Pages

Sabtu, Januari 14, 2012

Empat F-16 Kawal Presiden Yudhoyono Kembali Ke Jakarta

MADIUN-(IDB) : Presiden Susilo Bambang, Sabtu siang, mengakhiri kunjungan kerjanya di Jawa Timur dan kembali ke Jakarta dengan kawalan empat pesawat tempur F-16.

Sekitar pukul 12.00 wib Presiden Yudhoyono beserta rombongan bertolak dari Pangkalan TNI AU Iswahjudi dan menempuh perjalanan lebih kurang 1 jam 10 menit.

Dalam perjalanan kembali menuju Jakarta itu Kepala Negara kembali mendapat pengawalan empat pesawat tempur F-16, sebagaimana ketika melakukan perjalanan dari Malang ke Madiun pada Kamis (12/1).

Keempat pesawat tempur itu unjuk kebolehan dengan terbang mendampingi pesawat boeing 737-800 yang membawa Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, dua di sisi kanan dan dua di sisi kiri.

Dari ketinggian sekitar 22.000 kaki, pilot pesawat tempur F-16 itu mengucapkan selamat jalan kepada Kepala Negara.

"Merupakan satu kehormatan bagi kami, pesawat tempur TNI angkatan Udara untuk melaksanakan tugas escort pesawat Indonesia One," kata pemimpin skuadron tiga, Letkol Penerbang Ali Sudibyo, dari pesawatnya yang diperdengarkan dalam pesawat kepresidenan.

Ia mengatakan bahwa pesawat kepresidenan itu akan meninggalkan kawasan terbatas area Iswahyudi tempat penjaga angkasa bersarang dan menempa diri untuk menghadapi segala ancaman udara.

Sambil mengawal pesawat kepresidenan, para pilot itu menyatakan kesiapan TNI AU untuk menjaga setiap jengkal wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

Para awak F-16 itu kemudian menutup salamnya dengan memberikan hormat kepada Presiden.

Ditemui sebelum menerbangkan F-16, Letkol Penerbang Ali Sudibyo mengatakan bahwa pengamanan orang sangat-sangat penting (VVIP) adalah satu tugas pesawat tempur yang berada dibawah TNI Angkatan Udara.

"Pengawalan hari ini kurang lebih sampai di luar dari Lanud Iswayudi, kurang lebih sampai di Kota Semarang pada ketinggian hingga mencapai 28.000 kaki," katanya. Sebelumnya disebutkan bahwa pengawalan akan dilakukan hingga di atas Kota Cirebon.

Sekalipun tidak ada ancaman, namun menurut Letkol Penerbang Ali Sudibyo, pesawat yang diterbangkannya tetap dilengkapi oleh peluru kendali.

"Apabila ada kemungkinan pelanggaran udara yang masuk ke wilayah kita dan mengganggu dari kegiatan perjalanan Presiden RI, maka kita harus siap mengamankan dan kita harus melakukan pertempuran bila diperlukan," katanya.

Presiden tiba di Madiun pada Jumat petang sekitar pukul 18.30 wib setelah melakukan perjalanan lebih kurang empat jam dari kampung halamannya, Pacitan.

Sekalipun selama perjalanan iring-iringan mobil Presiden hujan cukup deras mengguyur Pacitan, namun antusiasme warga masyarakat untuk melepas rombongan Kepala Negara cukup besar.

Masyarakat sekitar berbaur dengan anak-anak sekolah berdiri di sepanjang jalan perbukitan yang menghubungkan Pacitan dan Ponorogo, di bawah hujan.

Mobil Presiden dan Ibu Ani tampak berjalan lambat untuk memberikan kesempatan pada warga setempat yang telah menanti iring-iringan itu.

Di Pacitan selain melakukan kegiatan internal, Presiden melakukan dialog dengan para pengrajin batik, mendengarkan paparan Gubernur Jawa Timur Soekarwo tentang percepatan pembangunan di provinsi itu serta meninjau Kawasan Rumah Ketahanan Pangan Lestari.

Kunjungan kerja Presiden ke Pacitan merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja empat hari Kepala Negara ke Jawa Timur, 11-14 Januari. Sebelum menuju Pacitan, Presiden membuka sebuah muktamar di Malang.

Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja itu adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menpora Andi Mallarangeng, dan Seskab Dipo Alam. Tampak juga Eddie Baskoro, putra bungsu Susilo Bambang Yudhoyono- Ani Yudhoyono.

Sumber : Antara

Iran Ganggu Dua Kapal Perang AS di Teluk

WASHINGTON-(IDB) : Kapal-kapal cepat Angkatan Laut Iran mengganggu kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dalam dua insiden di Selat Hormuz, kata seorang pejabat senior pertahanan AS. Ia mengonfirmasikan laporan stasiun televisi CNN.

Insiden pertama terjadi saat USS New Orleans, kapal angkut amfibi, sedang berlayar melewati Selat Hormuz menuju Teluk Persia, minggu lalu. Tiga kapal cepat Angkatan Laut Iran mendekat dalam jarak 500 yard ke kapal AS itu, kata pejabat AS yang dikutip CNN.

Insiden kedua melibatkan sebuah kapal Penjaga Pantai AS di lepas pantai Kuwait, yang juga didekati satu kapal cepat Iran. Para pelaut di kapal Penjaga Pantai USCGC Adak melaporkan, mereka melihat orang-orang Iran di kapal cepat itu mengacungkan senapan-senapan serbu AK-47 dan satu senapan mesin berat, kata CNN. "Saya dapat mengonfirmasikan ada beberapa gangguan," kata seorang pejabat senior kepada AFP.

Ketegangan antara AS dan Iran memburuk dalam pekan-pekan belakangan ini saat Barat berusaha memperketat sanksi-sanksi terhadap Iran terkait program nuklirnya dan serangkaian insiden, seperti pembunuhan pakar nuklir Iran, hukuman mati seorang bekas Marinir Amerika kelahiran Iran atas tuduhan sebagai mata-mata CIA (Badan Intelijen Pusat) AS, dan penahanan sebuah pesawat tanpa awak milik AS oleh Iran pada bulan lalu.

Iran menanggapi ancaman-ancaman Barat terhadap embargo minyak dengan ancaman balik berupa penutupan Selat Hormuz, sebuah jalur pelayaran penting bagi pengiriman 20 persen minyak dunia. 

Sumber : Kompas

KSAD : Modernisasi Alutsista Untuk Military Balance

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan, perkembangan ekonomi Indonesia sudah semakin baik, sehingga negara telah mengalokasikan dana senilai Rp 14 triliun bagi TNI AD melaksanakan modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk 3 tahun ke depan.  

"Di mana dalam hal ini lebih dari 20 tahun TNI AD tidak melakukan modernisasi alutsista yang sudah cukup tua usianya. Saya akan manfaatkan dana itu dengan sebaik-baiknya," kata Pramono kepada wartawan usai acara Hari Ulang Tahun (HUT) Dinas Penerangan TNI AD, di Gedung Kartika Media Center, Jakarta, Jumat (13/1).

Dia menjelaskan, modernisasi alutsista ditujukan agar TNI AD dalam penguasaan alutsista, mempunyai kesamaan teknologi dengan militer AD negara-negara tetangga (military balance). Terkait dengan modernisasi itu, TNI AD juga telah melaksanakan reformasi internalnya dengan baik.  


"Modernisasi alutsista bukan untuk meningkatkan persaingan antara negara Asia Tenggara melainkan demi military balance saja. Tidak baik juga kalau dalam latihan gabungan kelas alutsista beda dengan negara lain," jelasnya.

Pramono menyatakan, dalam penggunaan anggara alutsista tidak ada skala prioritas pembelian. "Alokasi dari negara Rp 14 triliun itu untuk semua kebutuhan, tidak ada prioritas. Semuanya paralel, mana yang bisa dikerjakan akan dikerjakan," tegasnya.


Ditambahkannya, modernisasi alutsista akan selesai pada 2014. "Kita harap 2014 selesai. Karena alokasinya sampai di situ," tandasnya.

Sumber : SuaraPembaruan

KSAD Pastikan Pembelian Leopard Sudah Sesuai Kebutuhan

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo memastikan rencana pembelian tank berat Leopard A26 buatan Jerman sudah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan senjata dalam negeri. "Itu teknisnya sudah saya tanyakan kepada ahlinya, yaitu pusat kesenjataan kavaleri," kata Pramono di Kantor Pusat Penerangan Angkatan Darat, Jumat 13 Januari 2012.

KSAD juga memastikan pembelian tank berat Leopard A26 dari Belanda itu akan diikuti dengan transfer teknologi. "Membeli alat harus siap dengan alih teknologi untuk pasukan yang memakainya," ujarnya.

Menurut Pramono, pembelian 100 tank Leopard itu sudah sesuai dengan rencana modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang akan rampung pada 2014. Pemilihan tank berat ini juga untuk mengimbangi negara tetangga yang telah lebih dulu memiliki tank sejenis. Modernisasi ini, dia melanjutkan, tidak untuk meningkatkan persaingan antarnegara yang ada di kawasan. "Hanya mungkin ada yang terkejut, kok, sekarang. Jawabnya, ya, karena kita (baru) punya uang sekarang," ujar Pramono datar.


Agar harga tank bisa lebih murah, pemerintah membelinya melalui kerja sama antarpemerintah, dengan pemerintah Belanda. Anggaran US$ 280 juta yang sudah disiapkan pun cukup untuk membeli seratus tank berdaya tembak 6 kilometer itu. "Prinsipnya, alutsista itu harus memberi kebanggaan dan mendukung kesiapan AD untuk menjalankan tugas pokoknya," Pramono menegaskan.


Lebih jauh disebutkan, selama ini AD belum pernah membeli alutsista dalam jumlah besar. Sebagai contoh, Indonesia saat ini baru memiliki tank ringan AMX13 yang umurnya 50 tahun lebih. Dengan penambahan dana Rp 14 triliun hingga 2014, AD akan terus membeli alutsista baru, bukan hanya tank berat, tapi juga meriam, helikopter, rudal antiserangan udara, dan amunisi.


Mengenai rencana pembelian tank Leopard ini, Wakil Ketua Komisi Pertahanan T.B. Hasanuddin mengatakan Dewan Perwakilan Rakyat akan menolak pembelian karena tank jenis ini dinilai tak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Menurut dia, tank berbobot 60 ton ini akan mubazir karena tidak sesuai dengan kebutuhan TNI AD. "Yang kita butuhkan sesuai dengan renstra itu tank jenis menengah, bukan tank berat seperti ini," ujarnya. Sejumlah anggota Komisi Pertahanan lainnya juga mengkritik rencana penempatan tank yang akan dipusatkan di Jawa.


Menanggapi hal ini, Pramono menjelaskan, pembelian tank berat merupakan upaya AD menciptakan kesetaraan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Myanmar, yang telah lebih dulu memilikinya. Pembelian tank berat oleh AD akan sangat berguna dalam latihan gabungan antarnegara ASEAN. "Selama ini latihan gabungan tidak berjalan sepadan. Mereka punya tank berat, sedangkan kita medium saja belum punya," ujarnya.


Mengenai penempatan tank yang dipusatkan di Jawa, menurut Pramono, semata-mata agar lebih mudah diangkut ke mana saja di wilayah Indonesia. Pasalnya, untuk memindahkan tank tempur itu, diperlukan alat angkut militer yang sampai saat ini baru ada di Jakarta dan Surabaya. KSAD juga meminta masyarakat tidak khawatir akan penyalahgunaan tank oleh AD. Bagaimanapun, tank tempur tidak akan digunakan di daerah padat penduduk. "Prinsipnya, tank hanya akan melawan tank," ujarnya.

Sumber : Tempo

Presiden Akan Tinjau Fasilitas Latihan Terbaru TNI AU

MADIUN-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu (14/1/2012) ini, rencananya mengunjungi fasilitas latihan terbaru milik TNI AU, yakni Air Combat Maneuvering Instrumentation, di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) adalah seperangkat peralatan elekronik yang terintegrasi dengan pesawat udara. Alat ini berfungsi untuk memonitor pergerakan pesawat secara real time dan merekamnya.

