BEIJING-(IDB) : Salah satu pelaku industri pertahanan nasional China, Aerospace Long-March International Trade Co, Ltd (ALIT), mengatakan industri pertahanan Indonesia masih harus ditingkatkan performanya untuk mendukung tidak saja pembangunan pertahanan tetapi juga ekonomi nasional. "Bangsa yang kuat, dan mampu mensejahterakan rakyatnya tidak saja karena militernya yang kuat tetapi juga karena didukung industri pertahahan dan militer yang kuat," kata Wakil Presiden ALIT Yang Zhong, kepada Antara di Beijing, Senin.
Ditemui saat menerima para perwira siswa Pendidikan Reguler XXXIX Sesko TNI, ia menuturkan industri pertahanan yang kuat tidak saja mendukung militer yang kuat tetapi juga berimbas pada industri komersial lainnya. "Jika industri komersial berkembang maka pertumbuhan ekonomi akan jalan sehingga negara akan kuat baik secara militer, politik, maupun ekonomi," tuturnya.
Zhong menilai kebijakan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk merevitalisasi dan memberdayakan industri pertahanan nasional, sebagai kebijakan yang positif bagi tumbuh kembangnya industri pertahanan Indonesia di masa datang.
"Namun, kebijakan itu harus didukung dengan komitmen dan konsistensi yang kuat sehingga benar-benar berjalan dan efektif bagi industri pertahanan nasional bersangkutan. Dan yang terpenting adalah koordinasi dari masing-masing industri pertahanan harus berjalan, sehingga produk yang dihasilkan dapat sejalan dan sesuai kebutuhan," ujarnya.
ALIT merupakan salah satu industri pertahanan nasional China yang berdiri pada 2010 dengan memfokuskan diri pada ekspor impor peralatan pertahanan, anti terorisme dan anti huru-hara. Namun didukung teknologi kelas dunia dan riset serta pengembangan, manufaktur yang memadai, ALIT akan mengembangkan diri pada industri luar angkasa bersama mitra dari mancanegara.
Dihadapan 39 dosen dan siswa Sesko TNI, ALIT menampilkan berbagai produk peralatan pertahanan seperti bom FT-1 hingga FT-6, sistem senjata rudal baik rudal permukaan ke permukaan (surface-to-surface missiles), permukaan ke udara (surface-to-air missiles), maupun dari udara ke permukaan (air-to-surface missiles), A100 dan A200 long-range Multiple Launch Rocket System (MLRS), dan pesawat tanpa awak CH-3.
Dalam setiap pembelian, ALIT menyertakan pendidikan dan latihan untuk produk dimaksud, alih teknologi, termasuk riset serta pengembangan bersama.
Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk China merangkap Mongolia, Kolonel Lek Surya Margono mengatakan ALIT telah melakukan penjajakan kerjasama dengan Indonesia.
"Mereka telah melakukan beberapa kali penjajakan ke Indonesia tentang produk-produk dan teknologi pertahanan yang dimiliki. Yaa.. kita apresiasi," katanya.
Ditemui saat menerima para perwira siswa Pendidikan Reguler XXXIX Sesko TNI, ia menuturkan industri pertahanan yang kuat tidak saja mendukung militer yang kuat tetapi juga berimbas pada industri komersial lainnya. "Jika industri komersial berkembang maka pertumbuhan ekonomi akan jalan sehingga negara akan kuat baik secara militer, politik, maupun ekonomi," tuturnya.
Zhong menilai kebijakan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk merevitalisasi dan memberdayakan industri pertahanan nasional, sebagai kebijakan yang positif bagi tumbuh kembangnya industri pertahanan Indonesia di masa datang.
"Namun, kebijakan itu harus didukung dengan komitmen dan konsistensi yang kuat sehingga benar-benar berjalan dan efektif bagi industri pertahanan nasional bersangkutan. Dan yang terpenting adalah koordinasi dari masing-masing industri pertahanan harus berjalan, sehingga produk yang dihasilkan dapat sejalan dan sesuai kebutuhan," ujarnya.
ALIT merupakan salah satu industri pertahanan nasional China yang berdiri pada 2010 dengan memfokuskan diri pada ekspor impor peralatan pertahanan, anti terorisme dan anti huru-hara. Namun didukung teknologi kelas dunia dan riset serta pengembangan, manufaktur yang memadai, ALIT akan mengembangkan diri pada industri luar angkasa bersama mitra dari mancanegara.
Dihadapan 39 dosen dan siswa Sesko TNI, ALIT menampilkan berbagai produk peralatan pertahanan seperti bom FT-1 hingga FT-6, sistem senjata rudal baik rudal permukaan ke permukaan (surface-to-surface missiles), permukaan ke udara (surface-to-air missiles), maupun dari udara ke permukaan (air-to-surface missiles), A100 dan A200 long-range Multiple Launch Rocket System (MLRS), dan pesawat tanpa awak CH-3.
Dalam setiap pembelian, ALIT menyertakan pendidikan dan latihan untuk produk dimaksud, alih teknologi, termasuk riset serta pengembangan bersama.
Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk China merangkap Mongolia, Kolonel Lek Surya Margono mengatakan ALIT telah melakukan penjajakan kerjasama dengan Indonesia.
"Mereka telah melakukan beberapa kali penjajakan ke Indonesia tentang produk-produk dan teknologi pertahanan yang dimiliki. Yaa.. kita apresiasi," katanya.
Sumber : Analisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar