WASHINGTON DC-(IDB) : Kepala program Joint Strike Fighter (JSF) Departemen Pertahanan Amerika Serikat Laksamana Madya David Venlet menjamin harga jual pesawat tempur F-35 Lightning II dalam kontrak dengan Jepang tak akan dinaikkan. Menurut dia, kontrak dengan Jepang sudah bagus dan mantap.
Demikian ditegaskan Venlet dalam konferensi pertahanan yang digelar Credit Suisse dan konsultan pertahanan Jim McAleese di Washington DC, AS, Rabu (8/3/2012).
Venlet mengungkapkan, ongkos produksi setiap pesawat F-35 akan naik dalam waktu dekat sebagai dampak keputusan Pentagon menunda pemesanan 179 unit pesawat generasi kelima itu dari pabrikan Lockheed Martin. Meski demikian, Venlet menegaskan bahwa pihak Pentagon akan berunding dengan Lockheed Martin untuk menekan biaya produksi pesawat tersebut.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Jepang Naoki Tanaka mengancam akan membatalkan rencana pembelian 42 unit F-35 apabila harganya naik dari yang sudah disepakati dan jadwal pengirimannya mundur. Berdasarkan kontrak awal, Jepang akan membayar 121,62 juta dollar AS (Rp 1,1 triliun) per unit, untuk empat unit pertama F-35 yang akan dikirim pada Maret 2017.
Venlet mengemukakan, seluruh negara mitra program JSF sudah menyatakan komitmennya untuk tetap membeli pesawat berkemampuan stealth itu meski beberapa negara akan menyusul langkah AS menunda atau mengurangi jumlah pesanannya. Italia, misalnya, sudah memangkas jumlah pesanannya, dari semula 131 pesawat menjadi hanya 90 pesawat.
Selain kepada Jepang dan negara-negara mitra JSF, Pemerintah AS sedang dalam pembicaraan dengan Singapura dan Korea Selatan untuk menjajaki kemungkinan pembelian F-35. Menurut Venlet, Israel juga sudah menyatakan minat membeli gelombang kedua setelah pemesanan awal sebanyak 19 unit. "Namun, pembicaraan belum sampai pada tahap pembicaraan finansial yang detail," ujarnya.
Sementara itu, terkait berbagai masalah teknis yang masih dihadapi F-35, Angkatan Udara AS akan memundurkan jadwal pengoperasian pesawat itu dari jadwal semula tahun 2016.
Deputi Kepala Staf AU AS Bidang Operasi dan Perencanaan Letnan Jenderal Herbert Carlisle mengatakan, F-35 baru akan mencapai "kemampuan operasional awal" setelah melalui berbagai tahapan penting, termasuk pengembangan perangkat lunak dan penuntasan uji coba operasional. Semua itu diperkirakan baru akan selesai beberapa tahun lagi dalam dekade ini.
Beberapa masalah yang masih harus diatasi saat ini adalah pengembangan perangkat lunak sistem operasi pesawat, layar displai di helm pilot, kait penahan untuk versi kapal induk, lubang pembuangan bahan bakar, dan daya tahan rangka pesawat.
Untuk menjaga kemampuan operasional sambil menunggu F-35 siap dioperasikan, AU AS akan memperpanjang usia armada F-16 Fighting Falcon yang kini dioperasikan. AU AS menegaskan tetap berkomitmen akan membeli 1.763 unit F-35 dalam beberapa dekade mendatang.
Secara keseluruhan, Pentagon berencana membeli 2.443 unit F-35 dalam tiga varian untuk dioperasikan AU, AL, dan Korps Marinir AS.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar