Pages

Kamis, Agustus 23, 2012

Analisis : Lima Tahun Menuju Macan Asia

ANALISIS-(IDB) : Lima tahun itu tidak lama dan lima tahun dari tahun ini sama dengan tahun 2017 saat dimana pertumbuhan dan pertambahan alutsista TNI telah menjadi fakta jelas.  Adalah Presiden Yudhoyono yang memberikan spirit ber alutsista ketika memberikan pengarahan dalam Rapat Koordinasi di Mabes TNI Jakarta tanggal 9 Agustus 2012 di hadapan petinggi Kemhan dan TNI sekalian berbuka puasa bersama, lima tahun lagi kita akan menjadi macan Asia.  Spirit militer yang lain adalah pernyataan orang nomor satu di negeri ini yang menyatakan jangan menggurui Indonesia dalam soal HAM ketika bertransaksi bisnis alutsista karena penjajah adalah pelanggar HAM terbesar.  Negeri yang disindir jelas Belanda karena ketika kita ingin mendapatkan Leopard dengan transaksi jual beli tetapi disangkutkan dengan kondisi HAM di tanah air.
Kalau melihat luasnya teritori negara ini yang harus dijaga maka memperkuat pengawal republik yang bernama TNI itu merupakan sebuah keniscayaan dan rukunnya wajib banget.  Berpuluh tahun  kita hanya bisa menyaksikan  secuil jet tempur yang bernama F16 dan F5E berupaya terbang ala kadarnya sekedar membuktikan nafas angkatan udara masih ada.  Selama itu pula berbagai pelecehan teritori dilakukan oleh mereka yang mengaku bersahabat dengan negeri ini.  Insiden Bawean tahun 2003 ketika konvoy kapal induk AS melintas di laut Jawa, klaim Ambalat dengan provokasi angkatan laut Malaysia tahun 2005, juga pelanggaran udara oleh jet tempur Hornet Australia ketika krisis Timor Timur tahun 1999. Sebagai anak bangsa rasanya kok sesak amat ya menyaksikan burung pengawal kedirgantaraan kita terseok-seok mengibaskan sayapnya dan armada laut kekurangan kapal berkualifikasi striking force.
Heli Bell 412EP sebagian sudah mengisi alutsista TNI 
Lima tahun ke depan ekonomi Indonesia akan melaju secara meyakinkan dengan asumsi ceteris paribus, tidak terjadi pergolakan di Timur Tengah. Prediksi pertumbuhan ekonomi berkisar antara 6,8% sampai dengan 7%.  Kekuatan belanja tahunan (Purchace Power Years) atau yang disebut APBN akan menembus 2.000 trilyun dan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke 14 di dunia, terbesar di ASEAN. Sejalan dengan itu belanja militer diprediksi akan menembus 100 trilyun per tahun. Pada saat yang sama kita sudah memiliki sedikitnya 3 skuadron F16, 2 skuadron Sukhoi, 2 skuadron F5E, 1 skuadron T-50, 1 skuadron Super Tucano, 2 skuadron Hawk.  Sementara kehadiran 50 jet tempur IFX sudah diambang pintu. 
Demikian juga dengan angkatan laut yang sudah memliki 3 armada tempur dengan kekuatan minimal 190 KRI termasuk 5 kapal selam. Tak ketinggalan pula penguasaan teknologi rudal anti kapal dan rudal serang darat yang digelar di wilayah perbatasan sudah menjadi kenyataan.  Angkatan darat sudah dilengkapi dengan ratusan MBT, Heli serang dan rudal arhanud jarak sedang.  Dengan belanja militer sesuai renstra MEF (Minimum Essential Force) pertumbuhan dan pertambahan alutsista akan terus berlanjut menuju kekuatan getar dan gentar.
Howitzer 155 mm Caesar sedang ditunggu kedatangannya
Sejujurnya kita berada dalam perjalanan itu dan kemajuan ekonomi kita sejauh ini memberikan nilai tambah pada sentuhan pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa serta nilai bursa saham yang menjadi indikator penting. Tetapi pertumbuhan dan pertambahan ini tak menjadi perhatian media, utamanya jendela rumah yang bernama layar kaca.  Televisi swasta yang menyandang predikat TV News hanya menampilkan sisi oposisi dan kritik yang melewati batas-batas kepatutan.  Yang disiarkan dan di live kan hanya pendapat mereka yang “dia pikir dia pintar”.   Meminjam sebuah anekdot tentang orang yang kalau botak di depan kepala selalu dianggap pemikir, lalu kalau botaknya di belakang kepala dianggap orang pintar.  Maka kalau botaknya di depan dan di belakang kepala, dia pikir dia pintar.
Namun rakyat sudah mampu memilah mana yang sampah mana yang buah, sehingga kelayakan pendapat dan argumen yang didasarkan sentimen negatif dan politisasi sudah mampu dipilah.  Biar anjing menggonggong, perjalanan pertumbuhan ekonomi jalan terus.  Yang jelas pendapat dan analisis dari lembaga ekonomi dan keuangan internasional misalnya Bank Dunia, IMF dan ADB memberikan nilai plus untuk kemajuan ekonomi RI.  Itu pendapat yang obyektif dan jauh dari bias politisasi untuk keuntungan opini pembenaran.  Bahkan dengan IMF kita mampu menegakkan kepala setelah melunasi utang kepda IMF berkaitan dengan krisis ekonomi 1998, kita mampu memberikan pinjaman US$ 1 milar kepadanya.
Kebutuhan alutsista perlu disesuaikan dengan perkembangan situasi kawasan yang dinamis.  Oleh sebab itu tidak tertutup kemungkinan akan ada kejutan dalam hal pengadaan alutsista strategis kita.  Misalnya kapal selam dan jet tempur.  Sangat terbuka kemungkinan pertambahan paralel dari yang sudah kita pesan seperti yang tersirat dalam pernyataan Menhan Purnomo pertengahan Agustus 2012. Boleh jadi kita akan kembali menambah kapal selam dari jenis lain selain Changbogo atau Sukhoi dari jenis yang terkini teknologinya seperti Su35BM.  Semua tergantung kondisi di lapangan dan yang terpenting adalah ada kemauan dan kemampuan untuk memperolehnya.
UAV pesawat intai yang mengisi skuadron di Pontianak
Spirit beralutsista dalam bingkai semangat kebangsaan perlu selalu didengungkan untuk memberikan kebanggaan dalam berbangsa dan bernegara.  Dalam kondisi kita yang sedang membangun kekuatan militer sesuai renstra MEF, negara tetangga sudah banyak yang berbaik hati dan menyapa dengan tata krama.  Australia berupaya mengambil hati dengan menunjukkan  cara pandang yang berbeda seperti yang ditunjukkan dalam Pitch Black 2012.  Malaysia sudah mulai tahu diri dan bersopan sikap.  Singapura meskipun tak menampakkan mimik kekhawatiran tapi sesungguhya mereka mulai berhitung ulang dalam strategi pertahanan sarang lebahnya.  Belum lagi puluhan negara yang punya industri alutsista berkunjung ke Jakarta untuk menjual senyum mengambil hati dan mengharap dapat order pengadaan alutsista.
Sehubungan dengan itu kita tidak bisa lagi bermain di wilayah inkonsistensi dalam urusan pertahanan negara terutama ketika terjadi pergantian kepemimpinan kenegaraan.  Oleh sebab itu perjalanan pertumbuhan alutsista harus tetap berada dalam barisan yang rapat dan seia sekata untuk terus menambah dan mengembangkan alutsista produk dalam negeri dan joint product disamping beli jadi.  Negeri ini harus punya militer dengan kemampuan berkelahi yang berteknologi tinggi, tidak lagi sekedar masuk dulu baru gebuk, sebelum masuk ya digebuk sekalian, itu yang paling tepat.  Dan kita meyakini satu saat kelak, tak lama lagi milter kita akan memiliki kemampuan pukul dan membanting.
Sebagai bangsa besar dengan teritori luas, kepemilikan milter yang kuat dengan beragam alutsista berteknologi tinggi merupakan salah satu cara untuk mewibawakan kedaulatan NKRI dari gangguan berbagai bentuk. Lebih dari itu dengan kekuatan militer yang andal dan diperhitungkan, menjalankan diplomasi untuk kepentingan nasional dan regional akan menjadi lebih mudah karena kehormatan dan kewibawaan harga diri ada di dalam bingkainya.  Sejauh ini yang sangat membanggakan adalah dukungan mayoritas rakyat Indonesia dan DPR untuk perkuatan milter kita.  Ini mencerminkan nilai kedewasaan dan kebersamaan sikap manakala menyangkut harkat dan martabat bangsa.  Bahwa semangat nasionalis itu masih tetap terjaga ketika berhadapan dengan dinamika kawasan dan pelecehan teritori NKRI


