Pages

Selasa, Februari 21, 2012

Israel Sulit Dan Beresiko Lakukan Serangan Udara Ke Iran



NEW YORK-(IDB) : Israel akan sangat sulit untuk melakukan sebuah serangan udara terhadap beberapa instalasi nuklir Iran, kata sejumlah pejabat pertahanan AS dan pengamat militer, seperti dilaporkan harian New York Times, Selasa (21/2/2012).

Pasalnya, begitu Israel memutuskan untuk menyerang Iran, para pilotnya harus terbang menempuh jarak lebih dari 1.600 kilometer, menyeberangi wilayah udara sejumlah negara yang tidak bersahabat, mengisi bahan bakar di udara, menghadapi pertahanan udara Iran, menyerang sejumlah tempat secara bersamaan, dan menggunakan sedikitnya 100 pesawat.

Sejumlah pejabat pertahanan AS dan pengamat militer yang dekat dengan Pentagon mengatakan, serangan Israel yang bertujuan untuk menghancurkan program nuklir Iran akan menjadi sebuah operasi besar dan sangat kompleks. Mereka menggambarkan, serangan itu akan berbeda jauh dari serangan Israel terhadap sebuah reaktor nuklir Suriah tahun 2007 dan reaktor Osirak Irak tahun 1981.

New York Times mengutip pernyataan Letnan Jenderal David Deptula, yang tahun lalu pensiun sebagai pejabat senior intelijen Angkatan Udara AS dan dulu merencanakan serangan udara AS tahun 2001 di Afganistan dan Perang Teluk 1991. Deptula menegaskan, sebuah serangan udara Israel terhadap Iran tidak akan mudah dilakukan.

Spekulasi bahwa Israel mungkin akan menyerang Iran telah berkembang dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan ketegangan antara kedua negara yang meningkat. Iran menuding Israel atas serangkaian pembunuhan terhadap sejumlah ilmuwan nuklirnya. Sebaliknya, Israel menuduh Iran berada di balik serangkaian ledakan bom pada pekan lalu yang tampaknya menyasar para diplomatnya di Georgia, India, dan Thailand.

Dalam suasana yang makin mengkhawatirkan itu, penasihat keamanan nasional AS, Thomas Donilon, bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di Yerusalem, hari Minggu. Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Martin Dempsey, melalui CNN sebelumnya memperingatkan bahwa serangan Israel terhadap Iran sekarang ini akan menimbulkan "destabilisasi". Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, juga mengatakan kepada BBC bahwa menyerang Iran bukan "hal yang bijaksana" bagi Israel "saat ini".

Sementara itu, seorang juru bicara Israel di Washington mengatakan, negara Yahudi itu terus mendorong sanksi lebih keras terhadap Iran. Ia menegaskan, Israel, seperti halnya Amerika Serikat, "tetap menempatkan semua pilihan di atas meja".

Prihal kemungkinan rencana serangan Israel telah menjadi sumber perdebatan di Washington, kata New York Times. Sejumlah pengamat mempertanyakan apakah Israel punya kemampuan militer jika hal itu dilakukan. Salah satu ketakutan adalah bahwa AS akan terjerumus untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Michael Hayden, yang menjadi direktur CIA tahun 2006 hingga 2009, bulan lalu mengatakan, serangan udara untuk merusak secara serius program nuklir Iran "berada di luar kapasitas" Israel.

Karena Israel ingin menyerang empat lokasi nuklir utama Iran, yaitu fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan Fordo, reaktor air di Arak dan pembangkit yellowcake-conversion di Isfahan, maka menurut para analis militer, masalah pertama adalah bagaimana menuju ke sana. Ada tiga rute potensial: rute utara via Turki, rute selatan melalui Arab Saudi atau  rute tengah melewati Yordania dan Irak.

Rute via Irak akan menjadi yang paling langsung dan paling mungkin, kata para pengamat pertahanan, karena Irak tidak memiliki pertahanan udara dan AS, setelah menarik diri pada Desember, tidak lagi memiliki kewajiban untuk membela langit Irak. Dengan asumsi Yordania akan memberi toleransi terhadap penerbangan lintas perbatasan oleh Israel, masalah berikutnya adalah jarak. Israel memiliki jet tempur F-15I dan F-16i rakitan AS yang dapat membawa bom ke sasaran. Namun jangkauan jet-jet itu terbatas, tidak sanggup mencapai jarak 3.200 kilometer pergi-pulang.

Rintangan beart lainnya adalah persediaan bom Israel yang mampu menembus fasilitas di Natanz dan Fordo, yang dibangun di dalam sebuah gunung. Dengan asumsi tidak menggunakan perangkat nuklir, Israel punya bom penghancur bunker GBU-28 seberat 2.200-kilogram buatan AS yang dapat merusak target tersebut, meskipun tidak jelas seberapa jauh bom bisa menjangkau sasaran yang berada di dalam perut gunung.

"Hanya ada satu negara adidaya di dunia yang dapat melakukan ini," kata Jenderal Deptula. 

Sumber : Kompas

Rudal C-705 Andalan Armada KCR TNI AL Dan Cikal Bakal Rudal Anti Kapal Nasional

RC705-(IDB) : Beberapa waktu yang lalu Menhan meresmikan pengoperasian KCR Kujang 642 dan segera memperkuat Armada Kawasan Barat (Armabar) TNI AL , tak lain adalah kapal perang kedua buatan dalam negeri dibangun di PT. Palindo Marine, Batam. 

Meski termasuk dalam armada kapal patroli berukuran kecil, KRI Kujang sama seperti pendahulunya KRI Clurit mempunyai kemampuan yang cukup menggetarkan. Dengan panjang kapal 43 meter, Kujang dipersenjatai kanon kaliber 30 mm, meriam anjungan 20 mm, dan rudal anti kapal C-705.

Jenis senjata yang terakhir disebut, C-705, yang menjadikan KRI Kujang dan pendahulunya Clurit  spesial dibanding kapal cepat TNI AL lainnya. Sebagai pengingat, jenis KCR FPB-57 baru dipasangi rudal anti kapal C-802, setelah diluncurkan versi FPB-57 NAV-V. Seperti halnya C-802, rudal C-705 juga dibuat di Cina oleh pabrik China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC). C-705 merupakan keluarga seri rudal C-70X, rudal ini merupakan pengembangan dari rudal C-704.
Rudal C-704
Sosok rudal ini masih terbilang baru, pertama kali dimunculkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow ke-7 tahun 2008. Dibanding generasi sebelumnya, C-705 hadir dengan beberapa peningkatan, seperti pada elemen mesin, hulu ledak, dan sistem pemandu. Hingga kini, sumber informasi tentang spesifikasi teknis pada rudal ini masih terbatas, yang jelas C-705 dirancang sebagai rudal yang menawarkan efisiensi dalam operasionalnya. Secara umum bisa dikatakan spesifikasinya berada diatas C-704, tapi masih dibawah C-802.

C-705 mempunyai jangkauan tembak antara 75-80 Km tanpa roket booster, sedangkan bila ditambahkan roket booster jangkauan bisa terdongkrak hingga 170 Km. Dilihat dari jangkauannya, C-705 bisa disebut pula sebagai rudal lintas cakrawala (over the horizon). Untuk urusan kecepatan, meski tak diketahui persis informasi kecepatan luncurnya, banyak disebutkan C-705 masuk dalam kategori rudal high sub sonic. Tentang bobot rudal juga tak ada keterangan pasti, tapi bobot hulu ledak rudal ini mencapai 110 Kg HVDT-H high explosive, lebih ringan ketimbang hulu ledak C-802, yang 165 Kg High Explosive.

Jangkauan C-705 dapat ditingkatkan dengan roket booster
Dengan bobot hulu ledak 110 Kg, C-705 dipersiapkan untuk mengkandaskan kapal perang lawan yang berbobot hingga 1.500 ton.Daya hancur yang dihasilkannya bisa mencapai 95,7%, ideal untuk menenggelamkan kapal. Konfigurasi rudal pun di-setting pas untuk dipasangkan pada platform kapal patroli dengan bobot antara 50 – 500 ton. Armada KCR TNI AL sendiri memiliki bobot 250 ton, pada KRI Kujang dan Clurit terlihat hanya membawa 2 unit C-705 dalam sekali jalan. 

Sebagaimana rudal anti kapal modern, C-705 mempunyai kemampuan sea skimming, yakni terbang rendah diatas permukaan laut, untuk C-705 batas terbawah mampu terbang 12,5 meter dari atas permukaan laut. Dengan terbang rendah, menjadikan sosok rudal ini sulit terdeteksi oleh radar. Untuk urusan pemandu, lagi-lagi tak ada informasi yang spesifik, tapi beberapa literatur menyebut C-705 mengkombinasikan sistem pemandu dari radar, infrared, GPS (Global Positioning Systems), GLONASS (Global Navigation Satellite Systes), dan TV. 

Menurut penilaian para pengambil kebijakan C-705 sangat pas untuk dipasang pada beberapa kapal patroli TNI AL yang kini belum dilengkapi rudal anti kapal, seperti pada jajaran FPB-57. Lainnya seperti kapal cepat TNI AL yang baru diterima secara hibah dari Brunei Darussalam, yakni KRI Badau (642) dan KRI Salawaku (643). Kedua kapal cepat tersebut sejatinya masuk kategori KCR, tapi sayang dalam paket hibahnya, tidak disertakan rudal MM-38 Exocet. Dilihat dari jenis dan ukuran, antara KRI Badau dan KRI Clurit tak beda jauh.

Embrio Rudal Anti Kapal Nasional?
 
Hingga kini Indonesia belum berhasil menciptakan rudal anti kapal buatan dalam negeri. Hal ini didasarkan atas ajakan Jenderal Guo Boxiong, Wakil Ketua Komisi Militer Tiongkok, dalam kunjungannya ke Jakarta tahun yang lalu.

Boxiong menawarkan kerjasama pembuatan rudal C-705, mengingat sebelumnya TNI AL sudah menggunakan rudal buatan Cina, C-802. 
Ajakan tersebut lalu ditanggapi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, menteri mengatakan, “kita menawarkan adanya joint production peralatan senjata, salah satunya membuat rudal bersama. Mereka mempunya teknologi yang luar biasa, kita berharap bisa belajar dan berbagi pengalaman.”
 


Mantappp...!!!




Spesifikasi C-705

Negara pembuat : Cina
Bobot rudal :
Diameter :
Hulu ledak : 110 Kg HVDT-H high explosive
Mesin : motor roket
Propellant : solid fuel
Kecepatan : High sub sonic
Jangakauan : 75 – 80 Km
Pemandu : Radar/TV/Infrared
Platform peluncuran : truck, kapal perang, dan pesawat tempur. 

Sumber : IDB

Armada KCR TNI AL Akan Dipersenjatai Rudal Produk Bersama Indonesia China

Tampilan buritan KRI Clurit, tampak 2 unit tabung peluncur C-705
JAKARTA-(IDB) : Kapal Cepat Rudal (KCR) TNI Angkatan Laut akan dipersenjatai dengan peluru kendali C-705 yang akan diproduksi bersama Pemerintah Indonesia dan China.

Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Soemartono di Jakarta, Senin (20/2), mengatakan saat ini kedua pemerintah tengah menjajaki produksi bersama peluru kendali tersebut. "Kami sudah melakukan uji coba terhadap rudal C-705 sebanyak dua kali, dan hasilnya sangat bagus untuk melengkapi persenjataan KCR-KCR TNI Angkatan Laut," ungkapnya.


Soemartono mengemukakan sebelumnya TNI Angkatan Laut pernah menggunakan rudal buatan China C-802 untuk mempersenjatai beberapa kapal kelas van speijk dan kapal patroli cepat.


"Namun, jarak jangkaunya masih kurang dibandingkan C-705 yang bisa mencapai 100 km lebih, dengan tingkat akurasi yang baik," ujarnya menambahkan.


Karena itu, kedepan untuk kapal-kapal cepat berpeluru kendali TNI Angkatan Laut akan menggunakan C-705, kata Soemartono menegaskan. TNI Angkatan Laut kini tengah memiliki dua unit KCR yakni KRI Clurit dan KRI Kujang. "Kami telah memesan 40 unit KCR untuk ditempatkan di beberapa wilayah laut Indonesia yang rawan kejahatan laut," ungkapnya. Saat ini, Kementerian Pertahanan sedang menyusun rencana terkait dengan proses alih  teknologi peluru kendali C-705.


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam kunjungan kerjanya ke China awal pekan ini juga mengunjungi Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705 yang akan dibeli TNI Angkatan Laut disertai proses alih teknologi.


Selama di China, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan China, Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.


Tak hanya itu, Menhan juga meninjau perusahaan roket dan peluru kendali China ALIT (Aerospace Long March International Trade and Co Ltd).

Indonesia Siap ToT Berbagai Rudal Dengan China

Rudal CM-802AKG, rudal udara ke darat
BEIJING-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama pejabat lainnya melakukan kunjungan ke Cina pada 19-21 Februari dalam rangka memenuhi undangan Menteri Pertahanan Cina Jenderal Liang Guanglie.
 
"Segera setelah mendarat di Beijing, pada hari pertama Menhan melakukan kunjungan, menggelar diskusi, serta meninjau dua kompleks industri pertahanan Cina yang terkait dengan produksi peluru kendali," tulis siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing yang diterima Republika, Senin (20/2).

Dalam kunjungan dinas tersebut, Purnomo didampingi oleh Wakil KSAL Lakdsya TNI Marsetio, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, Kabaranahan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, serta Karo TU Kemhan Laksmana TNI Yuhastiar.

Di akhir pertemuan tersebut, dicapai kesepakatan untuk kerja sama industri pertahanan, yang meliputi alih teknologi yang diharapkan menguntungkan kedua negara.

"Kerja sama industri pertahanan tersebut terkait dengan produksi peluru kendali darat ke darat (ground to ground), darat ke udara (ground to air), serta udara ke darat (air to ground)," kata siaran pers itu.

Delegasi Kemhan hari ini dijadwalkan melakukan pertemuan dan perundingan dengan Menhan Cina Jenderal Liang Guanglie, kemudian bertukar pikiran dengan salah satu lembaga riset/ produksi industri pertahanan terkemuka lainnya di Cina.

Pertemuan lain yang merupakan bagian dari kunjungan itu adalah pertemuan dengan Wakil Kepala Komite Sentral Militer Cina, Jenderal Guo Boxiong, yang merupakan orang pertama di Angkatan Perang China (PLA).

Punomo dijadwalkan mengakhiri kunjungannya dengan menemui Wakil Perdama Menteri Li Keqiang, Selasa (21/2). Wakil Perdana Menteri Li Keqiang merupakan kandidat kuat Perdana Menteri Cina berikutnya.

Sebelum bertolak ke Negeri Tirai Bambu, pada pekan lalu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro telah meresmikan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642, di Dermaga Batu Ampar Kota Batam yang merupakan hasil karya putera-puteri Indonesia.

Sumber : Republika

Update : Setali Tiga Uang, China Sepakat Alih Teknologi Rudal Ke Indonesia

BEIJING-(IDB) : China menyepakati kerja sama dalam bidang industri pertahanan dengan Indonesia yang bersifat saling menguntungkan, termasuk menyetujui alih teknologi pertahanan yang dikuasai negara tersebut.

Kesepakatan tersebut tercapai dalam pertemuan delegasi Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI dengan Kemenhan China di Beijing, Minggu (19/2/2012). Delegasi Indonesia dipimpin Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan beranggotakan, antara lain, Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Marsetio, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Mayor Jenderal Puguh Santoso, Kepala Badan Sarana Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, dan Kepala Biro Tata Usaha Laksamana Pertama Yuhastiar.

Duta Besar RI untuk Republik Rakyat China Imron Cotan turut mendampingi delegasi Kemenhan RI selama kunjungan tiga hari atas undangan Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie tersebut.

Hari pertama tiba di Beijing, rombongan Purnomo meninjau dua kompleks industri pertahanan China yang menjadi pusat produksi peluru kendali (rudal) darat-ke-darat, darat-ke-udara, dan udara-ke-darat. Setelah kunjungan tersebut, delegasi RI dan RRC sepakat menjalin kerja sama yang bersifat win-win. China sepakat melakukan alih teknologi militernya kepada Indonesia. Tidak dijelaskan lebih lanjut teknologi spesifik di bidang apa yang akan dialihkan ke Indonesia.

Hari Senin (20/2/2012), Purnomo dijadwalkan bertemu dengan mitranya, Menhan Liang Guanglie, sebelum mengadakan diskusi dan tukar pikiran dengan salah satu lembaga riset dan produksi pertahanan China. Setelah itu, rombongan Menhan akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Ketua Komite Sentral Militer China Jenderal Luo Boxiong.

Selasa (21/2/2012), rombongan Kemenhan RI akan diterima oleh Wakil Perdana Menteri China Le Keqiang, yang diduga kuat akan menduduki jabatan Perdana Menteri China pada masa mendatang. 

Sumber : Kompas