas, delivery dan rights," ujarnya.

 
Duta Besar Korea Selatan Kim Young-Sun mengatakan, pihaknya berharap dapat memperdalam kerja sama dengan Indonesia. "Bukan hanya pada jual-beli pesawat, tapi hingga kemitraan strategis. Korea Selatan memandang penting Indonesia sebagai mitra," katanya.

Selain empat unit pesawat untuk kebutuhan KCG, PT Dirgantara menjual 8 unit pesawat jenis CN-235 ke Angkatan Udara Korea Selatan (Republic of Korea Air Force), masing-masing enam buah dengan konfigurasi paratroop, satu unit dengan konfigurasi VIP dan satunya lagi dengan konfigurasi VVIP.


"Total sudah 12 pesawat buatan kami dipakai Korea Selatan," kata Budi Santoso. Kendati begitu, pasar CN-235 di Korea Selatan masih cukup potensial. "Saya lihat Korea Selatan masih membutuhkan banyak pesawat jenis ini. Kami sudah mengajukan lagi tawaran, semoga diterima," katanya.


Anggota Komisi I DPR Tritamtomo mengatakan, ke depan pemerintah wajib membeli alutsista dari dalam negeri yang mampu diproduksi PT Dirgantara, PT Pindad, maupun PT PAL. "Pemerintah harus mendukung industri pertahanan dalam negeri," kata Tritamtomo.

PT. DI Berharap Korea Selatan Menambah Pesanan Pesawat CN-235

PT Dirgantara Indonesia (DI) telah telah menyerahkan sebanyak delapan unit pesawat CN-235 kepada pihak Angkatan Udara Korea Selatan (Republic of Korea Air Force). Jumlahnya masing-masing enam buah dengan konfigurasi paratroop, satu unit dengan konfigurasi VIP dan satunya lagi dengan konfigurasi VVIP.

"Total sudah 12 pesawat buatan kami dipakai Korea Selatan," terang Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, Jumat (9/3) di Bandara Husein Sastranegara, Bandung.

Budi menjelaskan, potensi pasar CN235 di Korea Selatan masih sangat bagus dan PTDI mengharapkan masih akan mendapatkan lagi pesanan berikutnya. "Kami sudah mengajukan lagi tawaran dan semoga diterima," katanya.

Anggota Komisi I DPR Tritamtomo mendukung langkah kemajuan PT DI yang semakin diakui dunia. Dia menyebut, ke depannya pemerintah wajib membeli alutsista dari dalam negeri yang mampu diproduksi PT DI, PT Pindad, maupun PT PAL. Menurutnya, pemerintah harus mendukung industri pertahanan dalam negeri ke depannya.  

Sumber : Metrotvnews

Pekan Depan Kemhan-DPR Adakan Rapat Konsultasi Bahas Polemik Beberapa Pengadaan Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Pekan depan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) akan menggelar rapat konsultasi dengan Komisi I DPR RI membahas polemik yang beredar di masyarakat terkait pengadaan alutsista.

"Bukan pemanggilan, tapi rapat konsultasi untuk membahas pengadaan alutsista. Dengan adanya rapat konsultasi ini, kita harap semua polemik yang beredar di masyarakat terkait dugaan mark-up itu bisa reda," kata Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kemenhan Brigjen TNI Hartind Asrin, di Bandung, Jumat (9/3).


Menurut Hartind, pihaknya belum mengetahui secara pasti kapan rapat konsultasi ini bakal digelar.


"Yang jelas pekan depan," katanya.


Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP Tritamtomo mengatakan rapat konsultasi ini akan digelar secara terbuka sesegera mungkin. Menurutnya, Komisi I terutama mengharapkan kehadiran anggota High Level Comittee (HLC) yang diketuai Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin dalam rapat tersebut.


"Karena sesuai dengan instruksi Presiden, Wamenhan-lah yang punya wewenang dalam pengadaan alutsista. Untuk itu, Komisi I akan meminta konfirmasi kepada HLC dan Wamenhan," katanya.


Ditambahkan Tritamtomo, selain membahas mekanisme pengadaan alutsista secara rinci, secara khusus Komisi I juga akan mempertanyakan dugaan adanya mark up dalam pembelian enam pesawat Sukhoi SU-30MK2 dalam proyek pengadaan alutsista TNI AU.


"Untuk menjawab kesimpangsiuran yang selama ini berkembang di masyarakat terkait pengadaan Sukhoi ini. Semua tentunya akan terjawab setelah rapat konsultasi dengan Kemenhan nanti," katanya. 

Sumber : MediaIndonesia

Update : Tidak Ada Rencana TNI AU Akuisisi F-5 Taiwan

JAKARTA-(IDB) : Terkait adanya pemberitaan TNI AU tertarik dengan rencana Taiwan yang akan menghibahkan pesawat tempur F-5 E/F Tiger II, Kadispen TNI AU, Marsma TNI Azman Yunus membantah adanya rencana tersebut.

“Kita tidak ada program F-5 dari Taiwan,” jelas Azman Yunus melalui pesan singkat kepada itoday, Jum’at (9/3).

F-5 E/F Tiger II adalah pesawat tempur buatan Northrop Grumman, Amerika Serikat (AS), yang mulai dikembangkan sejak dekade 1960-an.

Pesawat tempur yang dikenal dengan sebutan “needle fighter” ini, termasuk pesawat sukses dalam hal penjualan dan performanya, walau AS sendiri tidak menggunakan F-5 di jajaran tempur utamanya.

Sebagai pesawat tempur interceptor/pencegat, F-5 E/F Tiger II mampu menggotong senjata seperti, dua meriam kaliber 20 mm Pontiac M39A2, berbagai jenis rudal seperti AIM-7 Sparrow, AIM-9 Sidewinder, AGM-65 Maverick dan AIM-120 AMRAAM. Dan persenjataan jenis bom, seperti, M129 Leaflet, bom Mk82, bom Mk84 dan bom cluster CBU-24/49/52/58.

Indonesia sendiri sudah menggunakan pesawat tempur ini sejak 1980, lewat program Foreign Military Sales (FMS), dan pernah mengalami peningkatan kemampuan di 1995, lewat program Modernize of Avionics Capabilities for Armament & Navigation (MACAN) oleh SABCA, Belgia.

Kini setelah berumur 22 tahun, TNI AU berencana kembali meningkatkan kemampuan pesawat tempur mungil ini, dengan menggandeng PT. Infoglobal Teknologi Semesta, dimana rencananya perusahaan asal Surabaya ini akan meningkatkan kemampuan avionik sang Macan TNI AU, agar bisa bertugas hingga 2020.

Sumber : Itoday