JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemhan) masih menghitung biaya upgrade empat unit pesawat Hercules C-130 hibah dari Australia. Maka aneh bila Komisi I DPR sudah menyebut biayanya adalah US$ 60 juta dan itu pun dinilai terlalu mahal.
Demikian kata Menhan Poernomo Yosgiantoro menanggapi Komisi I DPR yang menggugat hibah dari Australia. Dia ditemui wartawan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/7/2012).
"Tanya kembali ke DPR, dari mana bisa keluar US$ 60 juta? Terlalu mahal yang bagaimana? Lha wong tim kita sekarang ini masih inspeksi di sana," gugat Poernomo.
Tim inspeksi yang dia maksud yaitu tim teknis dari TNI AU di Australia. Mereka dikirim untuk memeriksa kondisi dari empat pesawat angkut berat Hercules milik RAAF yang dihibahkan kepada TNI AU buat mengetahui bagian mana sajakah yang perlu diupgrade.
Berdasar laporan dari tim inspeksi tersebut, baru bisa bagian mana yang perlu upgrade dan upgrade menjadi yang bagaimana. Setelah itu dihitung biaya upgradenya dan anggarannya diajukan kepada DPR melalui APBN.
"Tim inspeksi lapor ke KSAU, dari KSAU dibawa ke Mabes TNI lalu Kemenhan. Nanti kita olah soal kemahalan dan sebagainya. Baru setelah itu anggarannya diajukan ke DPR," papar Poernomo tentang prosedur pengangarannya.
"Jadi sabar dulu. DPR minum pil sabar dulu," sarannya.
Merujuk pada laporan TNI AU, dia yakin kondisi empat unit pesawat hibah tersebut masih amat bagus. Meski buatan 1978 tetapi memiliki jam terbang yang rendah dan juga mendapat perawatan rutin yang baik.
"Menurut TNI AU pesawat itu bisa dipakai sampai 15-20 tahun lagi," sambungnya.
Lebih dikatakannya, bila memang anggaran pengadaannya tak lolos tahun ini maka akan diajukan buat 2013. Namun mengingat urgensi pengadaannya pasca keputusan TNI AU tidak menerbangkan lima Fokker 27 miliknya, diusahakan Hercules hibah itu bisa tiba tahun ini.
"Bisa juga dengan pengalihan pos anggaran. Nanti kita lihat," imbuh Poernomo.
Demikian kata Menhan Poernomo Yosgiantoro menanggapi Komisi I DPR yang menggugat hibah dari Australia. Dia ditemui wartawan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/7/2012).
"Tanya kembali ke DPR, dari mana bisa keluar US$ 60 juta? Terlalu mahal yang bagaimana? Lha wong tim kita sekarang ini masih inspeksi di sana," gugat Poernomo.
Tim inspeksi yang dia maksud yaitu tim teknis dari TNI AU di Australia. Mereka dikirim untuk memeriksa kondisi dari empat pesawat angkut berat Hercules milik RAAF yang dihibahkan kepada TNI AU buat mengetahui bagian mana sajakah yang perlu diupgrade.
Berdasar laporan dari tim inspeksi tersebut, baru bisa bagian mana yang perlu upgrade dan upgrade menjadi yang bagaimana. Setelah itu dihitung biaya upgradenya dan anggarannya diajukan kepada DPR melalui APBN.
"Tim inspeksi lapor ke KSAU, dari KSAU dibawa ke Mabes TNI lalu Kemenhan. Nanti kita olah soal kemahalan dan sebagainya. Baru setelah itu anggarannya diajukan ke DPR," papar Poernomo tentang prosedur pengangarannya.
"Jadi sabar dulu. DPR minum pil sabar dulu," sarannya.
Merujuk pada laporan TNI AU, dia yakin kondisi empat unit pesawat hibah tersebut masih amat bagus. Meski buatan 1978 tetapi memiliki jam terbang yang rendah dan juga mendapat perawatan rutin yang baik.
"Menurut TNI AU pesawat itu bisa dipakai sampai 15-20 tahun lagi," sambungnya.
Lebih dikatakannya, bila memang anggaran pengadaannya tak lolos tahun ini maka akan diajukan buat 2013. Namun mengingat urgensi pengadaannya pasca keputusan TNI AU tidak menerbangkan lima Fokker 27 miliknya, diusahakan Hercules hibah itu bisa tiba tahun ini.
"Bisa juga dengan pengalihan pos anggaran. Nanti kita lihat," imbuh Poernomo.
Sumber : Detik
0 komentar:
Posting Komentar