Sumber : Analisis

10 komentar:

  1. rakyat sudah cerdas? masa sih? kalo begitu rakyat bisa nggak jawab ini nggak:

    1. ada berapa orang partai yang punya media pers sendiri?

    2. siapa orang partai itu dan apa TV/korannya?


    "Kalau mau menguasai bangsa, kuasailah pers."

    BalasHapus
  2. Saya setuju dengan penulis sy selalu baca blog ini jujur rasa bangga dan nasionalisme saya muncul terhadap perkembangan TNI.

    Jujur saya sakit hati oleh sebuah Media Swasta yang memberi Julukan "Diambang Negara Gagal"

    yang selalu beriklan seakan dia itu lebih benar dan Pintar.

    BalasHapus
  3. ALVIN2 otak mu di lutut kali ya" gak nyambung...sudah kamu orang pers aja suruh perang'... he'

    BalasHapus
  4. Setuju dengan admin. Jangan mudah ter-agitasi orang2 botak sok pintar antek2 asing!
    NKRI harga mati maka TNI harus kuat.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah dengan perkembangan militer saat ini... namun banyak orang masih salah mengerti tentang Minimum Essencial Force (MEF) atau dengan kata lain Kekuatan Pokok Minimum yang dikaitkan dengan "Modernisasi menuju Macan ASIA 5 thn lg"... Kekuatan Pokok Minimum merupakan kekuatan angkatan bersenjata dalam menghadapi 2 poros ancaman yaitu utara dan selatan...bukan merupakan kekuatan seharusnya yang dimiliki TNI....Tahapan dalam Kekuatan bersenjata dalam menghadapi ancaman ada 3 yaitu Minimun Essensial Force (MEF)/Kekuatan Pokok Minimum, Essensial Force (EF) / Kekuatan Pokok dasar untuk menghadapi 4 ancaman, Maksimum Essensial Force (MaEF) / Kekuatan pokok maksimal untuk menghadapi ancaman dari segala penjuru.... Menjadi Macan Asia apabila kita telah berada di posisi Maksimum Essensial Force yaitu Kekuatan udara, laut dan darat mencapai kekuatan teknologi tertinggi dan jumlah terbanyak (kualitas dan jumlah terbaik) di antara kawasan ASIA.... sekarang kita lihat kualitas dan jumlah kualitas yang dimilikiangkatan udara dan laut, bandingkan dengan kekuatan yang ada di utara dan selatan... apakah program MEF yang kita canangkan sudah memenuhi kualitas dan jumlah sudah optimal...??? Kita beli SU 30 MK2, F - 16 second....KFX nantinya thn 2025, changbogo... PKR 10514.... mampukah menghadapi ..... SU 30 MKM, F 15 SG, F-16 Blok 52 di utara dan F - 35 pada tahun 2015 nantinya punya australia dan singapura, radar aesa milik mereka pada masa kini... dengan keadaan sekarang dan nanti kita tetap berada dibawah mereka karena teknologi dan jumlah tetap tidak bisa menyamai mereka, itupun kita dapat pada tahun 2024... disaat itu mereka sudah mencapai teknologi yang terbaru lagi.... sangat miris dan hanya menjadi IMPIAN buat negara SECOND HAND seperti negara kita....lebih baik sedikit namun teknologi terbaik dari pada banyak namun menjadi santapan empuk dari tenologi tinggi...Yang sangat disayangkan hanya teknologi TNI AD yang mampu nyaingi teknologi mereka dengan mendatangkan MBT Leopard A6, Astross II, Apache/Super Cobra, Meriam Caesar.... Apakah kita harus menunggu dulu musuh mendarat baru kita hantam, apakah kita harus membuat rakyat kita menderita merasakan rudal musuh? Padaha bila AU dan AL kuat...jangankan musuh masuk berpikir nyerang pun tak ada karena kalkulasi tempur kita berada di atas mereka...... demikianlah pikiranku... hapus korupsi dan korupsi alutsista demi menjadi macan asia....merdeka

    BalasHapus
  6. rasa nasionalisme saya muncul dan semakin kuat setelah membaca artikel ini

    BalasHapus
  7. ntuk menjawab itu sangat mudah bagi orang2 yg emang memerhatikan pola2 pemberitaan n' iklan politik dr media tsb....

    BalasHapus
  8. @alvin: yg bnr itu "siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia"..menulis ungkapan aja nggak bnr,,jd jgn sok pinter lw....ni gw jawab sebagian tokoh2 partai tsb..harry tanoe (MNC GROUP, surya pallo (METRO GROUP, abu rizal bakrie (TV ONE n' ANTV)....tokoh2 ini adalah sebagian konglomerat media di Indonesia...btw kalo saya melontarkan pertanyaan kpd anda tentang 9 elemen jurnalistik pun blom bs menjawab (paling googling dl)....toh yg ditulis oleh penulis di atas bnr adanya skrg masyarakat bs menilai sesuai dgn pilihannya...konyol kalo ujung2 budaya kita diklaim ma malingsia n' kita cuma bs protes...ntuk meminimalisi klaim malaysia adalah dgn memiliki pesenjataan yg melebihi negara jiran tsbt baik secara kuantitas n' kualitas....ngerti apa nggak..!!! kalo nggak ngerti sekolah aja dl biar ngerti....!!!!!

    BalasHapus
  9. noh buktinya ARB...ARB...punya 2 stasiun TV tetep aja polingnya paling bawah paling ancur, didunia transparansi saat ini peran internet, jejaring sosial, koran, majalah, dan tentu saingan politik yng mpunya media Televisi tsb sangat berpengaruh

    BalasHapus
  10. Semoga bangsa yang besar ini mencari jati dirinya, menemukan jati dirinya, dan menempatkan apa yang layak bagi keutuhan dirinya

    BalasHapus