Pages

Senin, September 24, 2012

TNI AD Kaji Pengadaan Helikopter Serbu Dari Amerika

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan bahwa TNI Angkatan Darat (AD) masih melakukan kajian terkait rencana pembelian delapan unit helikopter serbu, Apache dari Amerika Serikat.

"Di dalam konteks pembangunan kekuatan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) memang ada heli serbu yang mau dibeli oleh Angkatan Darat. Heli serbu itu bermacam-macam, ada Apache, Black Hawk dan lainnya," katanya di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan hal itu setelah membuka Kejuaraan Terjun Payung Militer pertama atau Dewan Olahraga Militer Internasional (Concil International du Sport Militaire/CISM) dan Kejuaraan Terjun Payung TNI Terbuka 2012 yang diselenggarakan sejak 23 September hingga 30 September 2012 di Halim Perdanakusuma, Jakarta..

Menurut dia, TNI AD sendiri masih mengkaji pilihan antara Apache atau Black Hawk.

"Saya serahkan sepenuhnya kepada TNI AD untuk mengkaji dan menentukan pilihannya karena pembinanya Angkatan Darat, penggunanya memang Panglima TNI," katanya.

"Saya hanya melihat konteks dalam penggunaan ketiga matra apakah bisa kita satukan atau tidak. Kalau semuanya memungkinkan, kita akan lakukan bersama-bersama," katanya juga.

Pemerintah belum menyiapkan langkah apapun terkait rencana pengadaan helikopter serbu Apache dari Amerika Serikat itu.

Pemerintah juga belum pernah melakukan pengajuan resmi untuk membeli alat utama sistem senjata (alutsista) tersebut.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin sebelumnya mengatakan, selama ini memang sudah ada lobi-lobi antara kedua negara terkait kemungkinan pengadaan helikopter serbu Apache itu.

"Sejauh ini Indonesia belum mempersiapkan apa-apa. Kita tunggu surat penawaran resmi dari mereka. Bukan kita yang mengajukan, mereka yang menawarkan. Kita hanya berpesan kalau mau jual Apache, tolong kita diberi tahu," kata Hartind.

Jika surat penawaran tersebut diterima, maka akan ada tim yang dikirim ke Amerika Serikat untuk melakukan pengecekan berbagai hal, seperti spesifikasi teknis helikopter, dan perlengkapan persenjataan.

Tim tersebut berasal dari TNI Angkatan Darat, selaku calon pengguna Apache.

Selanjutnya, tim melakukan pemaparan kepada Mabes TNI untuk kemudian diteruskan ke Kementerian Pertahanan dan dilakukan rapat anggaran.

Sementara itu, pengamat militer Wawan Hari Purwanto menilai, pengadaan delapan unit Helikopter Apache dari Amerika Serikat bakal menambah kekuatan pertahanan Indonesia. Ini karena alutsista TNI yang sudah usang dan tua, sekitar 60-70 tahun.

"Prajurit kita yang terbaik meninggal bukan di pertempuran, tetapi pada saat latihan. Ini disebabkan alutsista kita sudah usang," katanya disela-sela "Exibition Bola Volley Timnas Selection dan Coaching Clinic" Siswa SMA se-Jabodetabek di SMAN 106 Pekayon, Jakarta Timur, Jumat (21/9).

Helikopter Apache merupakan salah satu jenis helikopter jenis serbu yang andal, dan merupakan yang diandalkan militer beberapa negara, termasuk Angkatan Darat Amerika Serikat.



Sumber : Antara

1 komentar:

  1. Kalau alat sudah usang bukan berarti semua anggaran pembelian pesawat dihabiskan untuk import; tapi sebagian dibelanjankan ke PTDI agar terdorong para ahli anak bangsa ini untuk mengembangkan kreativitasnya dengan memproduksi helikopter serang hasil rancangannya. Berapa banyak sih tentara yang gugur kecelakaan akibat pesawat usang? Kok cuma itu alasannya perlunya peremajaan pesawat tapi ngoto mau import yang mahal. Ingat Jendral, kita bukan sedang persiapan perang tapi uang kita yang sedikit, sementara itu ada anak bangsa yang memilki kreativitas (di PTDI) tapi kurang ada dorongan dari pemerintah? Kalau saya sih sebagai rakyat jelata yang bayar pajak (iuran buat negara lho) kepingin uang rakyat itu untuk mendorong kemandirian bangsa ini. Saya yakin bangsa di negara Jiran akan sungkan dengan RI karena kemampuannya kita membuat peswat tempur (meskipun tidak secanggih Apache) dari pada memiliki banyak Apache atau pesawat canggih lainnya tapi boleh beli. Kemampuan ahli kita lho gak kalah sama Iran, India, Turki, Korea Utara. Hayolah Jendral jangan gunakan logika militer Anda (logika yang dinginkan oleh negara pengimpor) untuk menentukan pilhan pembelian pesawat, tapi gunakan logika komprehensif (yang melibatkan berbagai pertimbangan termasuk sosial, ekonomi, dll.)

    BalasHapus