TULUNGAGUNG-(IDB) : Menteri Perindustrian, MS Hidayat, dan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Syamsudin meninjau indurtri perlengkapan militer (non-alutsista) yang berada di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Menteri Perindustrian dan Wamenhan tiba di Kecamatan Ngunut sekitar pukul 11.30 WIB, dengan menggunakan helikopter, dan langsung meninjau dua perusahaan pemasok perlengkapan militer yang selama ini menjadi rekanan TNI, yakni PT Goeno dan CV Maju Mapan.
Di dua perusahaan tersebut, kedua pejabat negara itu dengan didampingin sejumlah jajaran dirjen di Kementrian Perindustrian, melakukan survei proses produksi mulai dari tahap perancangan (desain) hingga menjadi barang jadi dan siap edar/jual.
"Kami bersama semua jajaran dirjen di Kementerian Perindustrian dan juga dari Kementerian Pertahanan ingin mengetahui lebih jauh mengenai industri ini, karena ternyata mereka mengawalinya dari usaha kecil," kata M.S. Hidayat.
M.S. Hidayat menilai, produk nonalutsista yang diproduksi di Kabupaten Tulungagung (Kecamatan Ngunut) tergolong memiliki kualitas yang cukup baik dan bisa bersaing dengan produk impor.
Asumsi tersebut mengacu pada hasil produksi mereka yang telah diekspor ke luar negeri, karena telah memenuhi standard NATO. "Dari hasil produksi sebenarnya sudah cukup bagus, namun untuk alat produksinya itu yang lebih menjadi perhatian kita dalam kunjungan ini," katanya.
Mengenai soal alat produksi tersebut, M.S. Hidayat menjelaskan bahwa sebenarnya dari kondisinya masih bagus, namun pihaknya merasa perlu untuk menganalisa mana-mana mesin yang perlu diganti.
Menteri Perindustrian dan Wamenhan tiba di Kecamatan Ngunut sekitar pukul 11.30 WIB, dengan menggunakan helikopter, dan langsung meninjau dua perusahaan pemasok perlengkapan militer yang selama ini menjadi rekanan TNI, yakni PT Goeno dan CV Maju Mapan.
Di dua perusahaan tersebut, kedua pejabat negara itu dengan didampingin sejumlah jajaran dirjen di Kementrian Perindustrian, melakukan survei proses produksi mulai dari tahap perancangan (desain) hingga menjadi barang jadi dan siap edar/jual.
"Kami bersama semua jajaran dirjen di Kementerian Perindustrian dan juga dari Kementerian Pertahanan ingin mengetahui lebih jauh mengenai industri ini, karena ternyata mereka mengawalinya dari usaha kecil," kata M.S. Hidayat.
M.S. Hidayat menilai, produk nonalutsista yang diproduksi di Kabupaten Tulungagung (Kecamatan Ngunut) tergolong memiliki kualitas yang cukup baik dan bisa bersaing dengan produk impor.
Asumsi tersebut mengacu pada hasil produksi mereka yang telah diekspor ke luar negeri, karena telah memenuhi standard NATO. "Dari hasil produksi sebenarnya sudah cukup bagus, namun untuk alat produksinya itu yang lebih menjadi perhatian kita dalam kunjungan ini," katanya.
Mengenai soal alat produksi tersebut, M.S. Hidayat menjelaskan bahwa sebenarnya dari kondisinya masih bagus, namun pihaknya merasa perlu untuk menganalisa mana-mana mesin yang perlu diganti.
Kementrian Perindustrian mengisyaratkan dilakukannya modernisasi peralatan industri non-alutsista guna menghadapi era pasar bebas, sehingga lebih kompetitif.
"Sejauh ini memang mereka sudah mengekspor ke beberapa negara terutama di kasawan Asia Tenggara seperti Kamboja dan juga Timur Tengah, seperti Sudan, Lebanon dan bebeberapa negara lain," terangnya.
M.S. Hidayat berharap agar kedua perusahaan tersebut, maupun industri nonalutsista lain, bisa lebih meningkatkan teknologi produksinya secara mandiri sehingga sewaktu-waktu/kapanpun bisa memasok perkembangan kebutuhan peralatan/perlengkapan militer TNI dan bisa lebih kompetitif.
Dikonfirmasi mengenai kunjungan Menteri Perindustrian dan Wamenhan, Dirut PT Goeno Supriyono Wijaya mengungkapkan bahwa selama ini perusahaannya selalu berusaha memenuhi setiap permintaan kebutuhan peralatan maupun perlengkapan nonalutsista TNI.
PT Goeno dan CV Maju Mapan merupakan contoh perusahaan yang memulai bisnis peralatan TNI dari sektor hulu, yakni dari semula hanya membuat ikat pinggang pada tahun 1980, kini sudah berkembang menjadi industri yang memproduksi aneka kebutuhan non-alutsista TNI, seperti tenda, MCK, tas dan lain sebagainya.
"Kami tetap berupaya untuk bisa lebih baik, jadi ketika beliau-beliau dari kementerian berkenan melihat langsung perusahaan kami, tentu menjadi motivasi tersendiri untuk bisa lebih baik," ujar Supriyono.
"Sejauh ini memang mereka sudah mengekspor ke beberapa negara terutama di kasawan Asia Tenggara seperti Kamboja dan juga Timur Tengah, seperti Sudan, Lebanon dan bebeberapa negara lain," terangnya.
M.S. Hidayat berharap agar kedua perusahaan tersebut, maupun industri nonalutsista lain, bisa lebih meningkatkan teknologi produksinya secara mandiri sehingga sewaktu-waktu/kapanpun bisa memasok perkembangan kebutuhan peralatan/perlengkapan militer TNI dan bisa lebih kompetitif.
Dikonfirmasi mengenai kunjungan Menteri Perindustrian dan Wamenhan, Dirut PT Goeno Supriyono Wijaya mengungkapkan bahwa selama ini perusahaannya selalu berusaha memenuhi setiap permintaan kebutuhan peralatan maupun perlengkapan nonalutsista TNI.
PT Goeno dan CV Maju Mapan merupakan contoh perusahaan yang memulai bisnis peralatan TNI dari sektor hulu, yakni dari semula hanya membuat ikat pinggang pada tahun 1980, kini sudah berkembang menjadi industri yang memproduksi aneka kebutuhan non-alutsista TNI, seperti tenda, MCK, tas dan lain sebagainya.
"Kami tetap berupaya untuk bisa lebih baik, jadi ketika beliau-beliau dari kementerian berkenan melihat langsung perusahaan kami, tentu menjadi motivasi tersendiri untuk bisa lebih baik," ujar Supriyono.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar