Pages

Minggu, Januari 08, 2012

AL Rusia Akan Peroleh 10 Kapal Selam Diesel Baru 2020

MOSKOW-(IDB) : Angkatan Laut Rusia akan mendapatkan sekitar sepuluh kapal selam baru bertenaga diesel hingga 2020, kata juru bicara Angkatan Laut kepada Itar-Tass pada Sabtu.

Seiring dengan pembangunan kapal selam nuklir strategis dan serbaguna Rusia, Departemen Pertahanan berencana melakukan perombakan armada kapal selam bertenaga diesel, katanya.

"Sampai tahun 2020, Angkatan Laut Rusia harus mendapatkan delapan atau sepuluh kapal selam bertenaga diesel. Kebanyakan dari mereka diperkirakan akan dikirim ke Armada Laut Hitam," katanya.

Markas besar Angkatan Laut Rusia berharap untuk menggunakan kapal selam bertenaga diesel sebagai komponen penting dalam kelompok angkatan laut di semenanjung dan bagian kepulauan.

"Komponen ini akan diintegrasikan ke dalam sistem manajemen umum dari angkatan bersenjata Rusia. Kapal selam bertenaga diesel akan digunakan di wilayah-wilayah laut, di mana tidak mungkin bisa *menggunakan kapal selam bertenaga nuklir," kata juru bicara itu.

Kapal selam bertenaga diesel dirancang untuk memenuhi perang anti-kapal selam dan misi perang anti-permukaan di laut terbuka dan daerah terlarang.

"Kapal selam diesel yang sedang dibangun akan memiliki kapasitas modernisasi yang sesuai, yang akan memungkinkan untuk kembali melengkapi mereka dengan fasilitas radio baru elektronik dan senjata," katanya dikutip Itar Tass.

Sumber : Antara

Rusia Perbarui Radar di Siberia

MOSKOW-(IDB) : Rusia sedang membangun instalasi radar terbaru kelas Voronezh di dekat kota Irkutsk, Siberia. Radar yang akan beroperasi akhir 2012 tersebut, dibangun untuk menghadapi tantangan strategis baru setelah AS ngotot dengan rencana perisai rudal Eropa.

"Tahun ini satu generasi baru radar akan diaktifkan untuk tugas-tugas tempur. Sekarang belum selesai dibangun, tetapi sudah mulai memasuki tahap uji coba," tutur Kolonel Alexei Zolotukhin, juru bicara pasukan pertahanan rudal Kementerian Pertahanan Rusia, Minggu (8/1/2012).

Radar tersebut akan melengkapi sistem peringatan dini Rusia dan merupakan radar kelas Voronezh keempat yang dipasang di kawasan perbatasan Rusia. Tiga radar kelas Voronezh sebelumnya telah dioperasikan di Lekhtusi dekat St Peterseburg di Rusia barat, Armavir, di kawasan Laut Hitam, Rusia barat daya, dan Pionersky di Kaliningrad, wilayah enklaf Rusia di kawasan Baltik.

Radar kelas Voronezh memiliki berbagai terobosoan serius dalam hal teknologi dibanding radar-radar pendahulu Rusia, yakni kelas Dnepr dan Daryal. Radar yang dipasang di Pionersky, misalnya, memiliki radius pantauan sebesar 6.000 kilometer dan mampu melacak 500 obyek secara simultan.

Irkutsk sendiri terletak di kawasan Siberia, Rusia tengah, yang berada tepat di sebelah utara Mongolia dan China. Dengan radius 6.000 km, radar itu mampu mengawasi potensi ancaman yang datang dari seluruh wilayah China, India, Jepang, Semenanjung Korea, Teluk Persia, dan hampir seluruh Timur Tengah (termasuk Israel), dan Alaska (AS).

Kemenhan Rusia berencana mengganti seluruh sistem radar jarak jauh era Uni Soviet dan menutup kawasan yang masih tak tercakup pantauan radar di seluruh perbatasan Rusia pada 2020. 

Sumber : Kompas

TNI AU Berharap Retrofit Hercules Bisa Dilakukan Di Dalam Negeri

JAKARTA-(IDB) : Markas Besar TNI Angkatan Udara berharap perbaikan pesawat angkut berat Hercules C-130 dapat dilakukan di dalam negeri agar dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam melakukan perbaikan pesawat sejenis. 

"Lebih bagus kalau dikerjakan di Bandung, karena sekaligus dapat meningkatkan kemampuan anggota TNI AU,"kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus di Jakarta, Sabtu (7/1).

Sebelumnya, satu unit pesawat Hercules milik TNI AU dikirim ke Oklahoma Amerika Serikat untuk menjalani pemeliharaan berat dalam Programmed Depot Maintenance di hanggar perusahaan swasta ARINC, di Oklahoma, Amerika Serikat. Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki, direncanakan dua unit Hercules lainnya akan juga diperbaiki.

Menurut Azman, teknisi TNI AU sebenarnya telah memiliki kemampuan untuk memperbaiki pesawat tersebut. Namun begitu, kemampuan tersebut tidak didukung dengan fasilitas dan peralatan yang mendukung. "Sudah mampu memperbaiki, hanya alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau beli, lebih jauh dan lebih mahal, lebih baik kita gunakan orang lain,"terangnya.

Sumber : Jurnas

Konvoi AL Rusia Tiba di Suriah


  

DAMASKUS-(IDB) : Media massa di Suriah, Minggu (8/1/2012) mengabarkan, konvoi kapal perang Rusia yang dipimpin oleh kapal induk Admiral Kuznetsov telah tiba di pelabuhan Tartus, Suriah, sebagai bentuk solidaritas Rusia, salah satu sekutu utama Suriah.

Gugus tempur kapal induk Rusia tersebut akan berada di Tartus, yang menjadi pangkalan perawatan armada AL Rusia sejak era Perang Dingin, selama enam hari. Kantor berita resmi Suriah, SANA, mengutip salah satu perwira AL Rusia Yakushin Vladimir Anatolievich, yang mengatakan kunjungan armada Rusia ini bertujuan meningkatkan kerja sama antara Rusia dan Suriah.

Sebelumnya, surat kabar Al-Watan, yang dekat dengan rezim Presiden Bashar Al-Assad di Suriah, pekan lalu menyebutkan bahwa kapal induk Admiral Kuznetsov didampingi konvoi besar kapal-kapal perang Rusia, termasuk beberapa kapal selam.

Namun, kantor berita Rusia, ITAR-TASS, Jumat lalu menyebutkan hanya ada dua kapal dari konvoi itu yang akan bersandar di Tartus, yakni kapal perusak Admiral Chabanenko dan fregat Yaroslav Mudry. Admiral Kuznetsov sendiri akan tetap berada di perairan Laut Tengah untuk menjalankan latihan.

Kunjungan armada Rusia ini terjadi di saat rezim Assad mendapat tekanan besar dari negara-negara Barat dan Liga Arab terkait penggunaan kekerasan mematikan untuk membubarkan demonstrasi rakyat Suriah.  

Sumber : Kompas

Menghadapi Krisis Selat Hormuz, Inggris Andalkan HMS Daring

Inggris meluncurkan HMS Daring Tipe 45 Destroyer pada 1 Februari 2006. Kapal perang ini berteknologi siluman yang mampu meloloskan diri dari radar lawan.
LONDON-(IDB) : Krisis di Selat Hormuz boleh jadi memanas. Soalnya, Inggris menyiagakan kapal perang paling gres dalam jajaran angkatan lautnya. Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond dalam warta AP dan AFP pada Sabtu (7/1/2012) mengatakan, pihaknya siap memberangkatkan HMS Daring Tipe 45 Destroyer ke selat tersebut.

Kapal perang itu nantinya akan menjadi salah satu tulang punggung sekutu andai Iran jadi menutup selat strategis bagi distribusi minyak dari kawasan Teluk ke Barat.

HMS Daring Tipe 45 Destroyer itu adalah pengganti Tipe 42. Kapal tersebut panjangnya 152,4 meter dengan bobot sekitar 8.000 ton.

Kapal perang tipe ini memiliki kelengkapan siluman yang bisa lolos dari deteksi radar lawan. Kapal ini membawa rudal antipesawat udara Sea Viper. HMS Daring mampu mengangkut 60 orang pasukan.

Selain itu, HMS Daring memiliki dek lebar. Dengan kelengkapan ini, HMS Daring bisa mengangkut helikopter seukuran Chinook.