Dengan alat itu, Presiden Yudhoyono rencananya akan bisa memantau secara real time empat pesawat tempur F-16 yang dipasangi ACMI. Simulasi gerakan pesawat tempur yang ditampilkan di layar merupakan hasil dari pengolahan data yang diperoleh lewat alat ACMI yang dipasang di sayap.

Melalui ACMI, seorang penerbang tempur dapat dipantau secara presisi latihan terbang yang dilakukannya, baik secara real time maupun dalam bentuk rekaman untuk keperluan briefing.  

Sumber : Kompas

Skuadron Hawk TNI AU Siap 24 Jam Sergap Penyusup

Pesawat Hawk 100-200 TNI AU
SUNGAI RAYA-(IDB) Pesawat tempur Hawk di Skadron Elang Khatulistiwa siap tempur dan menghalau penyusup, sebagaimana pencegatan pesawat Falcon 900 yang ditumpangi Wakil PM Papua Niugini, Belden Namah, November tahun lalu, oleh Shukoi TNI AU.

“Pesawat tempur ini harus standby selama 24 jam. Jika dibutuhkan, dengan cepat pesawat Hawk 100-200 ini akan bergerak,” ungkap Kolonel (Pnb) Kustono SSos, Danlanud Supadio kepada Yuniardi dari Equator di ruang kerjanya, Kamis (12/1).

Skadron Elang Khatulistiwa yang berpangkalan di Lanud Supadio memang disiapkan untuk menjaga kedaulatan NKRI. Dengan pesawat Hawk 100-200, setiap harinya menyiapkan flight pesawat tempur.

Sehingga jika sewaktu-waktu ada pesawat asing tanpa izin melintas masuk ke wilayah udara Indonesia, jajaran Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), dalam hal ini Pos Sektor (Posek) 1, bisa langsung meng-airborne-kan pesawat hawk dari Pontianak untuk mengidentifikasi pesawat asing yang melintas.

“Pesawat hawk ini akan segera diberangkatkan untuk mengidentifikasi. Sedangkan untuk penindakannya, tentu saja semua tergantung perintah dari panglima,” tegas Kustono.

Kesiapan 24 jam, menurutnya, untuk mengidentifikasi dan menyampaikan laporan saja. Apakah itu diusir, dipaksa mendarat, atau yang lainnya, mengingat ada klasifikasi yang harus dilaksanakan.

Tentu saja pihak Lanud Supadio akan berkoordinasi dengan Posek 1 yang ada di Jakarta. Koordinasi dibantu monitoring menggunakan radar sipil yang ada di Angkasa Pura khususnya di wilayah udara Kalimantan Barat dan sekitarnya. Pasalnya TNI AU yang ada di Kalimantan belum memiliki radar.

“Radar sipil yang ada di Angkasa Pura ini sudah terintegentrasi (koneksi) dengan Kohanudnas di Jakarta,” katanya.

Makanya, kendala Lanud Supadio saat ini adalah belum memiliki radar untuk memonitoring wilayah pertahanan udara khususnya di Kalimantan Barat. Untunglah radar sipil milik Angkasa Pura bisa digunakan.

Selain itu, Skadron 1 juga selalu melaksanakan latihan rutin, di antaranya latihan terbang malam. Tujuannya untuk meningkatkan profesional para penerbang dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadi gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah kedaulatan hukum nasional oleh pihak lain.

Sebab, lanjut Danlanud, untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan serta tetap terpeliharanya keahlian terbang, para penerbang tentunya membutuhkan latihan yang berkesinambungan. Terbang dengan kondisi cuaca maupun situasi siang ataupun malam. Dengan begitu para penerbang dapat mengatasi berbagai tantangan tugas yang dihadapi.

“Bagi para penerbang tempur, terbang malam bukan merupakan hal yang luar biasa. Namun perlu untuk pembiasaan terutama pada saat lepas landas dan mendarat yang sangat mengandalkan instrumen yang ada. Di samping visual dengan alat bantu lampu penerangan di dua sisi landasan. Untuk itu para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu,” paparnya.

Tak hanya itu. Menjaga wilayah perbatasan di Kalimantan Barat, Lanud Supadio Pontianak akan diperkuat dengan pesawat tanpa awak. “Pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat. Bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan,” katanya sembari mengatakan kalau pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari.

Sumber : Equator