Sumber : Kompas

TNI AU Gelar Simulasi Intercept Penerbangan Ilegal

Pesawat komersil Pakistan yang dipaksa turun Sukhoi TNI AU beberapa waktu yang lalu
MANADO-(IDB) : Sebuah pesawat komersil asing yang terbang tanpa izin di wilayah Indonesia, dipaksa mendarat oleh dua pesawat tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara dari skuadron tempur Sukhoi Lanud Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

Dua pesawat tempur Sukhoi TNI AU lepas landas dari Lanud Sam Ratulangi, setelah radar mendeteksi adanya sebuah pesawat komersial yang terbang tanpa izin di wilayah Indonesia. Kedua pesawat tempur langsung menyergap dan memaksa pesawat ilegal itu mendarat. Aparat langsung melakukan penggeledahan dan mengamankan dua orang awak pesawat.


Skenario memaksa mendarat sebuah pesawat komersil asing yang terbang tanpa izin ini menjadi simulasi operasi udara skuadron tempur Sukhoi dari Lanud Sam Ratulangi, Sulawesi Utara.


Aksi ini, adalah rangkaian latihan operasi pertahanan udara nasional dengan nama sandi latihan Tetuka. Selain di Sulawesi Utara, latihan serupa juga digelar serentak di Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.


Komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi Letkol Penerbang Jorry Koloay menjelaskan, latihan operasi udara ini dilaksanakan untuk menguji kesiapan dari ancaman negara musuh.


Manado menjadi pusat latihan operasi Tetuka karena wilayah ini berbatasan langsung dengan Filipina dan sebagian wilayah udara Malaysia. Wilayah udara Sulawesi Utara juga menjadi rute penerbangan internasional.

Sumber : Metrotvnews

TNI AU Butuh Lebih Banyak Pesawat Tempur Dari Sekedar MEF Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Kisah intersepsi pesawat asing oleh pesawat TNI Angkatan Udara sudah beberapa kali terjadi. Tahun lalu, tepatnya 7 Maret 2011, sebuah pesawat milik Pakistan International Airlines disergap dua pesawat Sukhoi TNI AU. Pesawat jenis Boeing 737-300 itu kedapatan memasuki kawasan udara Indonesia secara ilegal.

Ketika itu radar Komando Pertahanan Udara Nasional II menangkap sinyal pesawat tak dikenal memasuki wilayah Indonesia sekitar pukul 12.00 Wita. Tak lama kemudian Komandan Pangkalan Udara Hasanuddin Marsekal Pertama Agus Supriatna memerintahkan kedua Sukhoi yang saat itu sedang latihan rutin mencegat dan melakukan identifikasi. Karena tidak ada penjelasan, pesawat milik Pakistan itu dipaksa mendarat di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, untuk diinterogasi dan dilakukan pengecekan terhadap penumpangnya.

Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, T.B. Hasanuddin, menuturkan intersepsi juga pernah dilakukan TNI AU pada Juli 2003. Sekretaris Militer era Presiden Megawati Soekarnoputri itu menceritakan dua pesawat F-16 TNI AU melakukan intersepsi terhadap pesawat F-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Kala itu lima pesawat F-18 Hornet bermanuver hampir selama satu jam di atas perairan Pulau Bawean, Jawa Timur.

Namun Hasanuddin mengungkapkan kelima F-18 Hornet itu tidak dipaksa mendarat. "Waktu itu ada kapal induk mereka yang melintas dan sudah mengantongi izin. Jadi itu tak jadi masalah," ujarnya. Meski demikian, kata dia, kelima pesawat F-18 tersebut memasuki jalur penerbangan internasional, sehingga bisa mengganggu jalur penerbangan dan membahayakan. "Karena bisa membahayakan jalur penerbangan, pesawat F-18 itu diminta kembali ke kapal induknya," ujarnya saat dihubungi kemarin.

Connie Rahakundini Bakrie dalam bukunya, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal, menyebutkan TNI AU idealnya memiliki pesawat tempur penyergap (interceptor) sebanyak 744 unit dan pesawat tempur penyerang (ground attack) 456 unit. Jumlah itu lebih kecil jika dibandingkan dengan kekuatan pesawat tempur angkatan udara menengah di Asia-Pasifik, seperti India (852 unit), Korea Utara (510 unit), dan Korea Selatan (493 unit). Tapi ada baiknya realistis dengan tetap mengacu pada kemampuan keuangan negara.

Sumber : Tempo